Pondok pesantren yaitu salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan baik
formal maupun non formal, yang memiliki peran strategis dalam membina, membentuk dan
mencetak generasi bangsa yang mampu bersaing di era modern seperti sekarang ini. Pondok
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidkan yang dapat dipakai sebagai wadah
dalam pembaharuan dan peningkatan ilmu pengetahuan serta menciptakan peserta didik yang
berakhlak mulia. Salah satu dari ciri utama pesantren yang membedakan dengan lembaga
pendidikan yang lain yaitu kitab kuning.
Dilihat dari sisi sejarah, pesantren telah memberikan andil dan kontribusi yang sangat
besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan pencerahan terhadap
masyarakat serta dapat menghasilkan komunitas intelektual yang setaraf dengan sekolah. Pada
tataran ini “pesantren tidak hanya dapat diklaim sebagai institusi sosial yang berbentuk
lembaga dengan seperangkat elemen pendukungnya seperti masjid, ruang mengaji, asrama
santri dan beberapa guru dan kiai- tetapi juga merupakan entitas budaya yang mempunyai
implikasi terhadap kehidupan sosial yang melingkupinya”.1
Pembelajaran pada Pondok pesantren sangat identik dengan kitab-kitab klasik atau yang
disebut juga dengan kitab kuning dan pengajarannya masih menggunakan sistem halaqoh.
Halaqoh dari segi kebahasaan berarti “lingkarangan murid atau lingkaran belajar santri yaitu
beberapa orang santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqoh yang dipimpin langsung
oleh seorang kiai atau ustaz atau juga santri senior untuk membahas atau mengkaji suatu
persoalan yang telah ditentukan sebelumnya”.2 Jadi, santri duduk bersila mengelilingi ustadz
yang mengajar sambil mendengarkan pengajian yang disampaikan oleh ustadz ini.
Pada dasarnya kitab kuning mempunyai arti sebagai istilah yang diberikan kepada kitab
yang berbahasa arab tanpa harokat dan arti yang biasanya menggunakan kertas berwarna
kuning. Istilah kitab kuning muncul dilingkungan pondok pesantren yang ditunjukan kepada
kitab-kitab ajaran islam yang ditulis dengan berbahasa arab tanpa harokat dan tanpa arti, kitab
kuning ini sebagai standar bagi santri dalam memahami ajaran islam. Kitab kuning biasanya
ditulis atau cetakan memakai huruf-huruf arab dalam Bahasa arab, melayu, jawa, dan
sebagainya yang berasal sekitar abad XI hingga XVI masehi.3 Selanjutnya format kitab klasik
yang paling umum dipakai di pesantren sedikit lebih kecil dari kertas kuarto (26 cm) dan tidak
dijilid. Lembaran-lembaran (koras-koras) tak terjilid dibungkus kulit sampul, sehingga para
santri dapat membawa hanya satu halaman yang sedang dipelajari saja.4
Kitab kuning merupakan faktor penting yang menjadi karakteristik Pondok Pesantren.
Kitab kuning difungsikan oleh kalangan pesantren sebagai referensi yang kandunganya sudah
tidak perlu dipertanyakan lagi. Kanyataanya kitab kuning yang ditulis sejak lama dan terus
dipakai dari masa ke masa menunjukan bahwa kitab kuning sudah teruji kebenaranya dalam
sejarah yang panjang. Kitab kuning merupakan kitab yang sudah sedemikian rupa dirumuskan
oleh ulama-ulama dengan bersandar pada Al-Quran dan Hadits Nabi.5
Pembelajaran yang berkaitan dengan kitab kuning ataupun ilmu-ilmu agama merupakan
suatu kesatuan dengan dunia pesantren sehingga setiap pesantren pastilah disitu ada
pembelajaran mengenai kitab-kitab klasik yang sering disebut dengan kitab kuning. Meskipun
kebanyakan pesantren telah memasukan pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian
yang penting dalam pendidikan pesantren, namun kitab-kitab islam klasik tetap diberikan
sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren yakni mendidik calon-calon
generasi yang mempunyai pengetahuan agama, maupun umum yang luas, mendalam dan
mutawatir hingga nantinya sampai sanadnya pada baginda Nabi Muhammad SAW.
Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat digolongkan kedalam 8
kelompok: nahwu, sorof, fiqh, usul fiqh, hadits, tafsir, tauhid, tasawuf, dan cabang-cabang
lain seperti tarikh dan balaghah. Kitab-kitab ini meliputi teks yang pendek sampai teks
yang terdiri dari berjilid-jilid tebal yakni mengenai hadits, tafsir, fiqh, usul fiqh dan tasawuf.
Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa Pondok Pesantren Khusus Al-Halimy
Sesela hanya mempelajari kitab-kitab klasik atau kitab kuning yang tidak dimasukkan ke
dalam kurikulum penerintah. Kitab-kitab kuning yang diajarkan di Pondok Pesantren Khusus
Al-Halimy Sesela antaranya: bidang ilmu alat atau kawaid (nahwu, shorof) menggunakan kitab
matan al-jurumiyah, syarh dahlan, kafrawi, nahwu al-wadih, ibn ‘aqil, mugni labib, „Imriti (nazham),
amtsilah al-jadidah, matan al-bina’, dan kaylani. Selanjutnya keberhasilan proses belajar mengajar
di pondok pesantren Al-Halimy Desa Sesela ini, tidak bisa dilepaskan dari kemampuan
pengasuh maupun para ustadz dalam mengajar, ditambah kesesuaian materi yang diajarkan
dan metode yang diterapkan dalam aktivitas belajar mengajar ilmu-ilmu keagamaan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan
penelitian mengenai pembelajaran kitab kuning yang dilakukan di pondok pesantren khusus
Al-Halimy. Untuk mempertegas dan memberikan batasan mengenai apa yang akan dikaji
dalam penelitian ini maka penulis mengangkat tema “Pembelajaran Kitab Kuning Pada
Pondok Pesantren Khusus Al-Halimy Desa Sesela Kabupaten Lombok Barat”.
Berdasarkan pada konteks penelitian di atas maka penulis mencoba melakukan
perenungan mendalam dalam rangka memastikan poin-poin penting persoalan pembelajaran
kitab kuning pada pondok pesantren khusus al-Halimy yang dapat dikaji dalam jangka waktu
yang relatif tidak lama dan memastikan permasalahan yang dikaji betul-betul memiliki urgensi
dalam pengembangan khazanah keilmuan pada bidang pembelajaran kitab kuning. Untuk itu
penulis merasa perlu melakukan identifikasi terhadap masalah yang akan dikaji secara holistik,
sebagai berikut:
a. Berbicara tentang pembelajaran, lebih-lebih yang berlangsung pada pondok pesantren,
maka kita akan berhadapan dengan beberapa komponen pembelajaran yang harus dikaji
secara mendalam dan luas, hal ini memungkinkan didapatnya gambaran yang menyeluruh
mengenai bagaimana pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Al-
Halimy Desa Sesela Kab. Lombok Barat dan tentu saja membutuhkan waktu yang relatif
lama jika ingin dikaji secara menyeluruh.
b. Pondok pesantren Al-Halimy Desa Sesela Kab. Lombok Barat sudah sejak lama
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan ciri khas yakni lebih banyak muatan kitab
klasik/kitab kuning daripada pelajaran umum, bahkan terkesan pelajaran-pelajaran umum
dianak tirikan, atau sebagai formalitas untuk mendapatkan legalitas ijazah kelulusan dari
satuan pendidikan saja, tentu saja hal ini menjadi keunikan tersendiri dan memiliki daya
tarik yang cukup bagus untuk diteliti.
