keesaan yahweh di kejadian

   


Tulisan ini membahas tentang keesaan Yahweh  dalam kitab Kejadian, secara khusus dari 

bagian-bagian kitab Kejadian yang dianggap sebagai karya dari sumber Yahwist. Mengapa 

mengadakan kajian dari bagian-bagian Alkitab yang berasal dari sumber Yahwist karena 

sumber ini dianggap sebagai sumber yang tertua dalam Alkitab. Pokok tentang keesaan 

Yahweh diangkat, karena dalam kitab Kejadian, ada bagian-bagian tertentu seperti 

mengindikasikan bahwa  Yahweh itu tidak esa adanya tetapi bersifat jamak. Karena itu penulis 

melakukan penelitian berkaitan dengan pokok ini dengan melakuan kerja hermeneutik, secara 

khusus menggunakan pendekatan historis kritis. Melalui penelitian literatur terhadap teks-teks 

yang berkaitan dengan pokok pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pandangan 

sumber Yahwist, TUHAN Allah (Yahweh Elohim) yang disembah oleh umat Israel dalam 

Perjanjian Lama, esa adanya. Yahweh yang esa itu seringkali didampingi oleh malaikat-

malaikat-Nya. Dengan demikian, TUHAN Allah yang sama dan yang disembah oleh orang 

Kristen masa kini adalah Allah yang esa. 

 


Monoteisme Yahweh ( TUHAN) dalam kitab Perjanjian Lama sangatlah ditekankan 

dan merupakan credo yang sangat penting dari umat Perjanjian Lama bahwa TUHAN Allah 

yang disembah adalah Allah yang esa, sebagaimana yang  terdapat dalam kitab Ulangan pasal 

6 :4-5: “Dengarlah hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah 

TUHAN, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap 

kekuatanmu”. 

 Pengakuan akan ke-esaan TUHAN ini juga dikenal dengan sebutan “Syema” yang 

artinya adalah : Dengarlah. Syema itupun disebut sebagai dogma fundamental dari Perjanjian 

Lama dan disebut oleh Tuhan Yesus sebagai yang paling penting dari semua hukum (Mark. 

12:29-30).1 Ketika orang seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus tentang hukum mana 

yang paling utama maka jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah hai orang 

Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu 

dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap 

kekuatanmu” ( Mark 12: 29-30). 

Jadi, Tuhan Yesus-pun mengajarkan bahwa TUHAN itu  esa. Karena itu,  pengakuan  

mengenai keesaan TUHAN ini adalah juga pengakuan gereja sepanjang masa bahwa sebagai 

persekutuan orang-orang yang mengaku percaya kepada Yesus Kristus, menyembah TUHAN 

Allah yang esa. TUHAN Allah yang esa itulah yang menjadi sumber  pemberitaan gereja dan 

bukan dirinya sendiri.2 

 Namun, dalam keyakinan kepada TUHAN yang  esa itu, kadangkala mengalami 

“gangguan”, karena ketika membaca bagian-bagian Alkitab, khususnya  dalam kitab Kejadian, 

memberi kesan seakan-akan TUHAN yang disembah  bukanlah TUHAN yang esa tetapi 

bersifat jamak karena pengunaan kata „Kita” yang dikenakan kepada TUHAN oleh para 

penulis Akitab, antara lain yakni sumber Y (Yahwist), sebagai salah satu sumber terbentuknya 

kitab Taurat. 

 Karena itu penting sekali untuk membahas pokok ini demi mendapatkan pemahaman 

yang benar mengenai keesaan TUHAN, sebagai pokok iman yang sangat hakiki dalam 

kehidupan orang Kristen dalam mengimplementasikan imannya di tengah-tengah konteks 

majemuk masa kini. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 

hermeneutik dengan pendekatan historis kritis. 

 

 

                                                             

Mengenal Kitab Kejadian  

Kitab Kejadian adalah salah satu kitab dalam  Pentateukh (Taurat) yang secara 

tradisional diyakini sebagai hasil karya dari Musa, dan kitab Kejadian adalah kitab yang 

menjadi dasar dari seluruh Alkitab (Genesis is the foundational book of the Bible ).3 Karena itu 

menurut Karen Amstrong, kitab Kejadian telah menjadi salah satu buku sakral yang telah 

memungkinkan jutaan pria dan wanita memahami bahwa kehidupan manusia memiliki 

dimensi kekal (Genesis has been one of the sacred books that have enabled millions of men 

and women to know at some profound lewel that human life has an eternal dimension).4 

Dalam bahasa Ibrani Kitab Kejadian disebut “beresyit” ( ִׁ שֵר ְּב’ת ) pada mulanya, yaitu 

kata pembuka dari kitab tersebut. Menurut Lasor, nama ini sesuai, karena kitab Kejadian 

menceritakan awal segala sesuatu yang berhubungan dengan iman umat Allah dalam Alkitab.5 

Dalam Vulgata (Alkitab berbahasa Latin), digunakan judul Genesis, dengan mengikuti 

terjemahan Septuaginta (LXX) pada abad ke 3 sebelum Masehi.6 

Dalam bahasa Inggris, Genesis diterjemahkan dengan kata “ Origin” yang berarti asal 

mula, juga didasarkan pada kitab Kejadian pasal 1:1, In the begining, pada mulanya.7 Sejalan 

dengan itu, Mc Arthur mengatakan : 

The English Title, Genesis, come from the Greek translation(Septuagint,LXX), meaning 

“origins”; whereas the Hebrew title is derived from the Bible’s  very first word, 

                                                             


Kitab Kejadian terdiri atas dua bagian besar, yaitu: Bagian pertama yang terdiri dari 

pasal 1-11 yang berbicara tentang “sejarah purbakala” (Urgeschichte), yaitu sejarah yang 

terjadi sebelum pemanggilan Abram; dan bagian kedua terdiri dari pasal 12-50 yang berbicara 

tentang sejarah nenek moyang Israel.9 Menurut Walter Bruggemann, kitab Kejadian terbagi 

dua bagian yang bersifat panggilan. Pasal 1-11. (God calls the world into being to be his 

faithful world) Allah memanggil dunia untuk menjadi dunia yang setia. Pasal 12-50 (God calls  

a special people to be faithfully his peole) Allah memanggil orang-orang istimewa untuk 

menjadi umat-Nya yang setia.10 Sedangkan menurut Claus Westermannn, kitab Kejadian 

dibagi dalam dua bagian yaitu pasal 1-11 disebut sebagai Sejarah utama/pertama (Primal 

History) dan pasal 12-50 disebut sebagai sejarah bapa-bapa leluhur (Patriarchal History).11 

Kitab Kejadian sering disebut sebagai bagian dari Kitab Taurat Musa atau Taurat 

Musa, dengan menganggap bahwa Musa-lah yang menjadi penulis kitab ini, sebab sudah sejak 

lama orang beranggapan bahwa kitab Taurat adalah hasil karya atau buah pena dari Musa. Ini 

nyata bahwa tradisi Ibrani, Samaria dan Kristen menganggap bahwa Musa sebagai penulis 

Pentataeukh (Taurat) kecuali kisah kematiannya sendiri dalam Ulangan 34.12 Dengan 

demikian pandangan tentang Musa sebagai penulis kitab Pentateukh sudah mengakar begitu 

kuat dalam alam pemikiran Yahudi, Ibrani, Samaria juga dalam Kekristenan, karena 

didasarkan pada beberapa ayat Alkitab, misalnya: Ulangan 31:9: “ Setelah hukum Taurat itu 

dituliskan Musa, maka diberikannyalah kepada imam-imam bani Lewi, yang mengangkut 

tabut Perjanjian TUHAN, dan kepada segala tua-tua Israel”. Demikian pula dalam Injil 

Markus pasal 12 ayat 19: “ Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang yang 

mempunyai saudara laki-laki mati dengan  meninggalkan seorang istri,…” 

Pandangan bahwa Musa adalah satu-satunya sebagai penulis kitab Pentateukh lama-

kelamaan mulai diragukan, sebab dengan diadakannya berbagai studi kritis terhadap 

Pentateukh maka didapatkan adanya indikasi yang secara implisit menjelaskan bahwa Musa 

bukanlah penulisnya. Contoh ialah cerita tentang kematiannya sendiri sampai pada 

penguburannya ( Ulangan 34:1-12). Oleh karena itu disimpulkan  bahwa  ada orang yang 

menuliskannya. 

 

 

                                                             

 

Para ahli berpendapat bahwa sebenarnya Pentateukh disusun atau ditulis berdasarkan 

tradisi-tradisi yang telah ada lebih dahulu berupa tradisi-tradisi lisan (oral tradition). Sebagai 

contoh ialah adanya ungkapan-ungkapan seperti” “sampai hari ini” (Kejadian 32:32); Ulangan 

34:10, “tidak ada nabi seperti Musa” (Ulangan 34:10) dan juga ungkapan tentang raja 

(Kejadian 36:31) walaupun kenyataannya belum ada raja yang muncul di zaman Musa.14 

Karena itu telah menjadi pendapat umum bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan sejak 

abad 19 ternyata kitab Kejadian secara khusus, diredaksikan dari tiga sumber yang berbeda, 

yaitu Sumber Y (Yahwist), E (Elohist) dan P (Priest). Ronald Handel mengatakan bahwa ada 

tiga sumber utama dari Kitab Kejadian. The three major sources-known as the Yahwist (J), 

The Elohist (E), and the Priestly source-were carefully combined by one or more editors and 

later supplemented by some additional material.15 Dari ketiga sumber ini, sumber Y (Yahwist) 

diangap sebagai sumber tertua dan menjadi dasar dari seluruh Pentateukh16, teristimewa kitab 

Kejadian.  

Sumber Yahwist diperkirakan berasal dari Israel Selatan (Yehuda) pada tahun 1000-

922 SM, Sumber E (Elohist), berasal dari Israel Utara, sekitar tahun 850 SM, Sumber P 

berasal dari zaman pembuangan Israel Selatan (Yehuda) di Babilonia pada tahun 587-555 

SM.17 Atas dasar inilah maka tulisan ini dibatasi pada pembahasan bagian-bagian Kitab 

Kejadian yang berasal dari sumber Yahwist, karena sumber ini dianggap sebagai sumber yang 

tertua dimana dari segi ragam sastra dan gayanya menunjukkan bahwa komposisinya adalah 

pada masa pemerintahan raja Daud.18 

Menurut Jean-Louis Ska, kitab Kejadian adalah suatu kumpulan dari cerita-cerita yang 

populer19, dan ditinjau dari segi isinya, kitab Kejadian memang terbagi dalam dua bagian besar 

yang dapat dipisahkan secara jelas yaitu: Pasal 1-11, berisi tentang sejarah zaman permulaan 

(primeval history ), mulai dari kisah penciptaan sampai pada kisah tentang menara Babel, yang 

kemudian diakhiri dengan daftar keturunan Sem dan keturunan Terah. Selanjutnya, pasal 12-

                                                             

50, adalah sejarah  para bapak lelehur umat Israel, yaitu Abraham, Ishak dan Yakub yang 

dapat dirinci sebagai berikut: Rangkaian cerita tentang Abraham (Pasal 12-26), rangkaian 

cerita tentang Esau dan Yakub (Kej 27-36) dan rangkaian cerita tentang Yusuf dan saudara-

saudaranya (Kej 37-50). 

 

Karakteristik Sumber Yahwist 

 Menurut  Andrew E.Hill, ada beberapa karakteristik dari sumber Yahwist, yaitu: 

Pertama: Allah adalah Yahweh yang berjalan dan bercakap-cakap dengan kita. Kedua: Sumber 

ini menekankan pada berkat. Ketiga, penekanan terhadap pemimpin-pemimpin. Keempat: 

Bersifat narasi dan kisah-kisah. Kelima: Menekankan Yehuda. Keenam: Memakai istilah 

“Sinai”. Ketujuh: Sumber ini menyebut penduduk asli sebagai orang Kanaan.20 Secara lebih 

spesifik lagi, Blommendal mendaftarkan beberapa ciri khas dari sumber Yahwist:  

Pertama, Allah disebut dengan Yahweh, juga nenek moyang Israel telah mengenal 

nama itu. Kedua, Allah digambarkan dekat dengan orang-otang pilihan-Nya sehingga 

Allah digambarkan dan dilukiskan sebagai seorang manusia. Ketiga, Sumber Y 

menggambarkan bahwa Allah adalah bersifat universal, khalik langit dan bumi dan 

Allah seluruh dunia dan semua manusia.21 

 

Selain dipanggil untuk menjadi umat Allah, maka sumber Yahwist juga mengingatkan 

kembali tugas dari bangsa pilihan tersebut di tengah-tengah keterlibatannya dalam kancah 

international, yaitu untuk menjadi berkat bagi bangsa- bangsa yang ada disekitarnya dan bukan 

mendatangkan penderitaan atau penindasan.22 

 

Situasi Sosial, Politik,Ekonomi, Kebudayaan  Saat Naskah Dituliskan. 

 Karena sumber Yahwist berasal dari zaman raja Daud dan Salomo yang diperkirakan 

sekitar tahun 1000-920 SM, yakni di masa-masa jayanya kerajaan Israel raya yang dapat 

disebut juga sebagai “masa keemasan”, maka ada baiknya untuk menelusuri situasi sosial, 

politik ekonomi, kebudayan yang berlangsung pasa saat itu  dan melatarbelakangi munculnya 

karya sastra sumber Yahwist. 

 

Situasi di zaman pemerintahan raja  Daud ( Tahun 1000-960 SM) 

Daud adalah raja yang menggantikan raja Saul setelah Saul mengalami kekalahan di 

medan pertempuran melawan orang Filistin. Sebelum Saul meninggal, Daud memamang telah 

diurapi terlebih dahulu oleh Samuel untuk menggantikan kedudukan Saul ( I sam 16:1-3). 

                                                             

Reputasi dari Daud memang sangat baik, sehingga ia cukup terkenal di antara suku-suku 

Israel.23  

Eksistensi Daud sebagai seorang raja menjadi jelas ketika sukunya sendiri Yehuda 

mengangkat dia sebagai raja mereka yang baru ( 2 Samuel 2:1-4). Daud kemudian mendapat 

tawaran dari para tua-tua Israel setempat untuk menjadi raja atas Israel bagian utara dan 

bagian Timur. Kesediaan dari para tua-tua untuk menerima Daud sebagai raja 

mengindikasikan adanya kemauan kesatuan diantara mereka. Keberhasilan Daud menjadi raja 

di Israel Raya mengagetkan bangsa Filistin, oleh  karena itu penguasa Filistin menyusun 

strategi untuk memerangi Daud tetapi mereka sudah terlambat, sehingga orang Filistin sendiri 

dikalahkan oleh Daud (2 Samuel 5:17-25) karena Daud sudah memiliki kemampuan 

intelektual yang tinggi serta kecakapan militer yang terlatih lama.24 Daud merebut Yerusalem 

dan menempatkan Tabut Perjanjian di situ (2 samuel 6:12-15) sebagai simbol persekutuan 

suku-suku Israel dan lambang kehadiran Allah. Daud kemudian menaklukkan raja-raja di 

Kanaan, sehingga kerajaan Moab, Edom, Amon, Zoba dan Damaskus takluk di bawah 

kekuasaannya (2 Samuel  8:10, 15-19; 12: 26-31), bahkan Daud menjadi raja atas Amon, maka 

Daud mengambil Batsyeba, istri Uria, orang Het itu.25 

Kekuasaan Daud meliputi daerah yang luas di asia Barat Daya  dan di masa 

pemerintahannya orang Israel menjadi sangat kuat sehingga ia mampu memerintah suku-suku 

bangsa tetangganya. Israel menjadi kerajaan kesatuan yang membentang dari perbatasan Mesir 

sampai ke sungai Efrat. Ernst Ehrlich mengatakan: 

Thus David kingdom stretched from the Gulf of Aqaba in the south to the territory of 

Homs in the north, and from  the river (Euphrates) to the land of Philistines and the 

frontier of Egypt ( I Kings IV.21).26 

Dengan kemenangan-kemenangan yang dialami Daud maka hal itu mendatangkan 

”kesejahteraan” dalam lingkungan kerajaan yang dipimpinya. Ditinjau dari segi ekonomi 

kerajan Israel di bawah kepemimpinan Daud mengalami kemakmuran, karena banyaknya 

upeti yang harus dibayar kepada Daud dari kerajaan-kerajaan di bawah kekuasaannya (2 Sam 

8: 1-12), apalagi ketika raja Hiram dari Tirus mengirim berbagai perlengkapan dan juga para 

tukang untuk membangun istana raja. Demi menata kerajaannya yang baru dan yang sangat 

luas itu maka Daud melakukan berbagai kebijakan, sebab dalam kerajaan Israel selain suku-

suku Israel yang mendiamnya, ternyata juga ada orang–orang Kanaan. Daud tidak 

menghilangkan kebiasaan-kebiasaan lama dari umat Israel, tetapi harus melanjutkan kebiasaan 

                                                             

umat untuk beribadah kepada TUHAN Allah. Di lain pihak juga, Daud tetap memberikan 

keluasan kota-kota Kanaan  untuk terus melakukan ibadah kepada dewa-dewa mereka. 