c. Pondok Pesantren Al-Halimy Desa Sesela Kab. Lombok Barat dikenal sebagai pencetak
lulusan yang memiliki kemampuan yang mempuni pada bidang agama terutama pada
penguasaan kitab-kitab kuning, hal ini terlihat dari struktur kurikulum yang ada, di mana
banyak sekali kitab-kitab yang diajarkan kepada santri, di sini penulis sangat tertarik untuk
melihat lebih dekat bagaimana pelaksanaan pembelajarannya dan kitab apa saja yang
diajarkan.
d. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Al-Halimy
Desa Sesela Kab. Lombok Barat tidak terlepas dari diterapkannya berbagai metode
mengajar, hal ini terlihat dari adanya keterpaduan antara penggunan metode konvensionl
pesantren dan metode mengajar system persekolahan, terdapat persoalan yang menarik di
sini, terutama bagaimana kolaborasi kedua jenis metode ini.
e. Sebagai bentuk tindak lanjut dari pelaksanaan pembelajaran kitab kuning dan dalam
rangka mengetahui keberhasilan atau pencapaian belajar santri di Pondok Pesantren Al-
Halimy Desa Sesela Kab. Lombok Barat, maka kegiatan penilaian dan evaluasi sering
sekali dilakukan, menjadi menarik jika cara-cara menilai kegiatan pembelajaran kitab
kuning ini bisa di deskripsikan sehingga dapat menambah khazanah keilmuan.
A
75
Mengkaji mengenai pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren, tentu tidak cukup
dengan penelitian ini saja, mengingat permasalahan yang terjadi sangat banyak dan sangat luas
cakupan masalahnya, sehingga untuk menghindari melebarnya permasalahan ini, maka
penulis membatasi masalah yang dikaji pada beberapa hal terkait pembelajaran kitab kuning,
di antaranya: Pertama, terkait dengan metode yang dipakai dalam pembelajaran kitab
kuning, Kedua. terkait dengan bagaimana penerapan metode-metode pembelajaran, Ketiga,
terkait dengan bagaimana penilaian setelah pelakasanaan pembelajran kitab kuning
berlangsung.
Terkait dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, berikut dirmuskan
beberapa permasalahan yang dirasa sangat perlu untuk diteliti, di antaranya:
a. Metode apa saja yang dipakai dalam kegiatan pembelajaran kitab kuning di pondok
pesantren Al-Halimy Desa Sesela Kab. Lombok Barat?
b. Bagaimanakah penerapan metode-metode pembelajaran kitab kuning di pondok
pesantren Al-Halimy Desa Sesela Kab. Lombok Barat?
c. Bagaimanakah cara para asatidz melakukan kegiatan penilaian hasil belajar kitab kuning di
pondok pesantren Al-Halimy Desa Sesela Kab. Lombok Barat?
Pembahasan
Jenis-jenis metode yang dipakai dalam kegiatan pembelajaran kitab kuning di
pondok pesantren Al-Halimy.
Pondok pesantren dalam pelaksanaan pembelajaran kitab kuning, tidak terlepas dari
penerapan metode baik yang bersifat konvensional maupun metode-metode yang bervariatif.
Pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren lebih-lebih pondok salaf yang
dalam hal ini Pondok Khusus Al-Halimy Sesela masih menyelenggarakan pembelajaran kitab
kuning semenjak berdirinya sampai sekarang. Sebagai Pondok dengan ciri salaf, Pondok
Khusus Al-Halimy Sesela menyelenggarakan pembelajaran kitab kuning untuk semua
tingkatannya (MTs dan MA). Kitab-kitab yang dipelajari yaitu kitab-kitab kuning (kitab
gundul) yang merupakan salah satu ciri hkasnya.