Dengan adanya situasi seperti ini tidaklah tertutup kemungkinan untuk terciptanya suatu 

perjumpaan antara agama Kanaan dan agama Israel. Keterbukaan Daud terhadap agama-

agama asli Kanaan mungkin juga disebabkan karena Daud memperistri Ahinoam, Yizreel, 

yang mungkin berasal dari daerah orang Keni, demikian juga Nabal dari Maon yang mungkin 

juga berasal dari suku Keni.27 

 

Situasi di  zaman pemerintahan raja  Salomo ( 961-922) 

Salomo menjadi raja Israel ketika kerajannnya sangat berkuasa dan musuhnya 

berkurang. Begitu ia memperoleh kekuasaan sebagai raja, ia segera bertindak dengan cepat 

untuk mempertahankan keutuhan wilayahnya dan menyingkirkan lawan-lawannya.28 Adonia 

kakaknya diperintahnya untuk dibunuh, demikian pula Yoab dan imam Abyatar yang telah 

memihak kepada Adonia diperintahkan untuk dibunuh (I Raja-raja 2:13-46). Selanjutnya 

Salomo memperkuat kota-kota perkubuan (I Raj-raja 9:15-19), memperlengkapi angkatan 

perangnya dengan kereta berkuda (I Raja-raja 4:26), dan mengadakan hubungan dengan 

kerajaan-kerajaan tetanggga, dengan mengawini putri-putri raja tersebut (I Raja-raja 11: 1-

2).29 

Selain berbagai pendapatan tersebut, Salomo juga menerima pajak dari raja-raja Arab 

(I Raja-raja 10:15) bahkan mendapatkan pemasukan lewat perdagangan kuda-kuda dan kereta, 

dimana ia membeli kuda dari Mesir dan kuda dari Kewe (Sisilia) lalu kemudian menjualnya 

kepada kerajaan-kerajaan yang kecil di utara Siria (I Raja-raja 10: 28-29). Ia kemudian tergiur 

dengan berbagai proyek-proyek besar lalu membangun gedung-gedung yang besar, namun 

tenaga kerjanya diambil dari luar karena Israel tidak memiliki tenaga kerja yang terampil.30 

Perlu  diingat karena penyelesaian pekerjaan  pembangunan Bait Allah adalah hasil karya dari 

para pekerja yang berasal dari Funisia, maka ada kemungkinan adanya unsur-unsur agama 

Kanaan yang masuk dalam peribadatan umat Israel. Sebab desain bangunan yang digunakan 

adalah mengikuti tradisi disain bangunan Kanaan-Funisia.31 Dengan melaksanakan proyek-

proyek tersebut maka Salomo menjadi semakin ambisius, sehingga dana yang dikeluarkan 

menjadi sangat banyak. Ia kemudian mengambil jalan keluar dengan menagih pajak yang 

besar dari rakyat untuk mengimbangi biaya-biaya dalam lingkungan kerajaan maupun tenaga 

                                                             

kerja. Salomo bahkanpun terlibat hutang dengan raja Hiram dari Tirus, sehingga 

pembayarannya secara terpaksa harus menyerahkan dua puluh desa di Galiliea untuk melunasi 

hutang (I Raja-raja 9: 10-14). Di akhir pemerintahan Salomo, kerajaan Israel mulai goncang, 

apalagi ketika ia terjerumus pada penyembahan berhala orang Moab, Amon, Edom, Sidon dan 

Het. Di saat itu pula muncul berbagai pergolakan dari bangsa- bangsa di bawah kekuasaan 

Israel, sehingga Israel akhirnya kehilangan kekuasaan atas Damsyik, dan beberapa daerah 

Edom. Demikian pula seorang pegawai Salomo yakni Yerobeam mengadakan pemberontakan, 

tapi akhirnya dia tidak dapat mengalahkan Salomo, sehingga ia melarikan diri ke Mesir.32  Hal 

yang perlu diperhatikan, ketika Salomo jatuh pada penyembahan berhala, hal itu membuka 

peluang bagi sebagian umat untuk mengikuti jejak Salomo, sehingga terjadilah percampuran 

kebudayaan, keagamaan Israel dengan kebudayaan, keagamaan Kanaan. 

 

Kajian Perikop Dalam Kitab Kejadian Yang Berbicara Tentang Keesaan TUHAN. 

Karya-karya Yahwist dalam kitab Kejadian  sangat banyak, karena sumber ini disebut 

sebagai dasar dari kitab Kejadian bahkan keseluruhan Pentateukh. Karena itu bagian-bagian 

yang akan dikaji adalah perikob-perikob atau juga lebih khusus ayat-ayat yang secara 

langsung berkaitan dengan pokok pembahasan, dimana oleh para ahli, khususnya E.A.Speiser, 

menganggap dokumen dari Yahwist, yaitu: Kejadian 2:4b-3:24; 4:17-26; 6:1-8; 9:1-17;12:1-

4a,6-20;13:12b-18; 15:1-2a, 6-12; 16:4-14;18:1-33; 19:1-28;24:1-67;21: 1a,2a,33;32:4-33; 

43:1-34.33 Secara keseluruhan perikob-perikob tersebut di atas jika ditinjau dari jenis sastranya 

(literary genre) adalah bersifat narasi atau cerita (narrative).34 

 

Batas-Batas Perikop 

Karena dalam penelitian ini mengadakan pendekatan secara tematis dan bukan 

perikopis, maka perikop-perikop yang diulas lebih dari satu. Karena itu tidak semua perikop 

yang diangkat dijelaskan batas-batas perikopnya, tetapi  perlu untuk memberikan contoh batas 

perikop. Sebagai contoh adalah naskah  Kejadian 2:4b-3:24. Bagian ini terpisah dari Kejadian 

1:1-2:4a, karena Kejadian 1:1-2:4a dianggap berasal dari sumber P ( Priest).35 Pasal 1:4a 

berbunyi: Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Kalimat ini 

mengindikasikan bahwa proses penciptaan langit dan bumi telah selesai. Sedangkan dalam 

pasal 2:4b, dimulai dengan kalimat: Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit,-. 

Sangat jelas bahwa ini adalah unit yang terpisah, dan sebuah pernyataan untuk memulai suatu 

                                                             

cerita. Dalam bagian ini tidak lagi menggunakan kata menciptakan (created) tetapi 

menjadikan (making). Selanjutnya dalam pasal 4:1. Dimulai dengan kalimat: Kemudian 

manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya,.. (Bahasa Ibrani: ִׁםָדָאָה ְּו (wehaadam, dan 

Adam). Kalimat ini mengindikasikan bahwa pasal 4:-16 adalah kelanjutan cerita dari pasal 

2:4b-3:24, dimana pada bagian akhir dari pasal ini mengisahkan tentang manusia yang diusir 

TUHAN Allah dari taman Eden. 

 

Kajian  Hermeneutik Naskah Alkitab 

Dokumen Yahwist dalam kitab Kejadian bermula dari catatan Taman Eden dalam 

Kejadian 2:4b-3:24 sampai pada penaklukan, dipandang sebagai sumber teks yang tertua.36 

Dalam Kejadian 2:4b-3:24, Yahwist memaparkan bahwa TUHAN Allah (Yahweh37 Elohim) 

adalah pencipta langit dan bumi berserta segala isinya, termasuk manusia. Proses penciptaan 

langit dan bumi menurut Yahwist lebih pendek dan sederhana daripada cerita penciptaan 

menurut sumber Priest (P) yang terdapat dalam Kejadian pasal 1:1-2:4a. Namun secara jelas 

Yahwist menggambarkan bahwa satu-satunya pencipta alam semesta ini adalah TUHAN Allah 

dimana tidak ada kuasa lain atau dewa-dewa lain yang turut campur tangan. Di sisi lain 

Yahwist  mau mengatakan bahwa  hanya ada satu pencipta.  Ia adalah kekuatan tertinggi  yang 

tidak memiliki tandingan, yaitu TUHAN Allah. TUHAN Allah itulah yang menjadikan segala 

sesuatu menurut kehendak-Nya sendiri. TUHAN Allah sebagai Sang pencipta diperkenalkan 

dengan nama Yahweh Elohim ( מי  הלְֹּ  אִׁהָוה ְּי ). Nama Yahweh adalah nama diri yang sebenarnya 

terdiri dari 4 huruf konsonan הוהי (YHWH) yang disebut “Tetragrammaton. Nama ini 

dibedakan dari El dengan bentuk variannya.38 Menurut Titaley, Yahweh adalah monoteis 

(tunggal) bukan politeis (jamak).39 Kata Yahweh di sini menunjuk nama pribadi, sedangkan 

kata Elohim, yang seakar dengan Allah menunjukkan nama benda.40 Dengan demikian kata 

Yahweh adalah mengartikan nama pribadi Allah. Nama Yahweh  dapat dikatakan  merupakan 

sebutan yang secara khusus lahir dalam konteks kepercayaan bangsa Israel.41 Penggabungan 

Yahweh Elohim dimaksudkan oleh penulis untuk mengidentikkan Yahweh, TUHAN 

perjanjian sebagai Allah sang pencipta.

 Menurut von Rad, penggabungan kata Yahweh Elohim, adalah hasil kerja dari para  

redaktor di mana mula-mula kata yang digunakan adalah Yahweh. Pengabungan Yahweh 

Elohim adalah dalam rangka untuk lebih meyakinkan identitas dari Yahweh dan Elohim.43 

מי  הלְֹּ  א (Elohim) adalah gelar keilahian Allah yakni Pencipta. Bangsa Israel percaya bahwa ִִׁׁהָוה ְּי  

yang dibaca יָנֹדָא (Adonay) adalah nama TUHAN Allah Israel (Ul. 6:4-5).44 Yahweh Elohim 

adalah Sang pencipta, Ia sendiri yang berinisiatif untuk menciptakan langit dan bumi dan 

segala isinya serta berkuasa atas segala ciptaan-Nya itu. Jadi dapat dipahami bahwa Yahweh 

Elohim menurut pandangan sumber Y adalah Esa (satu) adanya. Keesaan Yahweh lebih nyata 

lagi dalam pasal 6:17, disebutkan: Sebab sesungguhnya Aku akan mendatangkan air bah 

meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong langit , KJV: 

And, behold,I even I, do bring a flood of waters upon the  earth, to destroy all flesh, wherein is 

the breath of life, from under heaven. Kata Aku dalam bahasa aslinya disebut ) ִׁי  נֲא = ani, 

sebagai kata ganti orang pertama tunggal), dan juga dalam pasal 7:4 disebutkan: Sebab tujuh 

hari lagi  Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi empat puluh hari empat puluh malam 

lamanya, dan  Aku akan menghapuskan dari muka  bumi  segala yang ada, yang Kujadikan 

itu. Dalam ayat ini, kata “Aku” dalam, bahasa aslinya disebut (י  כֹנֲא =anoki, adalah juga kata 

ganti orang pertama tunggal). Pengunaaan kata ganti orang pertama tungal “Aku” mengartikan 

bahwa Yahweh (TUHAN) sebagai Sang pencipta adalah TUHAN yang Esa di mana Ia sendiri 

berinisiatif untuk mencitptakan langit dan bumi beserta segala isinya tanpa ada intervensi dari 

pihak manapun, dan juga berkuasa atas segala ciptaan-Nya itu. 

 Selain menggunakan kata ganti orang pertama tunggal, ternyata juga Yahwist 

menggunakan kata ganti orang ketiga jamak dalam rangka pengungkapan untuk pribadi 

TUHAN. Dalam hal ini sumber Y menggunakan kata “kita”. Misalnya dalam pasal 3:22: “ 

Sesunggunya manusia itu telah menjadi salah satu dari kita , tahu tentang apa yang baik dan 

yang jahat; maka sekarang janganlah sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula 

dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya”. 

Demikian juga dalam pasal 11:7 Baiklah kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa 

mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing”. KJV: Go to, let us go 

down, and there confound their language, that they may not understand one another’s speech. 

 Kalimat telah menjadi salah satu dari kita ִׁ דַחַא ְּכִׁ הָיָה(וּנּמּ  מ)  haya keahad mimmmenu), 

secara khusus kata “kita” dalam ayat ini adalah dalam kata וּנּ  מּ  מ ( kata depan (dari) + akhiran 

kata ganti orang I jamak umum (kita). Sedangkan  kalimat baiklah kita turun (הָדרֵנ , neredah)  

adalah kata kerja qal imperfect orang I jamak umum). Jadi sangat jelas bahwa dari bahasa 

                                                             


aslinya  menggunakan kata ganti  orang pertama jamak dan  menggunakan kata kerja orang 

pertama jamak (menjadi salah satu dari kita, baiklah kita turun) become as one of us , let us go 

down,KJV). 

Penggunaan kata kita dalam ayat-ayat tersebut di atas banyak menimbulkan berbagai 

spekulasi dan pertanyaan bahkan lebih daripada itu telah menimbulkan banyak interpretasi 

untuk mencari tahu apa sebenarnya maksud dari penulis ( Yahwist) mengunakan kata “kita” 

yang mana sekan-akan mengindikasikan bahwa sumber Yahwist menganut paham  politeis. 

Menurut von Rad, Penggunaan kata kita di mulut TUHAN mengandaikan gagasan itu pada 

saat  sebuah panteon, dewan para dewa. (The “we” in God’s mouth presupposes the idea at 

one time of pantheon, a council of gods).45 

Berkaitan dengan persoalan ini maka Victor P.Hamilton mendaftarkan bahwa ada 

enam pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai penggunaan kata “Kita”: 

Pertama, kata “Kita” melalui suatu penafsiran mitologis, dipahami bahwa hal itu 

menunjuk pada adanya dewa-dewi lain. Kedua, kata “Kita” menunjukkan adanya 

rombongan para malaikat, “anak-anak Allah” di mana yang berbicara adalah Allah 

sendiri. Ketiga, Allah berbicara dengan segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya. 

Keempat, penggunaan kata” Kita” dari penulis, mungkin disebabkan dari segi tata 

bahasanya, sebab kata Allah (Elohim) bukan bersifat tunggal, tetapi bersifat jamak 

dengan adanya akhiran “im”, yang menunuk pada akhiran orang ketiga jamak 

maskulin. Kelima, ahli-ahli tata bahasa yang lain menafsirkan bahwa penggunaan kata 

“Kita” menjadi suatu bentuk perundingan yang jamak. Allah sendiri yang berbicara 

pada diri-Nya sendiri. Keenam, kata “kita” sering dikaitkan dengan pengertian dari 

Trinitas tetapi kurang memakai terminology secara langsung. D.J.A. Clines, 

mengatakan bahwa Allah berbicara dengan Roh-Nya.46 

 

Menurut Hamilton, penggunaan kata ganti orang ke tiga jamak “kita” adalah 

menggambarkan adanya ucapan dari Allah dalam suatu sidang ilahi, di mana dalam sidang itu 

terdapat para dewa atau malaikat-malaikat.47 Sedangkan menurut E.A. Speiser, penggunaan 

kata “kita” adalah menunjukan suatu “ rombongan surgawi”, yang mana hal tersebut masih 

tetap mengaburkan (tidak jelas).48 Joy A. Schroeder berkata bahwa penggunaan kata “Mari 

kita”, dengan demikian misteri Trinitas secara terbuka dinyatakan (The mystery of the Trinity 

is openly declared).49 

 Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, sangat jelas bahwa di 

antara para ahli terdapat pandangan yang berbeda mengenai pokok ini. Tetapi pendapat 

Hamilton dan Speiser yang mengatakan bahwa penggunaan kata “kita” menunjukkan adanya 

percakapan antara Yahweh dengan para malaikat, di mana yang berbicara adalah Dia sendiri, 

                                                             

lebih dapat diterima. Sejalan dengan pendapat kedua ahli tersebut, nampaknya Yahwist 

memahami bahwa TUHAN selalu didampingi oleh para malaikat-Nya. Hal itu nampak jelas 

jika kita melihat pada pasal 18:1 dan 2, di situ diceritakan bahwa TUHAN menampakkan diri 

kepada Abraham dekat pohon tarbantin di Mamre, namun anehnya ketika TUHAN 

menampakkan diri kepada Abraham, yang dilihat Abraham bukan hanya satu orang saja 

melainkan tiga orang ( םי  שָנֲאִׁ השלֹ  ש , selosah anasim) berdiri di depannya. Ketiga orang 

tersebut kemudian disapa oleh Abraham dengan kata “Tuanku” (יָנֹדֲא , adonay ) pada ayat ke 3. 

Tetapi juga dalam ayat 5, Abraham kemudian menyapa tamu-tamunya itu  dengan sebutan 

tuan-tuan ( tuan-tuan telah datang, מ  תרַבֲא , abartem, kata kerja qal perfect  orang ke II 

maskulin tunggal ). Lalu kemudian pada ayat 13, disebutkan: Lalu berfirmanlah TUHAN  

(הָוה ְּיִׁ ר  מֹאיַו , wayyomer Yahweh ). Rupanya penggunaan kata “Tuanku” (adonay) itu 

ditunjukkan untuk Yahweh (TUHAN).50 TUHAN datang menampakkan diri kepada Abraham 

bersama dengan kedua malaikat-Nya. Untuk lebih jelas lagi, dapat dilihat pada Kejadian pasal 

18:22, di mana orang-orang itu (kedua malaikat) berjalan ke Sodom, tetapi Abraham berdiri di 

hadapan TUHAN. Dalam pasal 19:1 kemudian diceritakan bahwa kedua malaikat itu (ִׁ יֵנ ְּש

ִַׁמַּהםי  כָא ְּל , sene hammal’akim) tiba di Sodom.ִׁ Kedua malaikat itu mengaku sebagai utusan 

dari TUHAN.ִׁMereka kemudian disapa oleh Lot dengan sebutan Tuan-tuan (יַנֹדֲא  ). Berbeda 

dengan penyapaan Abraham, Abraham menyapa dengan kata “Tuanku” , sedangkan Lot 

menyapa dengan memakai kata “Tuan-tuan”. Hal ini makin memperjelas bahwa TUHAN itu 

esa adanya menurut pandangan Yahwist, tetapi juga Ia mempunyai para malaikat yang selalu 

mengiringi-Nya. 