Ahmad Barizi memaparkan bahwa, Pertama, kitab kuning yaitu kitab yang di tulis oleh
ulama klasik islam yang secara berkelanjutan dijadikan referensi yang dipedomani oleh para
ulama Indonesia, seperti Tafsir Ibn Katsir, Tafsir al-Khazin, Shahih Bukhari, Shahih Muslim,
dan sebagainya. Kedua, kitab kuning yaitu kitab yang ditulis oleh ulama Indonesia sebagai
karya tulis yang independen, seperti Imam Nawawi dengan kitabnya Mirah Labid dan Tafsir
al-Munir. Ketiga, kitab kuning yaitu kitab yang ditulis oleh ulama Indonesia sebagai
komentar atau terjemahan atas kitab karya ulama asing, kitab-kitab Kyai Ihsan Jampes, yaitu
Siraj al-Thalibin dan Manahij al-Imdad, yang masing-masing merupakan komentar atas
Adapun cirri-ciri kitab kuning yaitu:
1) Kitab-kitabnya berbahasa Arab;
2) Umumnya tidak memakai syakal, bahkan tanpa titik dan koma;
3) Berisi keilmuan yang cukup berbobot;
4) Metode penulisannya dianggap kuno dan relevansinya dengan ilmu kontemporer kerap
kali tampak menipis;
5) Lazimnya dikaji dan dipelajari di pondok pesantren;
6) Banyak diantara kertasnya berwarna kuning.
Melihat karakteristik dari kitab kuning yang lazimnya dipelajari maka sudah bisa
dipastikah bahwa, kitab kuning merupakan salah satu khazanah klasik yang masih
dipertahankan sampai sekarang. Selain itu, berkenaan dengan kitab-kitab kuning yang
dipelajari di pondok pesantren salaf khususnya, di Pondok Khusus Al-Halimy Sesela juga
melakukan hal yang sama. Di pondok ini ada beberapa kitab kuning yang dipelajari yang
disesuaikan dengan tingkatan santri.
Kitab-kitab yang dipelajari di Pondok Khusus Al-Halimy Sesela yaitu kitab Tafsir dan
Ushul Tafsir, Hadits dan Musthalahul Hadits, Aqidah, Fiqih dan Ushul Fiqh, Nahwu Shorf,
Tarikh, Faroid, Tajwid dan Bahasa Arab”. Semua kitab ini dipelajari di Pondok Khusus
Al-Halimy Sesela sebagai mata pelajaran wajib bagi santri. Tetapi semua kitab ini
disesuaikan dengan jenjang dan tingkatan santri. Upaya ini dilakukan agar santri mampu
menyerap semua konten yang terkandung. Upaya lain yang dilakukan yaitu dengan melihat
dan mempertimbangkan karakteristik dari peserta didik. Bagian ini harus mendapat perhatian
lebih karena merupakan salah satu faktor yang mampu menghambat atau pun sebaliknya.
Pendekatan yang dipakai di Pondok Khusus Al-Halimy Sesela yaitu dengan
pendekatan yang berbeda-beda tergantung mata pelajarannya, pada mata pelajaran ilmu
Nahwu dan Shorf maka pendekatan yang dipakai yaitu dengan cara memaparkan
contoh-contoh terlebih dahulu baru kemudian dijelaskan materinya, dan begitu pula
sebaliknya, materi dulu yang disampaikan baru kemudian didatangkan contoh-contohnya,
juga dengan cara membuat kelompok-kelompok belajar.
Pendekatan yang dipakai di Pondok Khusus Al-Halimy Sesela bisa dikatakan sebagai
pendekatan yang lebih berpusat pada siswa. Siswa tidak lagi diposisikan sebagai objek belajar
tetapi sebagai subjek belajar. Berkenaan dengan hal ini Muzayyin, mengemukakan bahwa,
dalam Pendidikan Agama Islam harus memperhatikan beberapa aspek yaitu:
1) Pendidik dengan metodenya harus mampu membimbing, mengarahkan, dan membina
anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya,
sehingga terambarlah dalam tingkah lakunya nilai-nilai Islam dalam dirinya.