Menurut Yahwist, Yahweh (TUHAN) yang esa itu, sebenarnya telah lama dikenal 

orang, sebab dalam pasal 4:26, di situ disebutkan bahwa ketika Set anak Adam 

memperanakkan Enos, maka pada saat itulah orang mulai memanggil nama TUHAN 

(Yahweh). Hal ini menunjukkan bahwa Yahweh yang esa itu, yang disembah oleh orang Israel 

adalah Yahweh yang universal, yang nama-Nya sudah lama diketahui orang. 

Selanjutnya, Yahwist menggambarkan bahwa Yahweh memiliki anak (Kej 6:2). 

Menurt W.Lemp, memiliki anak dalam pengertian di sini bukanlah keturunan Allah dalam arti 

alamiah, melainkan anggota-anggota alam sorgawi, rombongan Allah.51 Jadi, anak-anak Allah 

yang dimaksudkan di sini sebenarnya hanyalah kata kiasan. Anak-anak Allah dapat juga 

diterjemahkan dengan anak-anak ilahi.52 

Berkaitan dengan adanya pengungkapan anak-anak Allah maka von Rad mengatakan:  

namely, the sons of God are to be understood as angelic beings or as men, The  

                                                             

  

Yahwist kemudian berpandangan bahwa Yahweh itu memiliki Roh (Kej 6:3). Menurut 

pendapat Lemp, “rohku” di sini bukanlah karunia roh (kudus) yang memanggil dan 

menghinggapi para hakim dan nabi, melainkan adalah tanaga dan kodrat kehidupan jasmani 

seperti dalam Mzm 104. Tanpa roh Allah, manusia adalah debu.54 

Yahweh (TUHAN) yang esa dan juga yang memiliki Roh itu adalah Yahweh yang 

berkuasa atas segala ciptaan, hanya dengan kehendak-Nya senndiri sehingga didatangkan-Nya 

air bah ke atas bumi. Ia pula yang berfirman kepada Nuh untuk beranak cucu dan memenuhi 

bumi (Kej 9:1) dan juga yang mengikat perjanjian dengan Nuh (9: 11-13). Yahweh itu pula 

kemudian disapa oleh Nuh sebagai Allah Sem (9:26). 

Walter Lempp mengatakan: 

Nama Sem telah diterangkan penafsir sebagai “ orang kenamaan (Bahasa Ibrani 

“syem” berarti nama), bangsawan yang bertentangan dengan hamba Kanaan. Tetapi 

gelar syem terutama menunjukkan bahwa bangsa itu hanya mengenal dan memanggil 

“nama” TUHAN, “nama Yahweh. Kepada Sem (Israel) sajalah Allah membuka dan 

menyatakan nama-Nya:  “Aku  ada yang Aku ada” atau “Aku adalah Aku” (Kel 3:14, 

6:2-3). Allah telah memperkenalkan nama-Nya, yaitu tabiat dan watakNya, 

kemuliaanNya dan kemauanNya kepada Israel saja.55 

  

Yahweh yang dikenal oleh Nuh, itulah juga Yahweh yang kemudian dikenal oleh 

Abraham. Yahweh memanggil Abraham untuk pergi dari negerinya dan dari sanak saudaranya 

dan dari rumah bapanya ke negeri yang ditunjukkan Yahweh kepadanya. Yahweh kemudian 

mengikat perjanjian dengan Abraham bahwa Ia akan membuat Abraham menjadi bangsa  yang 

besar, serta memberkatinya ( Kej 12:1-3). Melalui penampakan Yahweh kepada  Abraham 

yang disertai dengan janji-Nya maka Abrahampun mendirikan mezbah bagi Yahweh 

(TUHAN), Kej ( 12:7-8). 

Yahweh yang menampakkan diri kepada Abraham adalah Yahweh yang senantiasa 

menyertainya dan juga berfirman kepada Abraham bahwa Ia akan memberikan tanah Kanaan 

kepada Abraham serta keturunannya dan akan menjadikan keturunan Abraham seperi debu 

tanah (Kej 13 :14-16). Tentunya Abraham memahami bahwa Yahweh itu adalah esa adanya. 

Oleh karena itu Abraham kemudian menyapa Yahweh dengan sebutan “Adonay Yahweh” 

(Kej 15: 2,8). Dengan menggunakan kata “Adonay Yahweh”, tentunya juga Yahwist 

memberikan penjelasan bahwa Yahweh-lah Tuhan/tuan dari Abraham, dan tidak ada siapa-

siapa selain Dia. 

Adonay Yahweh yang telah menampakkan diri kepada Abraham, Ialah juga yang telah 

menyatakan diri kepada Hagar, hamba Abraham melalui malaikat-Nya, sehingga Hagar 

menyapa Yahweh sebagai El-Roi (Kej 16:13: Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang 

telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: “Engkaulah El-Roi.” Sebab katanya: 

Bukankah di sini ku lihat Dia yang telah melihat aku?” ). Nampaknya juga Yahwist mau 

mengatakan bahwa Yahweh itu dapat juga disapa sebagai El. Hal tersebut Nampak juga lebih 

jelas di mana dalam pasal 21:33, disebutkan bahwa Abraham menanam pohon tamariska di 

Bersyeba dan memangil di sana nama TUHAN, Allah yang kekal. (Jadi, Yahweh (TUHAN) 

dapat juga disapa sebagai Allah yang kekal) . Hal ini menunjuk pada suatu pengakuan bahwa 

Yahweh bersifat kekal dan tidak akan pernah mengalami kebinasan. Rupanya penyebutan 

Yahweh sebagai  Allah yang kekal sudah berkembang sejak periode pra-Israel. Dalam hal ini 

Allah yang kekal telah menjadi julukan untuk Yahweh. Von Rad mengatakan: 

The notice about the cult of “ the everlasting God” (to “ call on the name of God” 

means to practice the cult) contains a very olt tradition, In the pre Tsralite period an “ 

everlasting god” was worshiped in  Beer-Sheba, Israel’s ancestors the combined their 

“God of fathers” with this cult and thus name” Everlasting God” finally became an 

epithet of Yahweh.56 

 

Selain dijuluki sebagai Allah yang kekal, Yahweh juga mendapat julukan sebagai 

Allah yang empunya langit dan empunya bumi (pasal 24: 3,7); Allah Abraham (pasal 

24:12,27,42,48). Dalam perkembangan selanjutnya, kemudian disapa sebagai Allah Abraham, 

Allah Ishak (Kej 32:9: Kemudian berkatalah Yakub:“Ya Allah nenekku Abraham dan Allah 

ayahku Ishak, ya TUHAN, yang telah berfirman kepadaku: Pulanglah ke negerimu serta 

kepada sanak saudaramu dan  Aku akan berbuat baik kepadamu). Yakub kemudian menyapa 

Allah ayahnya itu dengan sebutan Allah  Yang Mahakuasa. (Pasal 43:14: Allah Yang Maha 

Kuasa kiranya membuat orang itu menaruh belas kasihan kepadamu,..). 

Dengan adanya julukan-julukan bagi Yahweh, maka Yahwist pula mau menjelaskan 

bahwa Yahweh yang disembah oleh umat  Israel, Dialah Allah para leluhur umat Israel, Ialah 

Allah yang kekal, Allah yang Mahakuasa yang melebihi segala allah-allah (dewa-dewa) 

sembahan bahngsa-bangsa lain. Hanya Yahweh yang layak untuk disembah dan dimuliakan 

oleh umat Israel. Ialah juga Yahweh yang disembah oleh Yusuf anak Yakub dan kemudian 

memberkatinya ( Kej 39:1-5). 

 

 

                                                             

Melalui pembahasan di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa Yahweh (TUHAN) 

adalah Allah yang esa. Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya, 

termasuk manusia. Penggunaaan kata “kita” oleh sumber Yahwist tidaklah memberi 

pengertian  bahwa Yahweh bersifat jamak, tetapi Dia itu esa adanya. Penggunaan kata “kita” 

dalam naskah sumber Yahwist dalam hubungannya dengan Yahweh, adalah ungkapan, 

percakapan TUHAN dengan para malaikat. Sebagai Allah yang esa, Ia didampingi oleh para 

malaikat-Nya, bukan dalam posisi yang setara dengan-Nya, tetapi sebagai utusan-Nya yang Ia 

ciptakan. Jadi penulis kitab Kejadian, khusunya sumber Yahwist, tidak memiliki paham 

politeis, tetapi paham monoteis dengan menggambarkan tentang kemahakuasaan-Nya yang tak 

terbatas, di mana Ia selalu diikuti oleh malakat-malaikat-Nya. 

Di tengah pengakuan Yahweh sebagai Allah yang esa, ternyata Ia juga disapa dengan 

sebutan-sebutan gelar, antara lain: El- Roi (Allah yang melihat), El-Olam (Allah yang kekal) 

dan El-Shaday (Allah yang Maha Kuasa), bahkan juga disapa sebagai Allah Abraham, Ishak 

dan Yakub. Artinya ialah: Yahweh dapat saja diberikan gelar, berdasarkan pengalaman iman 

umat percaya, tetapi keberadaannya tetaplah esa (satu). Dalam hubungan dengan konteks 

penulisan naskah Yahwist ini, tentu hal ini mengingatkan umat Israel baik di zaman raja Daud 

maupun Salomo agar tidak terjerumus pada penyembahan berhala, sebagaimana terjadi pada 

Salomo, tetapi hanya menyembah kepada  TUHAN Allah yang esa. TUHAN Allah yang esa 

yang diimani oleh umat Israel di masa lalu, secara khusus yang diberitakan oleh Yahwist, 

Dialah juga yang disembah oleh umat Kristiani ( Gereja) disepanjanng masa, yakni TUHAN 

Allah yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus dan yang senantiasa hadir  lewat kuasa Roh 

Kudus.  

 


kejatuhan palestina



SEJARAH KEJATUHAN PALESTINA


Palestin berada di bawah pemerintahan Islam kali terakhir yaitu  di 

bawah kerajaan Turki-Uthmaniyyah. Pada tahun 1516, Palestin telah 

menjadi wilayah di bawah naungan Empayar Islam Uthmaniyyah yang 

telah mengambil alih daripada kerajaan Mamluk dalam Perang Marj 

Dabak berhampiran dengan Halab. Pada zaman Sultan Sulaiman al-

Qanuni (1538-1539), kota-kota di Palestin dan Baitulmaqdis telah 

diperbaiki.1 Palestin di bahagian selatan berada di bawah pentadbiran 

wilayah Sham dan berpusat di Damsyik, manakala bahagian utara 

Palestin pula ditadbir oleh wilayah Lubnan yang berpusat di Akka. 

Palestin kelihatannya kekal di bawah Empayar Uthmaniyyah selama 4 

abad. Pentadbiran Palestin di bawah kerajaan Uthmaniyyah berakhir 

sebaik sahaja Inggeris berjaya menjajah wilayah ini. 

 

 saat  ia berada di bawah pentadbiran Uthmaniyyah, Baitulmaqdis 

dan Palestin merupakan wilayah terbuka yang boleh dilawati oleh 

golongan Kristian dan Yahudi untuk mereka melakukan ibadah 

                                                           

ditempat yang dianggap suci oleh 3 agama samawi. Golongan Kristian 

dan Yahudi bebas untuk melakukan ibadah termasuk ibadah utama 

mereka yang sering disebut sebagai ‘pilgrim’. Ia berbeza dengan Islam di 

mana ‘pilgrim’ bagi Muslim ialah ke Mekah bagi melakukan haji. Namun 

ada juga yang menggunakan perkataan ‘pilgrim’ untuk merujuk kepada 

umrah. Ini yaitu  masalah istilah yang digunakan oleh Eropah tetapi 

ingin diumumkan istilah itu kepada warga  Islam sehingga ada 

yang menulis bahawa saat  golongan Syiah menyambut Muharram dan 

kematian Saidina Husien, ia digambarkan sebagai ‘pilgrim’. Jika dilihat 

dalam hal ini, ‘pilgrim’ bagi Muslim seharusnya merujuk kepada ibadah 

haji di Mekah, bukan mana-mana sambutan juga perayaan ditempat lain.    

 

 Bagi Palestin, ia telah menjadi tempat yang menjadi tumpuan bagi 

Yahudi, Kristian dan Islam. Golongan Muslim melihatnya sebagai tanah 

yang diberkati oleh Allah SWT dan ia merupakan tanah yang 

mempunyai kaitan dan kepentingan seperti mana yang ditunjuk oleh 

para anbiya’ terdahulu. Namun begitu, setelah Palestin menjadi wilayah 

yang dijajah pada awal abad ke-20, situasinya telah bertukar. Jika dahulu 

ia bersifat inklusif dengan menerima kepelbagaian agama di tanah 

ini , tetapi ia menjadi wilayah yang tidak lagi bebas dan tidak 

terbuka terutama kepada umat Islam.  

 

PERGERAKAN ZIONIS MELOBI MENDAPATKAN NEGARA 

Golongan Yahudi sebenarnya banyak ditindas di Barat terutama di 

wilayah Eropah Timur. Bagi membela nasib golongan ini, mereka telah 

menubuhkan Pertubuhan Zionis Antarabangsa (WZO). Ia ditubuhkan 

secara rasmi pada tahun 1897 melalui persidangan pertamanya di Basel. 

Pertubuhan ini telah memilih Theodor Herzl sebagai presiden yang 

pertama. Tujuan utama pertubuhan ini yaitu  untuk mendapatkan 

sebuah negara bagi bangsa Yahudi. Idea ini sebelumnya telah diterbitkan 

dalam bentuk buku yang ditulis oleh Herzl, iaitu ‘Der Judenstaat’ atau 

The State of Israel. Golongan Yahudi melakukan lobi terhadap kuasa 

besar dunia pada waktu ini  iaitu Britain untuk mendapatkan 

sokongan dan simpati. Beberapa strategi digunakan dengan mendekati 

pembuat dasar di Britain. Pemimpin zionis di Britain iaitu Wheizmann 

melakukan usaha melobi dengan kuat bagi mendapatkan simpati untuk 

menubuhkan negara Israel di Palestin.2 

 

Beberapa strategi yang digunakan  telah memicu  simpati serta 

persetujuan House of Common di Britain. Rentetan dari itu, satu 

deklarasi persetujuan dan sokongan oleh Britain telah dikeluarkan yang 

dikenali sebagai Deklarasi Balfour pada Nov 1917. Ia telah dibincangkan 

dengan mendalam dan teks rasminya diputuskan pada 31 Oktober 1917 

oleh Kabinet Perang (War Cabinet) di London. Oleh sebab itu, ada dua 

peristiwa besar yang selalu disebut berlaku pada tarikh ini  iaitu 

persetujuan terhadap teks Deklarasi Balfour dan serangan tentera British 

bagi menawan Palestin.3 

 

Penulis melihat bahawa kelemahan Kerajaan Turki ‘Uthmaniyyah 

yang memerintah Palestin di antara tahun 1516-1917 turut memudahkan 

laluan untuk kejayaan projek Yahudi-Zionis di Palestin. Kuasa Barat 

mengambil peluang ini membahagi-bahagikan tanah Palestin sesama 

mereka. Sewaktu Persidangan London 1905-1907, idea pembentukan 

‘Negara Kawalan’ (Buffer State) di kawasan Palestin telah ditimbulkan. 

Para hadirin  telah mencadangkan satu keputusan kepada pihak Perdana 

Menteri Britain Campbell Bannerman pada masa itu untuk membina 

institusi pemerintahan yang berbentuk kawalan manusia yang kuat di 

sebelah Timur Laut Mediteranean yang bermusuhan dengan orang Islam 

tetapi merupakan rakan Kuasa Eropah serta kuat bergantung kepada 

mereka.4 Mereka berpandangan bahawa orang yang terbaik untuk 

melaksanakan perancangan kolonial ini ialah orang-orang Yahudi 

sendiri. 

 

 Motif utama perancangan Barat untuk membina idea Negara 

Kawalan (iaitu Palestin) di tengah-tengah dunia Islam yaitu  untuk 

memisahkan perpaduan orang-orang Islam di sebelah Asia dengan 

Afrika5 dan mungkin juga mereka ingin menjauhkan warga  Islam 

                                                           

dengan Barat. Idea ini juga yaitu  usaha untuk mematahkan sebarang 

kemunculan tamadun Islam yang kuat di situ. Dengan ini dunia Islam 

akan sentiasa sibuk dengan masalah permusuhan yang panjang dan 

rumit. Rejim Zionis ini amat memerlukan sokongan kuasa Barat untuk 

menjamin survival mereka dan kuasa Barat juga memerlukan mereka 

untuk menjamin kelemahan dunia Islam, perpecahan dan penderitaan 

mereka. Oleh itu salah satu strategi yang harus dilakukan yaitu  mereka 

perlu menjalinkan hubungan kerjasama tanpa putus-putus. 