A
77
2) Anak didik yang tidak hanya menjadi objek pendidikan atau pengajaran, melaikan juga
menjadi subyek yang belajar, memerlukan suatu metode belajar agar dalam proses
belajarnya dapat searah dengan cita-cita pendidik atau pengajarnya.
Dengan demikian diharuskan bagi setiap guru untuk lebih memahami pendekatan yang
dipakai . Fungsi lainnya yaitu agar metode yang diterapkan bisa berjalan dengan baik.
Karena apabila metode yang ditetapkan bisa berjalan dengan baik dimungkinkan tujuan bisa
dicapai dengan baik pula. Metode dengan segala variasinya sangat membantu guru dalam
proses pembelajaran terlebih lagi pembelajaran kitab kuning. Pola dan kondisi belajar makin
terbangun dengan menggunakan metode-metode yang bervariasi. Karena setiap materi tidak
bisa diseragamkan dengan hanya menggunakan satu metode saja. Di sisi lain siswa juga akan
jenuh dengan gaya mengajar guru yang hanya monoton dalam menggunakan metode.
Pondok Khusus Al-Halimy Sesela menerapkan beberapa metode yang lazimnya
dipakai di pondok-pondok salaf yang mengajarkan kitab kuning, seperti, metode sorogan,
bandongan, wetonan, dan diskusi. Selain itu jenis metode yang dipakai masih
menggunakan metode klasik yaitu metode sorogan, bandongan, wetonan, dan halaqoh, dan
ada juga metode diskusi, demonstrasi, dan ada juga metode tanya jawab.
Pada prinsipnya, semakin banyak metode yang dipakai maka tingkat ketercapaian
materi yang diajarkan juga akan semakin baik. Menurut Zamakhsyari Dhofier dan Nurclolish
Madjid dalam Said Aqil Siradj, “metode pembelajaran kitab kuning meliputi, metode sorogan
dan bandongan, sedangkan Husein Muhammad menambahkan bahwa, selain metode
wetonan atau bandongan, dan metode sorogan, diterapkan juga metode diskusi
(munadzarah), metode evaluasi, dan metode hafalan”.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, semakin banyak metode yang dipakai
maka semakin baik pula pola dan intensitas pembelajaran yang berlangsung, sehingga guru
semakin kreatif dalam membangun komunikasi yang bersifat edukatif, dan tidak hnya
komunikasi satu arah tetapi multi arah. Guru juga tidak bisa memaksakan diri untuk mengajar
secara monoton dengan hanya menggunakan satu jenis metode saja.
Implikasi yang ditimbulkan yaitu kejenuhan dari siswa dan mengakibatkan kurangnya
gairah belajar siswa. Apalagi konten atau materi yang terkandung dari kitab kuning memiliki
tingkat kesulitan—yang tidak bisa diremehkan oleh guru. Hal lain yang harus diwaspadai
yaitu kurangnya minat, motivasi dan gairah dari siswa yang hanya mengikuti proses
pembelajaran tanpa ikut serta dalam setiap kegiatan pembelajaran. Metode-metode yang
dikembangkan bukan hanya menggunakan metode konvensional, tetapi juga harus
menggunakan metode yang bervariasi agar komunikasi yang di bangun lebih kondusif.
Terkait dengan hal di atas, di Pondok Khusus Al-Halimy Sesela dalam pembelajaran
kitab kuning lebih mengedepankan meode-metode klasik seperti metode sorogan,
bandongan, wetonan, dan halaqoh yang memang merupakan ciri khas pesantren salaf. Ada
juga metode lain seperti metode diskusi, tanya jawab, dan hafalan serta demonstrasi.
Dari hal ini dapat diketahui bahwa, proses pembelajaran “klasik” masih dipegang teguh
di Pondok Khusus Al-Halimy Sesela ini. Belum banyak inovasi-inovasi yang dilakukan dari
para pengajar. Prinsip seperti ini akan menimbulkan suasana yang monoton dan
mendatangkan kejenuhan siswa ketika mengikuti pembelajaran.
Mengutip pendapatnya Pupuh dan sobry menjelaskan bahwa, “penggunaan metode
yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam pencapaian tujuan
yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya
karena penggunaan metode semata-mata berdasarkan kehendak guru dan bukan atas dasar
kebutuhan siswa, atau karakter situasi kelas”.
Paradigma guru yang salah terhadap pola pembelajaran yang nantinya akan berdampak
pada kurangnya minat siswa terhadap materi yang disampaikan alih-alih mendapat respon
yang negatif dari siswa. Dalam hal ini guru tidak peka terhadap kebutuhan siswa, minat,
bakat, karakteristik dan gaya belajarnya. Bisa dipastikan, tujuan yang seharusnya bisa dicapai
dengan maksimal, terhambat karena kurang cerdasnya guru dalam memahami permasalahan
ini.
Penerapan Metode-Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-
Halimy.
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar
yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus dilakukan
yaitu melakukan penentuan dan pemilihan metode. Suatu metode yang dipakai oleh guru
untuk mengajar harus benar-benar dikuasai. Sehingga pada saat penggunaannya dapat
menciptakan suasana interaksi edukatif.
Untuk menghindari kejenuhan dan berhentinya minat siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan maka hendaknya guru menggunakan metode yang bervariasi. Bahkan metode
yang dipakai dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk belajar secara mandiri dengan
menggunakan teknik tersendiri. Di dalam kelas guru menyampaikan bahan pelajaran. Bahan
pelajaran itu akan kurang memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar lebih lanjut bila
penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang tepat. Metode-metode yang dipilih
dipergunakan berdasarkan manfaatnya, jadi seorang guru dikatakan kompeten bila ia memiliki
khazanah cara penyampaian yang kaya dan memiliki kriteria yang akan dipakai untuk
memilih cara-cara dalam menyajikan pengalaman belajar mengajar. Dalam proses belajar
mengajar juga dibutuhkan alat bantu yang dipakai untuk menghilangkan verbalitas.
Sehingga siswa lebih cepat menyerap materi yang telah disampaikan.
A
79
Metode pembelajaran yang diterapkan guru hendaknya dapat mewujudkan hasil karya
siswa. Siswa dituntun untuk dapat berfikir kritis dan kreatif dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyampaikan ide-idenya. Pemilihan metode yang kurang tepat dengan
sifat bahan dan tujuan pembelajaran menyebabkan kelas kurang bergairah dan kondisi siswa
kurang kreatif. Sehingga dengan penerapan metode yang tepat dengan berbagai macam
indikator ini dapat meningkatkan minat siswa pada bahan pelajaran yang disampaikan
dan minat yang besar pada akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi yang akan diraihnya.
Terkait dengan penerapan metode pada kegiatan pembelajaran kitab kuning di Pondok
Pesantren Al-Halimy, para asatidz terlebih dahulu menyesuaikan metode yang akan
dipakai dengan mata pelajaran yang akan diajarkan. Hal ini sesuai dengan kriteria
pemilihan metode pembelajaran, yakni harus sesuai dengan sifat dan tujuan materi pelajaran.
Pondok Pesantren Al-Halimy.
Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian
penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan
dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat sesuai dengan standar keberhasilan yang
terpatri di dalam suatu tujuan. Metode yang dapat dipergunakan dalam kegiatan belajar
mengajar bermacam-macam. Penggunaannya tergantung dari rumusan tujuan. Dengan
bergairahnya belajar anak didik tidak sukar untuk mencapai tujuan pengajaran. Karena bukan
guru yang memaksakan anak didik untuk mencapai tujuan, tetapi anak didiklah dengan sadar
untuk mencapai tujuan.