  

PALESTIN DI BAWAH MANDAT BRITISH: BERMULANYA 

KEJATUHAN RASMI ABAD KE 20 

Palestin secara rasmi jatuh ke tangan bukan Islam pada zaman moden ini 

apabila ia jatuh ke tangan British yang menjajah tanah ini . Pasukan 

British di bawah pimpinan General Allenby telah berjaya menawan 

Palestin daripada naungan Uthmaniyyah. Beliau berjaya menawannya 

pada bulan Disember 1917. Beliau mula melancarkan serangan terhadap 

Beersheba pada 31 Oktober lagi. Pergerakan secara taktikal yang disusun 

oleh Allenby telah membawa kepada kejayaan British menawan 

bahagian selatan Palestin dan juga Jerusalem daripada pemerintahan 

Turki-Uthmaniyyah.6 

 

 Secara rasmi, pada 1918 iaitu selepas Perang Dunia Pertama, 

Baitulmaqdis dan Palestin jatuh ke tangan British selepas daripada 

British menewaskan Empayar Islam Uthmaniyyah. Rentetan daripada 

penjajahan ini , bermulalah perpindahan secara besar-besaran 

bangsa Yahudi ke Palestin  di bawah naungan British dari 1918-1947. 

Kesinambungan daripada pendudukan ini  juga menyaksikan 

British telah menempatkan wakilnya di Palestin dan menjadikan 

Baitulmaqdis sebagai ibu kotanya.7 

 

SEJARAH KELAHIRAN NEGARA ISRAEL   

Semasa Perang Dunia, orang-orang Yahudi yang terlibat dalam perang 

mempunyai jumlah yang besar. Dalam situasi ini , sekitar 119,000 

orang Yahudi berdaftar untuk perkhidmatan tentera dalam masa sebulan 

Perang Dunia Kedua berlaku. Pada akhir tahun 1942, sekitar 19,000 orang 

                                                         

Yahudi Palestin - hampir 10 peratus daripada mereka perempuan - 

berada dalam perkhidmatan tentera dan aktif dengan angkatan 

bersenjata Inggeris. Mereka yaitu  sebahagian daripada kekuatan tentera 

yang menyertai operasi di Itali dan Afrika Utara. Unit Komando Khusus 

Yahudi berjuang di Libya dan Ethiopia, dan juga terlibat dalam 

penjajahan pasukan tentera Berikat di Syria dan Lubnan pada tahun 

1941. Orang-orang Yahudi mengharapkan bahawa penyertaan setia 

mereka tidak akan dilupakan oleh Inggeris saat  perang berakhir. Ia 

merupakan masa yang tepat untuk kembali menilai masalah 

perpindahan Yahudi ke Palestin.8   

 

Oleh kerana situasi anti-Semitism atau anti Yahudi muncul di 

Eropah sebelum Perang Dunia II, orang Yahudi percaya bahawa Palestin 

menawarkan tempat terbaik untuk mereka membina semula kehidupan 

mereka dan imej bangsa yang rosak. Pada tahun 1945, ada arus besar 

warga  Yahudi di Poland dan Eropah Timur lain melarikan diri ke 

kem-kem pelarian di Barat. Situasi ini berlaku kerana setelah kembali ke 

rumah mereka di Poland, orang-orang Yahudi mendapati keadaan yang 

runcing di mana anti-Semitisme telah merebak kepada rakyat Poland. Ini 

tidak terkecuali golongan Yahudi yang terpaksa lari dari cengkaman 

anti-Semitisme yang membingungkan hidup mereka di era sebelum 

Perang Dunia I yang dikenali sebagai ‘pogroms’. 

 

Ramai dalam kalangan orang Yahudi, sebagai akibat dari anti-

Semitisme, menjadi pelarian atau displaced person (DP) dan beberapa 

kongres telah dilaksanakan untuk mencari penyelesaian untuk golongan 

ini. Beberapa orang Yahudi, setelah melihat keluarga mereka terlibat 

dalam pembunuhan beramai-ramai oleh Nazi, mereka menumpukan 

perhatian kepada membawa pelarian ini ke Palestin.9 Kemudian itu 

Yahudi Palestin, dengan keberanian dan semangat mereka untuk 

berjuang serta membela nasib kaum, berjaya menyokong serta 

menubuhkan negara Israel.10 Penubuhan Negara Israel ini  

mendapat sokongan penuh dari Amerika di mana Yahudi Amerika telah 

memainkan peranan penting dalam melobi kerajaan Amerika pada 

                                                           

waktu ini . saat  Harry Truman diangkat menjadi Presiden pada 

April 1945, beliau menjadi sasaran kuasa rayuan dan pelobi Zionis. 

Presiden Truman tidak pernah menyimpang dalam memberikan simpati 

terhadap aspirasi Zionis. Dia menulis dalam autobiografinya: 

 

Saya sudah membaca Deklarasi Balfour dengan berhati-hati, di mana 

Great Britain telah memberikan komitmen untuk sebuah tanah air bagi 

Yahudi. Saya telah membiasakan diri dengan sejarah serta soalan tentang 

sebuah tanah air bagi Yahudi dan kedudukan Inggeris dan Arab (dalam 

isu ini)... saya merasakan bahawa ia boleh memungkinkan kita untuk 

memerhati kepentingan jangka panjang bagi negara kita, sementara itu 

pada masa yang sama membantu mereka (Yahudi) yang tidak bernasib 

baik hasil penganiayaan (ke atas mereka) untuk mendapatkan rumah.11  

 

Pada tahun 1947, Jawatankuasa Khusus PBB terhadap Palestin 

(UNSCOP) menyarankan bahagian Barat Palestin harus dibahagi 

menjadi tiga kategori: pertama, sebuah negara Yahudi, kedua, sebuah 

negara Arab dan ketiga, sebuah wilayah yang dikuasai atau diperintah 

oleh PBB (Corpus separatum) di sekitar bandar Baitulmaqdis. Pelan 

pembahagian (Partition Plan) ini diluluskan pada 29 November 1947 

dengan terhasilnya Resolusi 181, Perhimpunan Agung PBB. Resolusi ini 

dikatakan lebih menguntungkan orang Yahudi berbanding dengan 

laporan Suruhanjaya Peel.12 Resolusi ini dikira sebagai 33 suara 

menyokong, 13 menentang, dan 10 dikira tidak hadir. Ini bererti adanya 

sokongan dengan majoriti mudah untuk memisahkan tanah Palestin 

menjadi beberapa bahagian. Sekiranya 10 perwakilan yang tidak hadir 

ini  jika mereka muncul, ia tidak akan mengubah sokongan untuk 

mewujudkan sebuah negara Yahudi di Palestin.   

 

Ramai daripada rakyat Palestin menentang rancangan pemisahan 

ini, namun ia tidak berkesan. Oleh itu ada yang melihat bahawa rakyat 

Palestin berhak untuk mendapatkan kembali tanah ini  kerana pada 

asalnya ia memang milik mereka. Inilah cara untuk memberikan 

                                                           

kefahaman kepada orang-orang Yahudi bahawa negara mereka yaitu  

hasil dari pencerobohan tanah rakyat Palestin. 

 

Seorang pengkaji, Galvin menyatakan bahawa sepuluh tahun 

pertama kewujudan rejim Israel boleh dianggap sebagai sebuah tempoh 

perubahan demografi secara radikal dengan penambahan penduduk 

Yahudi meningkat dengan cepat. Perubahan demografi dan peningkatan 

mendadak jumlah Yahudi di Palestin yaitu  hasil daripada dua faktor. 

Salah satunya yaitu  pelarian rakyat Palestin yang telah melarikan diri 

ke sempadan tanahair mereka seperti Jordan, Syria dan Mesir atau ada 

yang terpaksa melarikan diri dengan mencari tempat berlindung di 

rumah perlindungan sementara. Ia menjadi bertambah teruk kerana 

usaha yang dilakukan oleh Israel dengan menduduki 94 peratus 

daripada harta yang ditinggalkan oleh orang Palestin yang melarikan 

diri. Mereka melarikan diri kerana dipaksa berbuat demikian dan 

keperitan hidup. Harta-harta peninggalan mereka dirampas dan 

diedarkan kepada warga  Yahudi. Ada yang melihat bahawa ada 

usaha yang dilakukan oleh beberapa orang Palestin untuk mendapatkan 

semula harta mereka dalam bentuk hasil penuaian ke atas tanaman yang 

mereka tinggalkan sebelum ini atau membawa harta yang mereka 

tinggalkan ke rumah baru mereka.  

 

Faktor kedua perubahan demografi secara drastik di Palestin yaitu  

perpindahan orang Yahudi secara sukarela datang ke Israel. Selama 

empat tahun pertama kewujudan Israel, sekitar tujuh ratus ribu 

pendatang Yahudi telah tiba. Jumlah ini yaitu  dua kali ganda 

penduduk Israel secara keseluruhan. Ada kelompok warga  Yahudi 

yang berpindah ke Israel kerana pujukan dan desakan oleh Zionis. 

Mereka dijanjikan penempatan untuk keluarga dan mereka disogok 

dengan kepercayaan agama mereka terhadap tanah ini  sebagai 

‘tanah yang dijanjikan’. Ada juga yang datang ke Israel kerana mereka 

dianiaya di negara-negara yang mereka tinggal sebelum ini.14 Cattan 

                                                           

menyebutkan bahawa statistik sebahagian besar pendatang Yahudi ke 

Israel berasal dari Poland, Jerman, Romania dan Czechoslovakia.

 

Dalam menghadapi kelahiran negara Israel, perang psikologi serta 

ungkapan sinis sering dilemparkan terhadap warga  Arab yang 

tidak bersatu dan mempunyai pemimpin yang teruk dilakukan oleh 

pasukan Irgun. Pasukan ini merupakan kumpulan terroris yang terkenal 

dari kalangan Yahudi. Satu lagi pasukan mereka dikenali sebagai 

Haganah. Mereka merancang keganasan ke atas warga  Palestin. 

Pada tarikh 9 atau 10 April 1948 Irgun melakukan pembunuhan lebih 

dari 250 warga awam umat Islam Palestin di desa Deir Yassin. Pada 

tarikh 26 Mei, kumpulan Haganah pula melancarkan serangan dan 

mengusir semua penduduk di perkampungan yang didiami oleh suku 

Arab kelas menengah.16 Ini hanya dua contoh dari banyak keganasan 

yang dilakukan terhadap rakyat Palestin. Sesuatu yang tidak dapat 

diterima ialah keganasan itu dilakukan oleh pasukan zionis Yahudi 

saat  Palestin masih di bawah Mandat British, sebelum negara Israel 

diisytiharkan wujud. Dalam hal ini, Armstrong berpendapat bahawa 

selama tempoh Palestin berada di bawah Mandat British, Zionis berjaya 

mencengkam serta menzahirkan kewujudan mereka di situ yang mana ia 

telah menyebabkan warga  Arab menjadi lemah dan akhirnya 

membawa kepada kewujudan negara Israel.17   

 

Pada 14 Mei 1948, Ben-Gurion mengadakan upacara di Tel Aviv 

Museum untuk mewartakan kelahiran negara baru iaitu Israel. 

Keganasan Israel terus memuncak ke atas warga  Palestin. Pada hari 

berikutnya iaitu 15 Mei, selepas Inggeris secara rasmi keluar dari 

Palestin, kumpulan Irgun telah menyerang Jaffa.  Ia seakan pembantaian 

di Deir Yassin, malah ia lebih teruk, di mana ia telah menyebabkan tujuh 

puluh ribu penduduk Arab di kawasan bandar melarikan diri.18 Apa 

yang menjadi dorongan semangat tambahan bagi Israel yaitu  bahawa 

                                                           

selang beberapa minit selepas pembentukan negara baru ini, Presiden 

Amerika, Harry Truman memberikan sokongannya diikuti oleh negara-

negara lain seperti Britain, Romania dan Uruguay. Ini yaitu  satu bentuk 

kemenangan bagi Israel kerana mendapat sokongan padu dari kuasa 

besar dunia. Dua hari selepas itu, beberapa negara lain seperti Soviet 

Union, Poland, Ireland dan lain-lain negara telah mengiktiraf kewujudan 

Israel. Secara rasmi, sokongan dari Amerika terhadap kewujudan Israel 

yaitu  31 Januari 1949. Tidak dapat tidak, pengisytiharan kewujudan 

Negara Israel telah warga  melukakan hati penduduk Palestin luka 

hati. Peristiwa itu sudah tentu merupakan pengesahan kepada lanskap 

baru sosio-politik Timur Tengah akan bermula.  

 

Terdapat sarjana yang berpendapat bahawa kewujudan Negara 

Israel tidak mempunyai sebarang dokongan dari aspek undang-undang. 

Malah ia tidak langsung mempunyai merit di bawah undang-undang 

antarabangsa. Dalam hal ini, Cattan berpendapat bahawa Israel tidak 

memenuhi syarat-syarat biasa bagi kewujudan sesebuah negara di 

bawah undang-undang antarabangsa, yang mana keperluan itu yaitu : i. 

warga  (people), ii. sebuah wilayah yang mempunyai sempadan 

tersendiri (defined territory), dan iii. kerajaan (government). Cattan 

meneruskan pandangannya dengan pendapat bahawa sebahagian besar 

penduduk Yahudi pada waktu itu di Palestin bukan warganegara. 

Golongan Yahudi yaitu  pendatang (immigrants) yang datang ke Palestin 

tetapi golongan pendatang ini telah menghalau penduduk asal dengan 

kekerasan dan keganasan.19  

 

Sebarang bentuk perbincangan yang tidak menyokong keganasan 

Israel tidak bererti bahawa ia terlibat dalam anti-Semitism (anti-Yahudi). 

Pada hakikatnya, kewujudan istilah anti-Semitism digunakan untuk 

merujuk kepada layanan buruk dari negara-negara Eropah terhadap 

orang Yahudi yang tinggal di negara mereka seperti di Austria, German, 

Rusia dan lain-lain. Dalam hal ini, perlu juga difahami bahawa 

menentang pergerakan Zionis yaitu  subjek yang berbeza dari anti-

Semitism. Kedua-dua perkara ini berbeza antara satu sama lain.  

 

Al-Qaradawi jelas menyatakan bahawa bagi umat Islam, mereka 

tidak boleh memerangi orang-orang Yahudi sekarang hanya kerana 

mereka Yahudi. Tetapi ia berlainan dengan penentangan terhadap zionis, 

iaitu kefahaman warga  Yahudi yang ekstrem untuk merampas 

tanah Palestin bagi mewujudkan Negara Israel. Jelas, penentangan 

terhadap zionis dan Israel yaitu  kerana mereka telah menduduki tanah 

Palestin milik warga  Muslim dan Arab. Jadi, orang-orang Arab 

mempunyai hak mereka untuk menuntut kembali tanah ini . 

Namun ketidakadilan kuasa besar dunia terhadap mereka pada abad ini 

bererti mereka tidak mampu memperolehi kembali hak mereka. Bukan 

sekadar itu, mereka juga dinafikan hak untuk kembali ke Palestin 

sebagaimana yang dinikmati oleh orang Yahudi yang boleh ‘kembali’ ke 

negara Israel. Sikap tidak adil Yahudi serta keganasan yang dilakukan 

mereka inilah yang ditentang. Oleh kerana itu, Michael Prior melalui 

bukunya iaitu sebuah kajian mendalam tentang konflik antara Palestin-

Israel, menyatakan bahawa seseorang itu boleh sahaja menjadi anti-

Zionis terhadap perkara buruk yang dilakukan mereka, tetapi ini tidak 

bermakna bahawa dia seorang yang anti-Semitism.20  

 

 Secara ringkas, Israel berjaya menduduki Palestin dan Barat 

Baitulmaqdis saat  perisytiharan negara ini  pada 1948. 

Penguasaan Israel merangkumi 81.4% daripada seluruh keluasan 

Baitulmaqdis. Kawasan timur Baitulmaqdis yang juga sering dikenali 

sebagai East Jerusalem masih tidak dapat ditawan pada tahun ini . 

Namun demikian, mereka terus melebarkan pemilikan itu kepada 85% 

dengan membina penempatan  perumahan untuk kaum Yahudi di atas 

tanah milik rakyat Palestin, manakala kawasan perkampungan Arab 

pula dirampas.  

 

 Pada peringkat awal penjajahan Israel di Palestin, Baitulmaqdis 

telah dibahagikan kepada dua bahagian, di mana bahagian Barat 

diperintah oleh Israel. Dalam jangkamasa yang singkat, seramai 30,000 

bangsa Arab telah diusir keluar dari vagina Barat Baitulmaqdis. 

Manakala Baitulmaqdis timur pula diletakkan di bawah naungan 

pemerintahan Jordan. Pada 23 Januari 1950, Israel bertindak menjadikan 

                                                           

Baitulmaqdis Barat sebagai ibu kota mereka. Tindakan ini menambahkan 

kemarahan warga  Arab kerana Baitulmaqdis yaitu  tempat suci 

yang tidak harus dirampas dengan kekerasan.  

 

 Manakala pengisytiharan Palestin sebagai naungan British serta 

diletakkan di bawah British Mandate secara automatik memberi laluan 

mudah kepada Yahudi untuk merampas Palestin. Satu tindakan ekstrim 

yang dilakukan oleh zionis, pada Mei 1980, di mana Masjid al-Aqsa cuba 

diletupkan manakala pada 17 Oktober 1989 pula, sekumpulan warga 

Yahudi telah meletakkan batu asas untuk pembinaan Haikal Sulaiman 

berhampiran pintu masuk Masjid al-Aqsa. Golongan Yahudi percaya 

bahawa Masjid al-Aqsa merupakan tapak Haikal Sulaiman dan masjid 

itu perlu dirobohkan untuk didikan haikal. Inilah satu tindakan yang 

menghangatkan kekacauan tajaan zionis.  

 

 Menurut Juergensmeyer, para pemimpin warga  Palestin 

termasuk Hamas tidak dapat menerima kezaliman yang dilakukan oleh 

zionis terhadap warga  Arab Palestin. Dalam wawancara beliau 

dengan Abdul Aziz Rantisi (sebelum beliau syahid pada 17 April 2004), 

jelas menunjukkan pendirian pertubuhan Islam yang diterima majoriti 

warga  Palestin ini . Juergenmeyer bertanya apakah Yahudi dan 

Muslim boleh tinggal dalam keadaan aman dan harmoni dalam kawasan 

yang dikenalpasti sebagai Palestin, Rantisi yakin bahawa ia boleh 

berlaku, tetapi tidak di bawah regim pemerintahan Israel. Rantisi 

menyatakan mereka boleh mencapai keamanan sekiranya keadaan 

pemerintahan yaitu  berlainan dengan yang ada, iaitu pemerintahan di 

kontrol oleh Arab Palestin. Beliau juga menyatakan bahawa golongan 

Yahudi boleh tinggal bersama dengan warga  Arab Palestin.21 

 

 Situasi sebegini tidaklah mustahil untuk dicapai kerana dua sejarah 

utama Palestin menunjukkan keamanan itu boleh wujud di bawah 

pemerintahan yang adil dan saksama. Ia menjadi realiti pada era 

Khalifah Umar al-Khattab yang membebaskan Baitulmaqdis buat 

pertama kali di bawah Islam, dan saat  Salahudin menawan kembali 

kota ini  dalam perang salib pada tahun 1187. Situasi di Palestin 

                                                         

berubah kembali apabila ia jatuh ke tangan British pada tahun 1917 dan 

perisytiharan negara Israel di atas tanah ini  pada tahun 1948 yang 

menjadi sejarah hitam abad ini bagi Palestin.  

 

 Esposito menyatakan bahawa saat  Israel menyerang Gaza pada 

akhir 2008, ia sebenarnya satu ujian bagi kuasa besar dunia iaitu Amerika 

dalam hubungan dan komitmen terhadap Israel. Ia yaitu  suatu 

serangan yang dirancang khas. Laporan tersebar di akhbar Israel bahawa 

tentera Israel telah merancang untuk melakukan provokasi serta mencari 

sebab terbaik untuk menyerang warga  Arab ini .22    

 

 Sehingga kini, Yahudi zionis terus mendominasi bumi Palestin. 

Ekoran daripada penjajahan ini  menyebabkan saban hari nyawa 

rakyat Palestin terkorban. Mereka tidak mendapat perhatian serius dari 

kuasa besar dunia dalam menangani masalah mereka. Sering apa yang 

berlaku ialah pihak kuasa besar memberikan sokongan kepada Israel 

dengan terus menafikan hak rakyat Palestin yang merupakan penduduk 

asal tanah ini  sebelum mereka dihalau keluar dengan kekerasan.  

 

KESIMPULAN 

Palestin dari sudut sejarah merupakan wilayah yang didiami oleh 

warga  Arab yang terdiri dari pelbagai latar agama seperti Yahudi, 

Kristian dan Islam. Seiring dengan perkembangan zaman, Palestin 

mengalami pasang surutnya di mana kuasa pemerintahan ke atasnya 

silih berganti. Hal ini membuktikan bahawa hampir seluruh daripada 

kuasa dunia terutama dari tiga agama samawi ingin menguasai ‘tanah 

yang diberkati’ ini disebabkan oleh matlamat dan kepentingan tertentu 

sama ada dari sudut spiritual, fizikal, ekonomi dan sebagainya.  

 

Namun, perubahan terhadap Palestin boleh dilihat dengan ketara 

pada abad ini setelah ia mula diduduki dan diperintah oleh zionis yang 

menukar nama bagi kawasan ini  daripada Palestin kepada Israel. 

Sejarah kejatuhan Palestin ini perlu difahami bagi meningkatkan 

kesedaran umat terhadap hak yang dirampas. Dunia perlu berlaku adil 

dan melihat hal ini dari kacamata keadilan sejagat, bukan hanya sekadar 

                                                          

mendengar dari sebelah pihak dan yang lebih menjadikan situasi itu 

parah yaitu  kerana sebelah pihak ini  tidak lain tidak bukan yaitu  

Israel.  kekejian yahudi 

 


 Sesungguhnya Islam adalah agama Allah  yang kokoh, Dia  tidak 

menerima agama selainnya dari seseorang. Menggabungkan di antara ilmu dan 

amal. Pertengahan di dalam ibadah dan i'tiqad. Benar dalam berita. Adil dalam 

hukum. Beberapa golongan telah menyimpang dari jalan yang terang, 

dikalahkan oleh kesombongannya atau kebodohannya. Melewati jalan yang 

gelap, menelusuri jurang yang gersang. Sunnatullah terus berlalu dalam 

menyingkap tutupan-Nya dari orang-orang yang zalim, sekalipun setelah 

beberapa kurun waktu. Firman Allah : 



Dan demikianlah Kami menerangkan ayat-ayat al-Qur'an. (supaya jelas jalan 

orang-orang yang saleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa. 

(QS. al-An'aam:55) 

Yahudi adalah agama yang paling sesat, nampak dalam agamanya kepincangan 

dan kekurangan. Allah  telah menjelaskan dalam kitab-Nya tentang keadaan 

mereka secara jelas dan mendetail (panjang lebar), secara isyarat dan ringkas, 

dalam beberapa ayat. Dan Dia  menyebutkan sifat mereka secara sesuai lagi 

adil. Memberikan peringatan dari kejahatan mereka dan meletakkan mereka di 

barisan utama musuh-musuh kaum mukminin. 

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya 

terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang 

musyrik. (QS. al-Maidah:82) 

Mereka menghadapi Islam dengan rasa permusuhan, mengasuh sifat nifaq dan 

orang-orang munafik, mendorong orang-orang musyrik dan berkonspirasi 

bersama mereka menghadapi kaum muslimin. Umat Islam terbakar dengan api 

permusuhan dan tipu daya mereka. lisan orang-orang bodoh dari mereka terlalu 

berani terhadap Pencipta mereka. Nabi mereka telah menggabungkan untuk 

mereka di antara perintah dan larangan, berita gembira dan ancaman, lalu 

 4

mereka membalasnya dengan balasan terburuk. Mereka bersamanya di tempat 

yang paling luas dan paling indah udaranya. Atap mereka yang menaungi 

mereka dari terik matahari dan awan. Makanan mereka adalah salwa, yaitu 

burung yang paling enak rasanya. Minuman mereka adalah dari madu. Dari 

dalam batu, terpancar dua belas mata air untuk mereka. Dan mereka justru 

meminta gantian dengan sesuatu yang lebih rendah dari itu. Mereka meminta 

bawang putih, bawang merah,  adas dan timun. Dan hal ini adalah karena 

kurangnya akal mereka dan pendeknya pemahaman mereka. Mereka meyakini 

bahwa kebenaran adalah bersama keras dan kesempitan atas mereka. 

 Mereka ditawarkan Taurat lalu tidak mau menerimanya. Maka Allah  

menyuruh Jibril , lalu ia  mencabut gunung dari akarnya menurut ukuran 

mereka, kemudian mengangkatnya di atas kepala mereka. lalu dikatakan kepada 

mereka: jika kamu tidak mau menerimanya niscaya kami melemparkannya 

kepadamu, maka mereka menerimanya dengan terpaksa. Firman Allah : 


Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit 

naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. 

(Dan Kami katakan kepada mereka):"Peganglah dengan teguh apa yang telah 

Kami berikan kepadamu,serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di 

dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa". (QS. al-A'raaf:171) 

Dan ketika Nabi Muhammad dibangkitkan, mereka mendorong manusia untuk 

berbuat jahat dan membunuhnya. Mereka menyakitinya  dan melakukan 

konspirasi untuk membunuh dan mencelakainya beberapa kali. Mereka 

berencana menjatuhkan batu besar atasnya di perkampungan Bani Nadhir dari 

atas rumah yang beliau  duduk di bawahnya, lalu datanglah kepadanya berita 

dari langit. Mereka memberi hadiah kepadanya  kambing panggang yang 

mengandung racun. Lalu beliau mencicipinya sedikit dan merasakan dampaknya 

hingga wafatnya. Mereka melakukan tipu daya dan menyihirnya, sehingga 

dibayangkan kepadanya bahwa dia  melakukan sesuatu padahal dia  tidak 

melakukan. Lalu Allah  mencukupkannya dan membebaskannya dari hal itu. 

 Kaum yang selalu menyalakan api fitnah dan mengobarkan perang, 

menebarkan  terkanan dan membangkitkan rasa dendam dan permusuhan. 

 

Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya. (QS. al-

Maidah:64) 

Mereka menyembunyikan kebenaran dan memalingkan kalimah dari tempat-

tempatnya, mereka adalah orang-orang yang memalsukan dan menyamarkan.  

Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan antara yang haq dengan 

yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui. (QS. Ali 

Imran:71) 

Mereka membatalkan janji dan melanggar perjanjian. Mereka membunuh 

beberapa orang nabi yang tidak bisa didapatkan hidayah kecuali lewat 

perantaraan tangan mereka. Terkadang dengan disembelih dan terkadang 

dengan gergaji. Mereka menumpahkan darah nabi Yahya  dan menggergaji 

nabi Zakaria . Mereka berniat membunuh nabi Isa  dan berusaha 

membunuh nabi Muhammad , dan tidak ada kebaikan bagi orang yang 

membunuh seorang nabi: 


Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) 

yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa 

orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu 

bunuh. (QS. al-Baqarah:87) 

 Yahudi mengingkari nikmat dan karunia Allah . Jika engkau berbuat 

baik kepada mereka, niscaya mereka berbuat jahat. Dan jika engkau 

memuliakan mereka, niscaya mereka sombong. Allah  telah menyelamatkan 

mereka dari tenggelam bersama nabi Musa , lalu mereka tidak bersyukur 

kepada Allah , bahkan mereka meminta kepada nabi Musa  karena enggan 

dan sombong agar dia menjadikan tuhan untuk mereka selain Allah .  Mereka 

menyembah Allah  menurut keinginan mereka. Mereka tidak memhormati para 

nabi. Mereka berkata kepada nabi: 'Kami tidak akan beriman kepadamu 

sehingga kami melihat Allah  dengan mata kepala kami secara nyata',  

lalu mereka disambar petir sedang mereka melihatnya. (QS. adz-Dzariyat:44) 

 Mereka adalah kaum bersifat dengki, jika melihat nikmat yang nampak 

pada orang lain, mereka berusaha mengambilnya, dan menurut sangkaan 

mereka bahwa mereka lebih berhak dengannya. Nabi  bersabda:  

"Sesungguhnya Yahudi adalah kaum pendengki." HR. Ibnu Khuzaimah dalam 

shahihnya: 574, dari hadits Aisyah radhiyallahu 'anha. 

 Mereka menghancurkan bangsa dan personal dengan riba, bersenang-

senang dengan memakan riba, menguras kekayaan kaum muslimin dengan 

menghancurkan ekonomi  mereka, memasukkan yang diharamkan di dalam 

transaksi mereka, menyerang kaum muslimin dengan membangkrutkan mereka, 

berusaha menjadikan mereka fakir, menguasai yang lain terkadang dengan 

kesombongan dan di saat yang lain dengan merendahkan mereka, mereka besar 

terhadap kaum muslimin saat lemahnya mereka dan hina saat mereka kuat.  

Dalam jiwa mereka tertanam bahwa mereka adalah rakyat Allah  yang terpilih 

dan selain mereka adalah pelayan mereka, dan mereka (selain Yahudi) 

diciptakan untuk melayani mereka. 

 Lidah mereka tidak bersih dari kebohongan, kata-kata keji dan kotor. 

mereka mengatakan tentang Allah  Yang Maha Agung:  "Tangan-Nya 

terbelenggu'. Dan mereka bertanya tentang Allah  Yang Maha Kaya: 

'Sesungguhnya Dia fakir dan kamilah yang kaya'. Mereka menduduh nabi Isa  

dan ibunya dengan tuduhan besar. Dan mereka berkata tentang Rasulullah  al-

Mushthafa: 'Sesungguhnya dia adalah seorang penyihir dan pembohong'. 

Kutukan terus menerus atas mereka dan hukuman tak pernah berhenti atas 

mereka. Mereka mendapat fitnah dengan wanita dan menyebarkan tahallul dan 

sufur (wanita tidak berhijab). Nabi  bersabda: 

"Permulaan fitnah bani Israel adalah pada wanita."HR. Muslim dalam zikir dan 

doa: 2742 dari hadits Abu Sa'id al-Khudri . 

 Mereka mengajak kepada kebebasan dan kerusakan, serta menutup diri di 

bawah slogan tipuan seperti kebebasan dan persamaan, kemanusiaan dan 

persaudaraan, mereka menghancurkan pemuda muslim, memperdayanya 

dengan wanita dan kehinaan. Mereka menfitnah dengan wanita dan berusaha 

membentuk satu generasi muslim yang kosong, tidak mempunyai akidah, tidak 

punya dasar, tidak ada akhlak dan kesopanan, mencemari akal generasi baru 

dengan menanamkan kenikmatan, terkadang dengan yang dilihat, dan terkadang 

 7

dengan yang tidak dilihat. Mereka iri terhadap wanita muslimah di atas hijab 

dan perasaan hayanya, dan mengajaknya membuka hijab dan membebaskannya 

dari nilai-nilainya, dan mereka menghiasi baginya agar sama dengan wanita 

mereka dalam pakaian dan pergaulannya, agar memalingkannya dari fitrahnya. 

Mereka menghiasi para pemuda dan pemudi dengan syahwat, agar semua 

terlepas dari agama dan nilai-nilainya, maka ia tetap tertawan untuk nafsu 

syahwat dan kenikmatan. Firman Allah : 

dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-

orang yang membuat kerusakan. (QS.al-Maidah :64) 

 Mereka berniat menghancurkan keluarga muslim, merobek ikatan dan 

dasar-dasar agama dan sosial, agar menjadi umat yang tidak ada puing-puing 

dan tidak ada tali kendali. Mereka menyebarkan kehinaan dan perbuatan keji, 

dan menghancurkan keutamaan dan keindahan akhlak: 


Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka 

berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan 

mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.. 

(QS. Ali Imran:112) 

Mereka penakut saat bertemu musuh, mereka berkata kepada nabi Musa : 

karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua, 

sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja". (QS. al-Maidah:24) 

Mereka lari dari kematian dan takut berperang: 

Mereka tiada akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam 

kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. (QS. al-Hasyr:14) 

Mereka menyukai kehidupan dunia dan menebus untuk tetap hidup, mereka 

pergi dalam kekufuran secara berjamaah yang tidak terhingga: 


. Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah.Yang demikian 

itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti. (QS. al-

Hasyr:14) 

Perbedaan di antara mereka sangat kuat, persengketaan mereka tumpul, 

persaudaraan dan kasih sayang di antara mereka telah hilang hingga hari 

kiamat, firman Allah : 

Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian diantara mereka sampai 

hari kiamat.. (QS. al-Maidah:64) 

Kezaliman mereka menyeruluh dan kerusahan mereka merata, tidak terhingga 

tindakan mereka yang memalukan dan tidak terhitung kekejian mereka. 

Pengikut Dajal yang paling banyak. Allah  menyuruh kita berlindung dari jalan 

mereka setiap hari 17 kali. Apakah setelah ini mereka adalah rakyat Allah  

yang terpilih ataukah mereka anak-anak Allah  dan kekasih-Nya? 

 Dan sesudah itu, ini adalah sifat-sifat dalam tipuan syetan dan 

permainannya dengan umat yang dibenci. Seorang muslim yang baik mengenal 

kadar nikmat Allah  atasnya dan nikmat hidayah yang telah dikaruniakan-Nya, 

dan sifat nenek moyang Yahudi di masa lalu yang diikuti oleh anak cucunya saat 

ini. Berbuat zalim di tanah suci, mengusir dari tempat tinggal, meruntuhkan 

rumah, membunuh anak kecil, bertindak zalim terhadap orang-orang tidak 

berdosa, menguasi milik orang, membatalkan janji, menipu dalam perjanjian, 

merendahkan kaum muslimin, menodai kehormatan mereka. dan sesungguhnya 

umat yang bersifat penakut dan takut bertemu musuh sangat pantas dengan 

kemenangan kaum muslimin atas mereka. Kaum muslimin wajib membantu 

saudara-saudara mereka di bumi yang penuh berkah itu, menyatukan barisan 

dan menghindari perbedaan, serta terus berdoa untuk mereka. Dan sejak 

terjadinya malapetaka ini lebih dari setengah abad yang lalu, dan untuk negeri 

ini terdapat sikap-sikap yang terpuji dalam sejarah untuk membebaskan Masjidil 

Aqsha, agar kaum muslimin menikmati shalat di dalamnya, sebagaimana mereka 

menikmati shalat di Haramain. Firman Allah : 

Sseungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. 

Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. al-Hajj:40) 

Maka menang terhadap musuh tidak akan terwujud kecuali dengan bendera 

yang bernaung di bawahnya para pejuang dengan bendera tauhid, dan tidak 

akan ada kecuali dengan melakukan usaha (sebab), kembali kepada Allah , 

mengokohkan ikatan dengan-Nya , firman Allah : 

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia 

akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. * Dan orang-orang yang kafir 

maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka. (QS. 

Muhammad :7-8) 

Dengan inilah umat menjadi kuat dan musuh merasa takut kepadanya. dan 

apabila umat tenggelam dalam kemaksiatan dan kelupaannya, serta sangat 

jauhnya dari Penciptanya, maka Masjidil Aqsha bertambah jauh darinya. 

 Maka kita harus memperbaiki diri kita dari dengan memakai senjata 

aqidah secara ucapan, perbuatan dan realita. Dan hendaklah kita berhati-hati 

dari penyusupan Yahudi dalam menghancurkan kaum muslimin. Kita wajib 

menjaga pemuda kita dan memelihara mereka dari berbagai godaan dan yang 

diharamkan. Hendaklah kita mengurus wanita kita dan membuat mereka sibuk 

dengan sesuatu yang berguna bagi agama mereka. Jangan menawarkan mereka 

untuk fitnah. Melarang mereka dari menampakkan aurat dan bercampur baur 

dengan bukan mahram. Menjaga semua dengan ilmu syari'at dan 

mengintensifkan hal itu dalam peran pendidikan, disertai penjagaan yang baik 

dan amanah yang sempurna dalam pelaksanaan. Kita mesti berusaha untuk 

memperbaiki keluarga muslim, jangan menghancurkannya dari dalamnya 

dengan sesuatu yang dipamerkan musuh-musuhnya atasnya. Sejarah mencatat 

bahwa tidak pernah ada satu peristiwa kecuali Yahudi punya peran di dalamnya. 

  Maka bertaqwalah kepada Allah , lakukanlah usaha untuk mendapat 

kemenangan, perbaikilah pemuda dan pemudimu, dan perbaikilah rumahmu. 

Jauhilah dari menyerupai musuh-musuhmu dan merasa mulialah dengan 

agamamu niscaya kamu mendapat kemenangan atas musuhmu. Hati-hatilah 

 10

terhadap tipu daya mereka, maka sesungguhnya mereka tidak pernah lelah 

dalam usaha melemahkan kaum muslimin, dan merusak agama dan akidah 

mereka. 


Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak 

mengetahuinya. (QS. Yusuf:21) 

 

 

 

 



kerajaan alah di bumi


 STUDI BIBLIKA TENTANG KERAJAAN ALAH DI BUMI


Georgia Harkness dalam bukunya Understanding the Kingdom of God mengatakan

bahwa “Jesus preached the kingdom of God. We preach Jesus. In him and through the power

of his message the kingdom is available to us. But can we preach Jesus or even understand

him without understanding God’s kingly rule, the central note in all his preaching?2 Kutipan ini

mempertegas tentang sulitnya untuk mengkhotbahkan Yesus atau memahami Yesus tanpa

mengerti Kerajaan Allah sebagai pusat dari pemberitaan Yesus sendiri. Dengan demikian,

maka pemahaman tentang Kerajaan Allah merupakan sesuatu yang sunguh-sungguh

diperlukan.

Banyak buku Teologi Biblika yang melihat kesatuan kitab Perjanjian Lama dan

Perjanjian Baru dalam tema utama Perjanjian (covenant). Beberapa buku lainnya melihat

kesatuan dari ke-dua kitab ini dalam tema ‘Anugerah Allah’. Berdasarkan pengamatan peneliti,

setelah melakukan upaya menemukan buku-buku Biblika berbahasa Indonesa, disimpulkan

jarang ditemukan buku-buku yang secara khusus melihat hubungan dua kitab perjanjian ini

dengan tema Kerajaan Allah di Bumi.

Cikal bakal keinginan Allah mendirikan pemerintahan yang ilahi di bumi sudah mulai

tampak dalam kepemimpinan Allah atas Israel umatNya, saat sedang dalam perjalanan dari

tanah Mesir menuju Kanaan. Allah menjadi pemimpin langsung atas Israel melalui tiang awan

dan tiang api, yang menentukan kapan mereka mulai berjalan dan kapan mereka mulai

berkemah (Bil. 9). Allah melindungi Israel dari segala upaya bangsa-bangsa yang menghalangi

perjalanan Israel menuju Kanaan. Dan dalam usaha merebut tanah Kanaan, Allah memimpin

peperangan dan memberikan Israel kemenangan besar. Allah menganugerahkan tanah Kanaan

kepada Israel sebagai tempat umat pemerintahanNya. Bentuk pemerintahan Allah setelah di

Kanaan terus nampak melalaui model kepemimpinan seorang Nabi atas Israel, dimana Nabi

sebagai wakil Allah dalam memimpin Israel.

Keinginan Allah dalam mendirikan Kerajaan-Nya yang ilahi di di bumi semakin tampak

jelas, ketika Israel mulai menginginkan raja seperti kerajaan-kerajaan yang ada di Kanaan,

maka Allah berkata kepada Nabi Samuel bahwa; “bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Aku”

(1Sam. 8:7). Jelas Allah tidak menolak model pemerintahan yang diinginkan Israel, tapi Allah

kecewa karena ide itu didasarkan pada keinginan menjadi serupa dengan kerajaan-kerajaan

yang ada di Kanaan. Allah ingin mendirikan kerajaan-Nya melalaui pemerintahan Israel yang

dipimpin oleh raja yang dipersiapkan Allah sendiri, yaitu Daud.

Dalam kitab Perjanjian Baru, Yesus memulai pelayanannya dengan pergi ke segala

tempat memberitakan bahwa Kerajaan Allah sudah datang. Pemberitaan ini secara terus

menerus diserukan dalam sepanjang perjalanan misi Tuhan Yesus di Bumi. Secara konkret

permasalahan kerajaan Allah di Bumi tampak, ketika Yesus menyampaikan salam perpisahan

kepada para muridNya. Para Murid meminta Yesus untuk mendirikan kembali kerajaan Israel

yang telah hancur dalam pembuangan. Namun Yesus menjawab; “engkau tidak perlu

mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya” (Kis. 1:7).

Asumsi dasar dari pernyataan ini adalah bahwa Tuhan Yesus tidak menolak konsep mendirikan

kembali kerajaan, yang dipermasalahkan adalah soal tempat dan waktu. Secara tempat, Tuhan

Yesus ingin mendirikan kerajaan Allah di Bumi atau bukan hanya di Yerusalem saja, melainkan

tempat kerajaan Allah itu meliputi Yerusalem, Yudea, Samaria, dan samapi ujung bumi (Kis.

1:8). Sedangkan berdasarkan waktunya, kerajaan Allah itu tidak didirikan pada masa pasca

kebangkitan Yesus, melainkan berdasarkan waktu yang tepat menurut Bapa.

Dari gambaran di atas dapat dilihat dugaan sementara bahwa Allah sebenarnya

berkeinginan mendirikan kerajaan-Nya di bumi. Namun demikian dugaan ini perlu diteliti dengan

pendekatan yang tepat, sehingga dihasilkan informasi yang sahih kebenarannya. Peneliti

meyakini bahwa dengan meneliti dugaan ini, maka akan muncul pemikiran-pemikiran baru yang

berkaitan dengan prinsip iman Kristen. Seperti halnya pandangan Gereja mengenai dimanakah

lokasi sorga sebenarnya, bagaimana Gereja harus bertanggungjawab terhadap bumi, dan

secara khusus Gereja dapat memahami apa yang menjadi rencana besar Allah, yang telah

dinyatakan sejak masa Perjanjian Lama hingga pada masa Perjanjian Baru.


Makna Kerajaan Allah

Istilah kerajaan Allah baru muncul dalam kosakata kitab-kitab Injil, dan tidak ditemukan

dalam tulisan Perjanjian Lama. Namun istilah ini terdapat dalam kitab PL Deutrokanonika, yaitu

pada kitab Kebijaksanaan Salomo. Berdasarkan kamus Alkitab dijelaskan bahwa kerajaan Allah

merupakan pemerintahan Allah yang hendak dilaksanakan di sorga maupun di bumi. Istilah lain

untuk menjelaskan kerajaan Allah adalah kerajaan surga. Namun Matius memahami makna

kerajaan surga bukan sebagai tempat orang-orang percaya yang telah meninggalkan dunia ini.

Oleh karena Matius berlatarbelakang Yahudi, dan bertujuan menuliskan Injil kepada orang-

orang Yahudi yang tidak lazim menyebutkan Allah, maka Matius menggunakan istilah Kerajaan

Sorga.

Untuk rakyat Israel tidak asing lagi mengenal istilah “Kerajaan”. Secara etimologi,

istilah Kerajaan dalam bahasan Ibrani “twklm, Mulkuth” berarti “Kerajaan”, “pemerintahan”,

“peraturan” menunjukkan pengertian (1). “daerah kekuasaan sebuah Kerajaan” (Est 1:4),

“pengangkatan ke atas tahta” (Est 4:14), “masa pemerintahan” (Est 2:16). Selain itu ada istilah

“hklmam” mamlakah yang berarti daerah dan sekelompok orang yang membentuk sebuah

Kerajaan. Dalam kaitannya dengan Israel, istilah ini secara khusus menunjuk Israel sebagai

Kerajaan Allah (Kel 19:6 Bd: 2Sam 7:16; Yeh 37:22). Ide Alkitabiah tentang Kerajaan Allah

berakar dalam Perjanjian Lama dan didasarkan pada keyakinan bahwa ada satu Allah yang

hidup dan kekal yang telah menyatakan diriNya kepada manusia dan yang mempunyai rencana

bagi umat manusia dan ia sudah memilih untuk melaksanakan rencana itu melalui orang-orang

Israel.5

Secara umum di dalam Perjanjian Lama memberikan pengertian tentang “Kerajaan” ini

sebagai ekspresi dari peraturan pemerintahan dan kaitannya dengan seorang raja tertentu,

yaitu ditandai dengan adanya “tahta” (Ul 17:18), suatu kota pemeritahan (1Sam 27:5).

Perjanjian Lama sangat menekankan konsep pemerintahan Allah ini; Tuhan memerintah

sebagai Raja atas umat-Nya Israel (1Taw 29:11). Dengan kemurahan-Nya Ia memerintah atas

umat-Nya mulai dari Daud sampai kepada masa pembuangan (2Taw 13:5).6

Dalam Perjanjian Baru, kata kerajaan dalam bahasa Yunani “basileia” basileia, istilah

ini juga yang digunakan Tuhan Yesusdan para muridNya. Namun yang paling jelas terdapat

dalam Matius 19:23-24 Yesus berkata kepada murid-muridNya: “sukar sekali orang kaya masuk

Kerajaan Sorga, sekali lagi aku berkata kepadamu lebih mudah seekor unta masuk melalui

lubang jarum daripada seoran kaya masuk dalam kerajaan Allah. Istilah “Kerajaan Allah atau

Kerajaan Sorga” muncul dalam Injil Matius 4:17 dan MArkus 1:15, dua istilah tersebut memeliki

latar belakang yang berbeda, namun memiliki makna yang sama. Perubahan frasa Kerajaan

menangkap makna terdalam dari data penelitian, dan kemudian menjabarkannya dengan hasil-hasil

penelitian sebelumnya. Hasil akhir dari penelitian kualitatif kemudian dituangkan dalam bentuk laporan

tertulis. 


Allah menjadi Kerajaan Sorga oleh Matius semata-mata untuk menghidari penggunaan nama

Allah, sebagaimana hal itu dilarang dalam hukum ketiga dari sepuluh hukum Taurat (Kel. 20:7).

Latar Belakang Konsep Kerajaan Allah

Latar belakang Kerajaan Allah dalam Perjanjian Lama dapat kita telusuri dari rencana

Allah atas bangsa Israel masa PL. Israel adalah bangsa pilihan Allah, yang mana Allah sudang

berjanji pada Abraham tentang Mesias. Allah memanggil Abraham (Kej. 12:1-3), Allah berjanji

bahwa Abraham akan menjadi bangsa yang besar dan menurunkan raja-raja. Dari nubuatan

tersebut Daud sebagai raja Israel juga mendapat pesan lahirnya Mesias yang akan

menegakkan KerajaanNya dengan pemerintahan yang tidak berkesudahan (2 Sam. 7:12-16).

Bagi orang Israel, makna Kerajaan Allah sangat meekat dalam iman mereka, Para nabi juga

memberitakan tentang hadirnya Kerajaan Allah yang akan nyata di dunia ini. Allah dilukiskan

sebagai raja yang akan memerintahatas Israeal dan seluruh bumi (Kel. 15:18; Ul. 33:5; Yes.

43:15; Yer. 46:18).

Kerajaan bersifat Teokrasi ini sangat nyata dalam pola Allah di Eden, pada masa Nuh,

para bapa leluhur Israel, dan jaman Patriakh, dan masa Hakim-hakim dan para nabi. Dalam PL

konsep Kerajaan Allah sangat jelas, dimana tampak dari peran Allah sebagai hakim yang akan

mengadili seluruh umat manusia (Yes. 4:2-4; Yer. 29:10; 23:5-8). Pengaharapan Mesianik atau

kelahiran Yesus sampai kematian dan kebangkitanNya (Yes. 7:10-14; 8:1-9; 53). Kedatangan

Tuhan Yesus dan karakteristik pemerintahanNya di dunia, serta pemerintahan Yesus sebagai

raja dan kekuasaannya pada masa seribu tahun dan zaman baru (1Tes. 4:13-18; Wah. 20-21).

Latar belakang kerajaan Allah pada Perjanjian Baru dapat kita lihat dari sejarah bangsa

Israel saat dijajah oleh bangsa Romawi. Dari penjajahan tersebut bangsa Israel mengalami

pederitaan, berulang kali bangsa Israel berusaha memerdekakan diri tetapi sia-sia belaka. Pada

saat itu, sekitar 100 tahun SM, Israel dipimpin oleh seorang raja dari suku makabeus. Sebab

Makabeus meninggal tahun 76 SM, Aleksandra pemaisurinya menggantikan kepemimpinannya

tahun 76089 SM. Setelah Aleksandra mati kedua anaknya yang bernama Hirkanus anak sulung

dan Aritobulus anak bungsunya bertengkar merebut tahta kekuasan Israel. Dari pertengkaran

tersebut terjadilah perang yang sangat hebat dan dasyat, tidak dapat dihentikan. Harkanus dan

Artibolus meminta pertolongan kepada jendral Roma yang bernama Pompeyus yang pada saat

itu bersama para tentaranya berada tidak jauh dari perbatasan daerah Israel. Pompeus dapat

meleraikan pertengkaran tersebut dan memihak Hirkanus menjadi raja dan berakhirlah

kekuasaan Artibulus. Dari peristiwa tersebut sekitar tahun 63 SM, bangsa Romawi dengan

bebas masuk dan berkuasa atas Israel. Hirkanus tunduk kepa o0rang-orang Romawi. Hirkamus

tidak dapat berbuat apa-apa unuk menghadapi bangsa Romawi yang kuat itu. Setiap raja-raja

Israel yang memerintah harus mendapat izin dan mendapat mahkota kerajaan dari tangan

kaisar Romawi.

Pada saat pemerintahan raja Hirkanus, di sebelah selatan daerah Edom, memerintah

seorang wakil pemerintah bernama Antipater. Antipater mempunyai seorang anak benama

Herodes, keturunan bangsa Edom memerintah di galilea, Herodes berusaha sekuat tenaga

untuktuk menjadi raja di Israel. Suatu kali Israel diserang oleh bangsa Partia. Herodes secepat

mungkin minta bantuan kepada bangsa Roma dan datanglah bala tentara Roma yang kuat.

Yerusael akhirnya direbut kembali dan Hirkamus dibebaskan dari tawanan. Setelah Yerusalem

bebas dan aman, Herodes diangkat menjadi raja Israel oleh bangsa Roma. Herodes dapat

mengambil hati bangsa Roma sehingga tercapailah cita-citanya untuk menjadi raja Israel

menggulingkan raja Hirkamus. Pada usianya yang ke 80 Hirkanus dibunuh.

Herodes keturunan bangsa Edom, akhirnya berkuasa di Israel sampai pada kelahiran

Tuhan Yesus. Para Majus mencari raja orang Yahudi atau Mesias yaitu seorang raja orang

Yahudi keturunan raja Daud, yang telah lahir di Israel. Hal itu sangat menggentarkan hyati raja

Herodes, sehingga dia memerintahkan bayi-bayi di Yerusalem yang berumur dua tahun ke

bawah harus bunuh, (Mat 2:1-18).” Herodes adalah raja yang sangat bengis. Herodes juga

membunuh istrinya sendiri, ke tiga anak kandungnya dan masih banyak lagi keluarga yang

raib.”

Herodes juga memiliki niat yang kuat , untuk disembah. Herodes menyuruh rakyatnya

membuat gedung dan bangunan yang indah-indah di tanah Yehuda, dan di Yerusalem,

dibangunya Bait Zerubabel yangg sangat besar dan indah yang dibangun selama empat puluh

enam tahun lamanya, (Yoh 2:20). Patungnya berlapis dua bertahtakan emas dan permata,

pemberian seorang Yahudi dari Aleksandria atau Mesir. Sangat disayangkan Herodes keburu

meninggal sebelum bangunan tersebut selesai.