Berkaitan dengan hal ini di atas Pondok Khusus Al-Halimy Sesela, ukuran yang
dipakai untuk mengetahui tingkat ketercpaian suatu metode yaitu dengan menguji secara
langsung yaitu dengan cara menyuruh siswa membaca kitab kuning satu-persatu sebelum
memulai pelajaran, atau dengan cara menunjuk siswa yang dianggap belum bisa untuk
membaca kitab kuning dengan menilai kelancaran bacaannya, dan ketepatan harokatnya
supaya siswa bisa mengetahui di mana tempat kekurangannya, dengan cara seperti itu siswa
akan memperhatikan bacaan yang dibacakan oleh ustadz ketika belajar dan siswa akan
mempersiapkan diri dengan cara membaca dan berdiskusi dengan sesama temannya tentang
harokat yang tepat untuk mengantisifasi kalau-kalau siswa disuruh baca oleh ustadznya
sebelum memulai pembelajaran.
Cara lain yang dipakai yaitu dengan cara uji publik yaitu dengan cara mengadakan
diskusi kelompok dan menyuruh siswa membacakan isi kitab kuning dan menterjemahkan
serta menjelaskan maksud dari isi kitab ini di hadapan para audien atau teman-temannya
yang lain dan didampingi atau diawasi oleh ustadz nanti di sana akan ketahuan mana yang
sudah paham dan mana yang belum. Dengan cara seperti ini siswa akan mendapatkan
pengalaman bagaimana cara menyampaikan materi di depan umum dan bagaimana cara
menjawab pertanyaan atau persoalan secara langsung, karena hal semacam ini juga akan
ditemukan esok di masyarakat kalau mereka sudah keluar dari Pondok.
Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa, ukuran yang dipakai di Pondok
Khusus Al-Halimy Sesela untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu metode yaitu dengan
melihat secara langsung aktivitas edukatif yang dilakukan oleh santri, ini sangat baik karena
akan memudahkan guru dalam melihat dan menilai tingkat keberhasilan dari penerapan
metode secara langsung. Menurut hemat peneliti, standar keberhasilan suatu metode bisa
dilihat dengan tercapainya tujuan pembelajaran secara mikro, dan memungkinkan akan
mengarah pada tercapainya tujuan pembelajaran secara makro.
Hal lain yang juga mempengaruhi yaitu ketepatan guru dalam memilih metode yang
dipakai dalam proses pembelajaran kitab kuning. “Secara umum ada beberapa hal yang
menjadi perhatian guru dalam memilih metode yaitu:
1) tujuan yang hendak dicapai atau kompetensi yang harus dikuasai peserta didik;
2) peserta didik;
3) bahan pelajaran;
4) fasilitas;
5) situasi;
6) parsitipasi;
7) pendidik; dan
8) kebaikan dan kelemahan metode tertentu”.
Pendapat di atas melihat metode secara komplek dari semua unsur yang terkait,
sehingga kecil kemungkinan terjadinya kesalahan ketika diterapkan dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini, di Pondok Khusus Al-Halimy Sesela pemilihan metode
bergantung pada materi yang akan dipelajari. Dengan cara seperti ini akan memudahkan guru
dalam menyampaiakan materi atau bahan ajar. Dalam hal ini guru harus peka dalam melihat
kondisi kelas dan kondisi santri sehingga pemilihan metode juga tepat, jangan sampai salah
dalam memilih metode maka ini akan menyulitkan siswa dalam mengikuti pelajaran karena
belum tentu metode yang dipakai bisa diseragamkan untuk semua siswa dengan karakter
dan gaya belajarnya yang berbeda-beda. Untuk mengantisipasi hal ini sudah sewajarnya
guru membuat beberapa inovasi dalam menggunakan metode ketika proses pembelajaran
berlangsung. Karena idealnya penggunaan metode akan menghasilkan kemampuan yang
sesuai dengan karakteristik metode ini. Kemampuan yang dihasilkan oleh metode
ceramah akan berbeda dengan kemampuan yang dihasilkan oleh metode diskusi. Salah satu
inovasi ini yaitu dengan menggunakan metode mengajar yang berfariasi
A
81
(menggabungkan beberapa metode). Penggunaan metode mengajar yang berfariasi dapat
menggairahkan belajar anak didik.