Setelah Herodes meninggal, Israel dipimpin oleh ketiga anak-anaknya: Arkelaus,

Herodes Antipas dan Filipus. Bangsa Israel sangat benci pada keluarga Herodes. Salah satu

anaknya yang bnernama Arkelaus, memerintah di Yudea selama sepuluh tahun. Ia seorang

yang bengis dan keras sekali, sehingga bangsa Israel sangat membencinya, akhirnya

Arhkelaus dibuang oleh kaisar Roma. Sejak kejadian itu Israel tidak ada raja di Yudea

dan akhirnya Israel langsung diperintah oleh wakil-wakil pemerintah Romawi, yang selalu

diangakat oleh kaisar.

Salah satu pemicu penderitaan dan kesesengsaraan Israel adalah adanya bea pajak

atas rakyat Israel oleh sebab itu rakyanya sangat menentang orang-orang Yahudi membuat

gerakan-gerakan politik. Gerkan kemerdekaan Israel di pimpin oleh orang-orang zelot,

didukung oleh orang-orang farisi. Karena meraka juga benci terhadap orang-orang romawi, si

penjajah tersebut. Perjuangan bangsa Israeol untuk merdeka sangat kuat dan dipromotori

orang-orang farisi, yang cinta kemerdekaan walaupun mereka menyadari tidak mungkin dapat

mengalahkan romawi, tertapi mereka percaya bahwa hanya Allah sendiri yang dapat

mengalahkanya. Allah hadir dalam membuat Mesias yang akan membebaskan umat Israel.

Oleh karena penderitaan bangsa Israel tersebut, maka mereka sangkat merindukan

Raja yang dijanjikan oleh Allah yaitu Mesias. Mesias akan datang dan menegakkan kejayaan

dan kemuliaan bangsa Israel seperti Daud bapa leluhurnya. Adapun ciri-ciri Mesias yang

dirindukan adalah sebagai berikut: mesias akan datang pada hari yang ditentukan Allah, Dia

adalah Raja yang diutus dari Sorga, Mesias adalah anak Daud, yang artinya mesias adalah

keturunan raja Daud, mesias tidak berdosa dan tidak lemah di hadapan Allah. Mesias penuh

Roh Kudus, tidak dapat dikalahkan dan akan mempersatukan Isael, Dia akan seperti yang

dinubuatkan oleh Musa UL 18:15, Mesias akan banyak mengadakan tanda-tanda mujizat,

memberikan roti dari sorga, Yoh 6:39-31, dengan pedang FirmanNya, Dia akan menghalau

musuh-musuhnya, membersihkan Israel dari penindasan dan penjajahan, Israel akan

Jadi Tema Kerajaan Allah adalah tema yang populer diantara orang Yahudi saat Yesus

hidup di bumi, ini menjadi alasan utama mengapa Yesus mengajarkan tema ini pada murid-

murid-Nya. Orang Yahudi pada abad pertama Masehi berada di bawah jajahan kekaisaran

Romawi. Kerajaan Romawi mulai berkembang sejak abad kelima SM, dan berkat sistim perang

mereka yang dinamakan phalanx, akhirnya sekitar tahun 150 SM mereka berhasil menaklukkan

Spanyol, Kartago (Afrika Utara), Makedonia, Asia Kecil, Yunani, Mesir, dan Palestina.

Pada tahun 27 SM sampai 14 M, Augustus menjadi kaisar Romawi. Herodes Agung

dari Idumea dan anaknya Herodes Antipas berhasil mengambil hati para petinggi Romawi untuk

menjadi penguasa Yudea. Karena hubungan baiknya dengan Romawi maka Palestina menjadi

aman. Selain itu, Palestina berada diantara dua kekuatan besar: Dinasti Seleukid di Syria dan

Dinasti Ptolemi Mesir. Agar Romawi tetap dapat mengendalikan jalur perdagangan penting

Palestina sambil tetap mengawasi kedua kekuatan ini, mereka membiarkan Palestina agak

independen.

Pada saat itu, agama Yahudi sedang berkembang pesat. Pemerintah Romawi

membangun jalan-jalan raya antar wilayah sehingga perdagangan ikut berkembang pesat. Para

pedagang Yahudi berkelana di seluruh pesisir Laut Tengah sambil membawa agama Yahudi.

Sentra utama agama Yahudi adalah Yerusalem, namun pusat-pusat yang lain ikut berkembang,

diantaranya Aleksandria (Mesir), Damaskus, kota-kota di Asia Kecil, dan beberapa tempat lain.

Pusat-pusat sinagog Yahudi itulah kemudian yang dimanfaatkan juga oleh para misionaris

dalam menyebarkan Kekristenan.

Walaupun Roma adalah pusat sistem sosial dan politik, namun pusat bahasa, filsafat,

dan kebudayaan adalah Yunani. Budaya dan bahasa Helenistik mewarnai seluruh dunia Laut

Tengah yang relatif aman dan makmur. Tidak heran bila Alkitab Perjanjian Baru kemudian

disusun terutama dalam bahasa Yunani. Selain karena agama Yahudi, Palestina adalah jalur

lintasan perdagangan utama antara Timur dan Barat. Palestina adalah jalan persimpangan

utama tiga benua. Kafilah-kafilah dari Cina dan India menuju Mesir dan Eropa dipastikan

melewati jalan-jalan raya yang lancar dan aman di wilayah Palestina. Nazaret dan kota-kota di

Palestina utara yang lain, adalah tempat persinggahan penting (crossroad) para pedagang jarak

jauh ini.

Pada masa Kristus, orang Yahudi sangat menantikan Mesias. Pusat ibadah besar di

Yerusalem yang berhasil menjaga perkembangan agama Yahudi dan sistem imamat yang

relatif independen itu membuat mereka makin yakin bahwa mereka adalah "bangsa pilihan

Allah" sesuai apa yang dijanjikan dalam Taurat dan kitab para nabi. Mereka tidak sadar bahwa

itu semua bagian dari strategi Romawi. Mereka berani bercita-cita untuk melemparkan

belenggu penjajahan Romawi dari tengkuk mereka dan lebih dari itu, mereka ingin menjadi

penguasa dunia di pimpinan bawah Mesias, yang telah dituliskan dalam kitab-kitab mereka.

Bentuknya adalah kerajaan, seperti kerajaan Romawi dan kerajaan-kerajaan lainnya, dengan

Allah menjadi raja (Lihat Mikha 4:7, Yesaya 33:22, 52:7, Zakharia 9:9). Kerajaan ideal mereka

adalah seperti kerajaan Daud (Markus 11:10 dan Mazmur 118:26, sorak sorai orang-orang

menyambut masuknya Yesus ke Yerusalem). Matius 2:2 mencatat pertanyaan orang Majus dari

timur : "Dimanakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?" Yohanes 19:3 dan 19:14

memuat ejekan para prajurit dan perkataan Pilatus yang menyebut bahwa Yesus adalah Raja

orang Yahudi. Tulisan di atas kayu salib juga berisi tulisan Raja orang Yahudi.

Ide alkitabiah tentang Kerajaan Allah berakar pada Perjanjian Lama dan didasarkan

pada keyakinan bahwa ada satu Allah yang hidup dan kekal yang telah menyatakan diri-Nya

pada manusia dan yang mempunyaio rencana bagi umat manusia dan Ia sudah memilih untuk

melaksanakan rencana itu melalui orang Israel. Para Nabi mengumumkan adanya suatu hari

ketika manusia akan hidup bersama secara damai. Waktu itu Allah akan menjadi hakim antara

bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa, maka mereka akan

menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau

pemangkas; bangsa tidak lagi akan mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak

akan lagi belajar perang" (Yes 2.4 dan juga Yes 11:6). Dinubuatkan adanya masa dimana

kejahatan tidak ada lagi. Akan ada kedamaian, keselamatan, dan keamanan yang dijanjikan.

Konsep Kerajaan Allah seperti yang dicita-citakan orang Yahudi tentulah sudah

dipikirkan secara matang oleh Yesus dalam permulaan misinya di bumi. Setelah menganalisis

situasi, Yesus mengetahui cita-cita ini akan gagal, pada waktu Dia menubuatkan kehancuran

Yerusalem (Lukas 19). Yesus tidak mau menjadi raja sebagaimana cita-cita orang Yahudi,

karena Dia berkata dengan tegas, di depan Pilatus yang mengadilinya, bahwa "Kerajaan-Ku

bukan dari dunia ini…" Ketika Pilatus bertanya "Engkaukah raja orang Yahudi?" Yesus tidak

menjawabnya. Yesus menolak untuk diangkat menjadi raja seperti yang diinginkan oleh

mayoritas orang Yahudi, setelah Dia memberi makan 5000 orang (Markus 6:44). Kalau saja Dia

bersedia, dapat dipastikan Dia akan mencapainya. Yesus memiliki segala kuasa di langit dan di

bumi, dan tidak ada yang bisa menghalangi bila Dia mengerahkan balatentara malaikat-Nya

(Matius 26:53; 13:41) untuk melakukan kehendak-Nya. Tetapi Yesus sudah memikirkan itu

dengan hikmat yang sempurna dan jauh ke depan. Dia menolak dengan tegas. Hal ini pula

yang menyebabkan para imam dan orang Yahudi juga menolak Yesus (Lukas 19:14) dan

menyalibkan Dia, karena tidak sesuai dengan konsep mereka akan Mesias dan Kerajaan Allah.

Kekristenan akan jauh berbeda dalam perkembangannya, jika saja Yesus bersedia menjadi raja

orang Yahudi. Barangkali akan mirip dengan Islam dengan pemimpin seorang nabi yang

sekaligus menjadi pemimpin perang dan raja.

Ketika Yohanes Pembaptis muncul dari padang gurun sambil memberitakan bahwa

kedatangan Kerajaan Sorga sudah dekat, orang Yahudi sangat berminat mendengarnya.

Seluruh Yudea dan sekitar Yordan datang untuk dibaptis (Yohanes 4:3-5). Ketika utusan imam

besar bertanya pada Yohanes Pembaptis, mereka pertama kali menanyakan apakah Yohanes

adalah Mesias. Markus 1:15 mencatat bahwa Yesus memulai pelayanannya di muka umum

dengan memberitakan kabar gembira dari Allah dalam kata-kata, "Waktunya telah genap;

Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah….". Rupanya ini adalah berita yang sangat ditunggu-

tunggu orang Yahudi.

Kemudian datanglah Yesus dan mengkhotbahkan tentang Kerajaan Allah. Tema ini

menjadi inti misi Kristus "bertobatlah, sebab kerajaan Surga sudah dekat" (Mat 4:17). Yesus

mengajarkan bagaimana cara memasuki Kerajaan Allah (Mat 5:20, 7:21). Karya-karyaNya yang

luar biasa bertujuan untuk membuktikan bahwa Kerajaan Allah sudah datang (Mat 12:28).

Perumpamaan yang Dia ucapkan memberikan gambaran tentang kebenaran Kerajaan Allah

(Mat 13:11). Doa yang diajarkan Yesus antara lain ada kata-kata "Datanglah kerajaan-Mu,

jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga" (Mat 6:10). Pada malam sebelum kematian-Nya,

Ia berjanji pada murid-muridNya bahwa Ia akan menikmati kebahagiaan dan persekutuan di

dalam Kerajaan itu bersama dengan mereka. (Luk 22:29-30). Dan Ia berjanji akan datang

kembali dalam kemuliaan sambil membawa berkat Kerajaan itu untuk orang-orang yang bagi

mereka Kerajaan tersebut telah disediakan (Mat 25:31,34).

Dalam gereja Kristen, ada banyak pendapat tentang Kerajaan Allah. Adolf von Hamack

berpendapat bahwa Kerajaan Allah adalah sesuatu yang subyektif, suatu kekuatan rohani yang

masuk dalam jiwa manusia dan menguasainya. CH Dodd mengatakan bahwa Kerajaan Allah

adalah sesuatu yang absolut. Albert Schweitzer mengatakan bahwa Kerajaan Allah adalah

kenyataan masa mendatang dan bersifat adikodrati. Ada lagi pendapat yang menghubungkan

Kerajaan Allah dengan gereja, misi Gereja adalah untuk memenangkan dunia dan

mengubahnya menjadi Kerajaan Allah. Kerajaan Allah didirikan melalui proklamasi gereja akan

Injil. Kerajaan Allah akan mengubah dunia secara perlahan-lahan dan pasti seperti ragi.

Kelompok lain memahami Kerajaan Allah sebagai pola ideal dalam masyarakat. Kerajaan Allah

berkaitan dengan masalah-masalah sosial masa kini. Tugas utana gereja adalah membangun

Kerajaan Allah.

Konsep Kerajaan Allah dalam Perjanjian Lama

Bagi orang Israel makna “Kerajaan” ini mempunyai tempat yang penting sekali di

dalam kehidupan dan pengharapan mereka. Wawasan tentang hal ini dapat dilihat beberapa

kali di dalam berita Perjanjian Lama.7 Berita tentang “Kerajaan” ini juga menjadi tujuan

pengajaran para nabi bahwa akan ada suatu Kerajaan Ilahi di mana Allah dilukiskan sebagai

Raja, baik atas Israel maupun atas seluruh umat manusia (Kel 15:18; Ul 33:5; Yes 43:15; Yer

46:18).

Dwight Pantecost membagi aspek Kerajaan Allah ini di dalam dua kategori, “eternal

kingdom” dan “theocratic kingdom”8 Kerajaan yang bersifat Teokratis ini dapat ditelusuri dari

Taman Eden, periode pemerintahan manusia di dalam masa Nuh, periode para Patriakh,

Kerajaan di dalam masa hakim-hakim, dan terakhir di dalam masa para nabi.9 Melalui kitab

Yesaya terlihat konsep tentang Kerajaan ini, khususnya berkenaan dengan masa depan

Kerajaan yang berkaitan dengan Yerusalem dan dengan Yehuda. Misalnya (1). di dalam pasal

4:2-4 menyatakan bahwa Allah akan hadir sebagai hakim pada “hari-hari yang terakhir”. (2).

Dalam kaitannya dengan kelahiran Kristus di dalam pasal 9:6-7. Sekali lagi bagian ini

menyatakan pemerintahan Allah yang ada di dalam dunia yang ditandai dengan beberapa

faktor, seorang anak akan lahir; tahtanya akan disebutkan tahta Daud, pemerintahannya akan

dijalankan dengan keadilan dan kebenaran dan semuanya akan digenapi di dalam kuasa Allah.

(3). Pasal 11:1-9 adalah bagian yang sangat jelas mengungkapkan kedatangan Kristus dan

karakteristik dari pemerintahan-Nya di dalam dunia.

Demikian juga di dalam kitab Yeremia terlihat adanya prediksi yang dilakukannya,

bukan saja akhir dari masa pembuangan setelah 70 tahun (Yer 29:10) melainkan juga

penggenapan restorasi Israel (Yer 23:5-8). Penggenapan nubuatan ini terjadi pada saat

kembalinya bangsa ini kepada tanah mereka dan juga di dalam penegakkan kembali keadilan

dan kebenaran oleh Allah yang sama yang pernah membawa mereka keluar dari perbudakan di

Mesir. Sementara itu di dalam kitab Yehezkiel, konsep “Kerajaan” digambarkan berkenaan

dengan penghakiman terhadap Israel pada masa kedatangan Kristus kembali dan hanya

7Misalnya di dalam Mazmur 103:19; 145:11-13 Bd: 1Tawarikh 29:11; Mazmur 22:28; Daniel 4:3;

Obaja 21.

8J. Dwight Pantecots, Things to Come (Grand Rapids: Zondervan, 1958) hal.427-445.

9Problematika yang timbul di dalam pembagian di sini terletak pada masa para nabi. Pada

umumnya bentuk pemeritahan teokratis berawal dari Saul kemudian Daud, Salomo dan yang lainnya.

Selain itu pertanyaan lain adalah apakah bentuk Kerajaan ini bersifat teokratis, politik dan berada di bumi

ini? Dapat dikatakan inilah yang menjadi ketegangan di dalam penafsiran eskatologi antara pandangan

Premilenium dan Amilenium. John F. Walvoord, “The Kingdom of God in the Old Testament”. Bibliotheca

Sacra 139 (April-June 1982), hal.111-112.

mereka yang taat dan percaya kepada-Nya yang akan diselamatkan dan memasuki tanah

perjanjian. (Yeh 20:34-38, 42).

Meskipun berita tentang Kerajaan Allah di dalam Perjanjian Lama pada hakekatnya

yang persis sulit untuk dijelaskan, namun memberikan kesan Kerajaan itu sudah ada dan juga

masih akan datang. Para nabi menyampaikan berita bahwa Allah memerintah berdasarkan

kedaulatan-Nya sendiri. Mereka juga memandang ke depan, yaitu pada suatu masa di mana

Allah memerintah di tengah umat-Nya dan hal ini menjadi nyata bagi semua orang (lihat Yes

24:23). Bahwa gagasan tentang pemulihan Kerajaan Daud sebagai sarana yang digunakan

Allah untuk tampil sebagai raja Israel. Penting juga untuk diperhatikan di sini adalah konsep

tentang Apokaliptik yaitu adanya jenis kerajaan yang bersifat sorgawi. Dengan demikian ada

dua berita, Kerajaan yang bersifat fisik dan Kerajaan yang bersifat rohani (lihat Dan 7).