Kaitannya dengan hal ini, di Pondok Khusus Al-Halimy Sesela ketika proses
pembelajaran kitab kuning, guru biasanya menggabungkan beberapa metode agar
memudahkan siswa belajar. Misalnya saja, ketika proses pembelajaran fiqih, guru
menggabungkan metode yaitu metode diskusi dan tanya jawab. Kegiatan ini dilakukan agar
siswa tidak hanya paham dengan materi saja tetapi mengalami secara langsung.
Hal ini dilakukan karena beberapa hal yaitu:
1) Agar materi dipahami dengan baik oleh semua santri;
2) Memudahkan guru dalam menyampaikan materi ajar;
3) Tidak terjadi pengulangan materi karena masih banyak santri yang tidak paham dengan
materi yang diajarkan.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa, pada dasarnya penggunaan metode yang
bervariasi akan memudahkan guru dalam membangun komunikasi edukatif di satu sisi, dan di
sisi lain siswa akan lebih bersemangat dalam belajar karena siswa merasa terpenuhi modalitas
dan gaya belajarnya, sehingga tidak ada kejenuhan dalam belajar.
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam tesis ini yang berjudul “Metode
Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Khusus Al-halimy Sesela” dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pondok Khusus Al-Halimy Sesela menerapkan beberapa metode yang lazimnya
dipakai di pondok-pondok salaf yang mengajarkan kitab kuning, seperti, metode
sorogan, wetonan, dan diskusi. Selain itu jenis metode yang dipakai masih
menggunakan metode klasik yaitu metode sorogan, bandongan, wetonan, dan halaqoh,
dan ada juga metode diskusi, demonstrasi, dan ada juga metode tanya jawab.
2. Penerapan metode-metode dalam pembelajaran kitab kuning didasarkan kesesuaian
metode yang akan dipakai dengan mata pelajaran yang akan diajarkan.
3. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu metode yang diterapkan dalam
pembelajaran kitab kuning di Pondok Khusus Al-Halimy sesela yaitu dengan
menggunakan beberapa cara di antaranya yaitu dengan menguji secara langsung yaitu
dengan cara menyuruh siswa membaca kitab kuning satu-persatu sebelum memulai
pelajaran, atau dengan cara menunjuk siswa yang dianggap belum bisa untuk membaca
kitab kuning dengan menilai kelancaran bacaannya, dan ketepatan harokatnya supaya
siswa bisa mengetahui di mana tempat kekurangannya, dengan cara seperti itu siswa akan
memperhatikanbacaan yang dibacakan oleh ustadz ketika belajar dan siswa akan
mempersiapkan diri dengan cara membaca dan berdiskusi dengan sesama temannya
tentang harokat yang tepat untuk mengantisifasi kalau-kalau siswa disuruh baca oleh
ustadznya sebelum memulai pembelajaran.
Selanjutnya berdasarkan temuan penelitian yang peneliti peroleh, maka bebrapa saran
dapat peneliti kemukakan berkaitan dengan pelksanaan pembelajran kitab kuning di Pondok
Khusus Al-Halimy, di antaranya:
1. Pimpinan pondok pesantren
Pimpinan Pondok Khusus Al-Halimy Sesela diharapkan agar dapat mempertahankan
tradisi pesantren salaf dan memasukkan tradisi pesantren khalaf yang lebih baik guna
memberikan dampak positif bagi kemajuan pendidikan pesantren sehingga akan muncul
lulusan-lulusan yang betul-betul tafaqquh fi al-din.
2. Guru/ Ustadz
Kepada guru Pondok Khusus Al-Halimy Sesela agar mampu memilih metode
pembelajaran yang tepat dan bisa melihat apa yang dibutuhkan santri dalam mengikuti
pembelajaran agar tujuan pembelajaran bisa tercapai.
.jpeg)