Satu-satunya cara untuk memahami dengan baik pesan atau makna Kerajaan Allah

yang disampaikan Yesus adalah dengan melihat kembali konsep ini sedikit ke belakang

menurut tradisi Perjanjian Lama, sebab apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus bersumber

dari Perjanjian Lama (bdk. Mat. 5:17-19). Konsep Kerajaan Allah ini tentu tidak asing bagi

kalangan Yudaisme yang pada saat itu yang memang erat memegang Perjanjian Lama. Pada

umumnya, para ahli setuju bahwa konsep Kerajaan Allah yang berkembang dalam Yudaisme

bukan dalam makna area kekuasaan atau sebuah teritorial dengan seorang raja yang

memerintah atasnya. Kerajaan Allah juga tidak boleh dipahami dalam pengertian modern

seperti halnya kekaisaran Jepang atau konsep kerajaan Inggris (Kingdom). Frasa ini

bertendensi simbolik saja.

Kata Ibrani untuk kerajaan adalah malkuth. Seorang ahli Perjanjian Baru, C. H.

Dodd mengatakan bahwa malkuth merupakan kata benda abstrak yang dapat

berarti kedudukan atau martabat raja (kingship), kuasa pemerintahan (kingly rule),

pemerintahan (reign), atau kedaulatan (sovereignty). Secara sederhana, ia mengartikan the

malkuth of God (Kerajaan Allah) sebagai: “God reigns as King” atau bertakhtanya Allah sebagai

raja. Dengan demikian, frasa Kerajaan Allah dapat diartikan, “. . . the idea of God, and the term

‘kingdom’ indicates that spesific aspect, attribute or activity of God, in which He is revealed as

King or sovereign Lord of His people, or of the universe which He created.” Kaufmann Kohler,

seorang theolog Yahudi, memberikan definisi lain tetapi serupa (dan menguraikan secara lebih

jelas tentang King of the universe yang dipaparkan Dodd), “Reign or sovereignty of God as

contrasted with the kingdom of the worldly powers. The hope that God will be King over all the

earth, when all idolatry will be banished, is expound in prophecy and song.” (Pemerintahan atau

kedaulatan Allah berbeda dengan kerajaan kekuasaan duniawi. Harapan bahwa Allah akan

menjadi Raja atas seluruh bumi, ketika semua penyembahan berhala akan dibuang, adalah

menjelaskan nubuat dan lagu).

Dari dua definisi ini terlihat satu pengertian yang sama bahwa Kerajaan Allah sama

sekali tidak menunjuk kepada sebuah lokasi atau tempat yang istimewa dan penuh dengan

kebahagiaan (seperti gambaran surga yang banyak dipahami orang Kristen selama ini), tetapi

menunjuk kepada pemerintahan Allah atas umat-Nya dan atas semesta ciptaan-Nya, yang

berbeda bahkan bertolak belakang dari pemerintahan dunia ini. Hal ini dapat dipahami lebih

jauh dengan memerhatikan pandangan John Meier, seorang theolog Katolik, yang

mempertegas bahwa definisi ini berlaku untuk menunjukkan relasi yang erat antara Allah

sebagai Raja dengan umat sebagai hamba-hamba yang diperintah-Nya, bukan dalam

pengertian suatu cakupan teritorial, “Hence his action upon and his dynamic relationship to

those ruled, rather than any delimited territory, is what is primary.”

Dalam sejarahnya, konsep the kingship of YHWH mengalami perkembangan yang

signifikan. Sejarah the kingship of YHWHsebenarnya telah ditulis sejak Taurat. Melalui pujian

umat dalam Keluaran 15:18, setelah mereka berhasil lolos dari kejaran bala tentara Mesir

melalui peristiwa spektakuler yang dilakukan YHWH di depan mata mereka, termaktub dengan

jelas pengakuan bahwa hanya Dia yang layak untuk memerintah mereka selama-lamanya.

Pengakuan mereka ini kemudian ditahbiskan melalui perjanjian Sinai. Mereka akan diangkat

dari antara segala bangsa menjadi “kingdom of priest”(kerajaan imam). Kerajaan imam, yaitu

kerajaan di mana Allah memerintah dan umat patuh serta melayani-Nya (Kel. 19:4-6; bdk. Ul.

33:5).

Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi hal yang sangat tidak diinginkan. Umat

Tuhan meminta raja dari kalangan mereka (1 Sam. 8:6-22). Tindakan ini sama saja dengan

pemberontakan terhadap sistem theokrasi mutlak yang telah dideklarasikan Allah di Sinai

melalui Musa. Perjalanan berikutnya menyebutkan Tuhan “memaklumi” hal ini (1 Sam. 12),

tetapi aturan main yang ditetapkan adalah sang raja terpilih tidak mempunyai kedaulatan atas

umat. Dalam hal ini, ditemukan satu masalah pelik yang ada di balik konsep Kerajaan Allah.

Apakah ada dua kerajaan dalam Kerajaan Allah: kerajaan yang bersifat spiritual-teokratis

(dipimpin oleh YHWH) dan kerajaan yang bersifat politis-monarkis (dipimpin oleh raja-manusia)?

Masalah ini tidak mudah tetapi menjadi titik tolak penting yang pada akhirnya membawa kita

memahami makna Kerajaan Allah versi Yesus.

Masalah ini hanya dapat dipecahkan jika kita kembali melihat Keluaran 19:4-6 dan

Ulangan 17:14-20. Dalam Keluaran 19:4-6, Allah mendeklarasikan Kerajaan Allah yang

diistilahkan-Nya sebagai kerajaan imam. Dalam hal ini kita setuju dengan komentar John I.

Durham terhadap Keluaran 19:6 yang menyatakan bahwa makna kerajaan imam ini tidak dapat

dilepaskan dari dua konteks yang melekat dan melatarbelakangi konsep ini, yakni “harta

kesayangan” dan “bangsa yang kudus,” yang merupakan dwitunggal penting dalam perjanjian

Tuhan dengan Israel. Sebagai “harta kesayangan,” Israel “. . . become uniquely Yahweh’s

prized possession by their commitment to him in covenant,” dan sebagai “bangsa yang kudus,”

Israel . . . then represents a third dimension of what it means to be committed in faith to Yahweh:

they are to be a people set apart, different from all other people by what they are and are

becoming—a display-people, a showcase to the world of how being in covenant with Yahweh

changes a people.

Dengan demikian, sebagai kerajaan imam, Israel, “. . . was always supposed to be: a

kingdom run not by politicians depending upon strength and connivance but by priests

depending on faith in Yahweh, a servant nation instead of a ruling nation.” Atas dasar ini,

maksud Tuhan mendirikan kerajaan-Nya di tengah-tengah Israel, bukan untuk membentuk

suatu dinasti monarki-ekslusif (apalagi fasis) yang paling jaya, kuat, dan superior tanpa dapat

ditandingi bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Dia menghimpun dan mengangkat Israel untuk

masuk dalam kerajaan-Nya hanya demi satu tujuan: menjadi model atau patron bagi bangsa-

bangsa kafir di sekitarnya tentang bagaimana hidup taat dan beriman kepada Tuhan agar

mereka pun pada akhirnya hanya me-Raja-kan-Nya.

Ada tiga poin pokok yang menjadi inti kerajaan imam versi Sinai: pertama,Tuhan

adalah inisiator; kedua, kekudusan adalah fokus utama; dan ketiga, Israel sebagai umat

kesayangan Tuhan. Tujuan utama pemilihan Israel bukan untuk membentuk suatu umat yang

ekslusif dan superior, tetapi suatu umat yang inklusif di mana kerajaan itu pada akhirnya tidak

hanya mencakup Israel tapi seluruh dunia. Konsep ini makin lengkap ketika mengamati

Ulangan 17:14-20. Bagian ini menegaskan antisipasi Tuhan akan kemungkinan terbentuknya

suatu bentuk pemerintahan monarki dalam umat. Dengan demikian, Tuhan tidak sepenuhnya

menolak konsep raja-manusia, tetapi Tuhan menetapkan aturan main yang jelas sebab

kecenderungan terjadinya pelanggaran terhadap ketetapan kerajaan imam yang telah

dideklarasikan di Sinai sangat besar. Ayat 16-17 menjelaskan tiga hal yang dapat mengancam

kerajaan imam-Nya. Pertama, jangan memelihara banyak kuda. Sudah menjadi kenyataan

bahwa pada saat itu kuda merupakan lambang atau simbol kekuatan militer. Kejayaan suatu

bangsa salah satunya diukur dari berapa banyak pasukan berkuda yang dimiliki (bdk. Kel. 14:23;

2 Taw. 16:8; Mzm. 20:7; Hab. 1:8). Durham terhadap pandangan Mowinckel mengatakan

bahwa pasukan berkuda merupakan simbol perlawanan kepada Allah.

Kedua, jangan beristri banyak. Larangan ini tidak dapat dimengerti jika dipandang dari

pandangan orang modern yang sering mengaitkan hal ini dengan persoalan moral-etis sebuah

pernikahan. Dalam konteks politik dunia timur dekat kuno pada saat itu, perkawinan berkaitan

dengan ikatan politik satu bangsa dengan bangsa lain dan ikatan politis saat itu tidak semata

bertendensi relasi diplomatis seperti sekarang ini. Hal ini pasti ada unsur perkawinan religius

(bdk. dengan kegagalan Salomo [1 Raj. 11:4-8]). Christensen menjelaskan ekses buruk dari

pola ini dengan sangat baik, “. . . which has been a center for political power and intrigue from

its inception.” Ketiga, jangan mengumpulkan emas dan perak yang banyak. Larangan ini

bertujuan menghindarkan Israel dari bersandar pada kekuatan ekonomi seperti yang kerap

dilakukan bangsa-bangsa kafir. Jadi, ketiga larangan yang diajukan Tuhan sebagai prasyarat

raja manusia berdasar pada tiga hal yang berpotensi menggagalkan Israel menjadi sebuah

kerajaan imam, yakni kekuatan militer, politik, dan ekonomi.

Berbagai hal yang selama ini dianggap “keberhasilan” Salomo (1 Raj. 10:14-28)

tampaknya justru merupakan awal dari kegagalannya. Konteks selanjutnya dari 1 Raja-raja 11-

12 menjelaskan hal ini. Penilaian positif yang diberikan penulis-penulis kitab deuteronomistik

kepada harta kekayaan Salomo selalu hanya dikaitkan dengan perhatian yang serius dari

Salomo untuk membangun Bait Allah. Emas dan perak dalam arti positif senantiasa dikaitkan

dengan persembahan untuk Bait Allah (bdk. 2 Taw. 9:24). Dalam perjalanan kerajaan Israel

Selatan, beberapa raja jatuh karena tiga persoalan ini, perhatikan Yoas yang jatuh karena

menyerahkan emas dari rumah Tuhan demi jaminan keamanan dari Hazael, raja Aram (2 Raj.

12:17-18), Raja Asa yang mengeluarkan emas dan perak untuk mengadakan persekutuan

militer dengan Benhadad, raja Aram (2Taw. 16:2-3); dan Hizkia yang mempertontonkan emas,

perak, persenjataan, dan berbagai hartanya pada para utusan Babel untuk kerjasama

membangun kerjasama politik dan militer demi mencegah ancaman Asyur (2 Raj. 20:12-21).

Kita dapat memahami dengan lebih tepat perasaan tertolak Tuhan dalam 2 Samuel 8:7

tatkala umat meminta seorang raja manusia. Jika ditelusuri lebih jauh, hal yang mereka

inginkan sebenarnya bukan sekadar seorang raja manusia, tetapi mereka

ingin menginstitusionalisasi suatu kerajaan monarki baru yang ekslusif, yang pada akhirnya

mengizinkan pembangunan kekuatan militer, politik, dan ekonomi yang kuat demi

kelanggengan eksistensi diri. Sikap ini merupakan bentuk penolakan akan konsep kerajaan

imam yang telah dideklarasikan-Nya bagi mereka. Pasca kejatuhan Saul, Tuhan ingin

merestorasi cita-cita kerajaan imam ini melalui Daud dan keturunan-Nya. Formulasi janji Tuhan

kepada Daud dalam 2 Samuel 7:1-17 tetap memuat inti deklarasi kerajaan imam Sinai, yakni

ketaatan kepada-Nya (2 Sam. 7:14). Konteks bagian ini adalah rencana pembangunan Bait

Allah yang menjadi sentral ibadah umat, persis seperti Sinai yang merupakan pusat

ibadah umat ketika berada di padang gurun setelah keluar dari Mesir (bdk. Kel. 3:12, “. . . kamu

akan beribadah kepada Allah di gunung ini”). Hal ini daat dibandingkan dengan respons Daud

dalam 2 Samuel 7:22-26 yang turut menyatakan bahwa Israel ada untuk-Nya dan bukan

sebaliknya. Daud mengagungkan eksistensi-Nya sebagai sang Raja sebenarnya.

Formulasi yang sama juga termaktub dalam 1 Raja-raja 9:5-6. Ada satu konteks

menarik yang dipaparkann di sini. Janji peneguhan kerajaan Salomo disertai dengan syarat

ketaatan mutlak dari Salomo dan semua keturunannya kelak (1 Raj. 9:6). Ketidaktaatan mereka

akan mengakibatkan kehancuran kerajaan, pembuangan (9:7), dan kehancuran Bait Allah

sebagai pusat ibadat (9:8). Hal ini disimpulkan dalam pengulangan kisah perjanjian Sinai

sebagai perekat utama, “Maka orang akan berkata: Sebab mereka meninggalkan Tuhan, Allah

mereka, yang membawa nenek moyang mereka keluar dari tanah Mesir. . . .” (9:9).

Konsep Kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru

Konsep tentang Kerajaan Allah muncul di dalam pelayanan Tuhan Yesus berkaitan

dengan pengajaran di dalam Perjanjian Lama, secara khusus berkenaan dengan konsep

Apokaliptik Yudaisme. C.C. Caragounis mengatakan ada beberapa aspek penting di dalamnya,

yaitu bahwa konsep ini lebih kepada hal yang bersifat dinamis daripada menunjuk kepada hal

yang bersifat geografis, berhubungan dengan Anak Manusia, tidak berkaitan dengan konsep

perjanjian dan merupakan pengharapan di masa mendatang.10

Di dalam Injil Sinoptik, berita yang disampaikan oleh Tuhan Yesus adalah bahwa

Kerajaan Allah itu sudah datang; bahwa janji Allah tentang Kerajaan-Nya ini sudah digenapi dan

harus ada suatu keputusan yang diambil. Lebih lanjut Caragounis mengatakan bahwa Kerajaan

Allah ini dinyatakan di dalam dua hal, (1). Inti utama dari pengajaran Tuhan Yesus dan (2).

Dikonfirmasikan melalui pekerjaan-pekerjaan-Nya yang ajaib (bd: Mat 4:23; 9:35). Komponen

yang ketiga dihubungkan dengan pribadi Tuhan Yesus sebagai Anak manusia.11

Di dalam pengajaran-Nya Yesus mengungkapkan tentang pengharapan dan kondisi

tentang Kerajaan Allah. Ia mengajarkan bahwa hal memasuki Kerajaan tersebut diperlukan

pertobatan dan percaya kepada Injil Tuhan (Mat 4:17; Mrk 1:15). Di bagian lain, Yesus

mengatakan diperlukan iman seperti seorang anak kecil (Mat 18:3; Mrk 10:14). Perihal tentang

Kerajaan Allah ini juga nampak sebagai hal yang sangat radikal, misalnya diperlukan hati yang

tidak bercabang dan hanya tertuju kepada-Nya. Ia mengatakan bahwa mereka yang siap

membajak tetapi menoleh ke belakang, ia tidak layak untuk Kerajaan Allah (Luk 9:62); bahkan

seseorang harus mengorbankan semua yang dimilikinya, harta, keluarga, pernikahan (Mat

19:12; Mrk 10:21-27). Namun Yesus juga mengatakan bahwa semua orang yang melakukan

semua itu akan menerima balasan berkali lipat (Mrk 10:29-31).

Etika Kerajaan Allah dapat dikatakan sebagai tuntutan etika Allah sendiri terhadap

setiap orang yang telah ditetapkan-Nya untuk melakukan kehendak-Nya yang sempurna.

10C.C. Caragounis, “Kingdom of God/Heaven”. Dictionary of Jesus and the Gospel, (Downers

Grove: Intervarsity Press, 1992), hal.420.

11C.C. Caragounis, 424.

Pengajaran tentang etika Kerajaan Allah ini secara khusus diajarkan oleh Yesus di atas bukit

(Lih: Mat 5-7; Luk 6:17-49).12 Dan merupakan kesinambungan dari pengajaran tentang etika di

dalam Perjanjian Lama walaupun di dalamnya Ia juga memberikan berbagai macam

pengkoreksian dan penjelasan maksud yang sebenarnya dari setiap tuntutan etika Allah

terhadap umat-Nya. Hal ini ternyata dari perkataan-Nya, yaitu ketika Ia mengatakan, “Kamu

telah mendengarkan yang difirmankan kepada nenek moyang kita … tetapi Aku berkata

kepadamu … “ (Lih: Mat 5:21, 27, 31, 33, 38, 43, dsb).

Khotbah di bukit ini merupakan “Didakhe” yang mengungkapkan standard kehidupan

bagi orang-orang percaya yang berada di dalam Kerajaan Allah, atau merupakan penjelasan

Tuhan Yesus tentang watak dari mereka yang sudah berada di dalam Kerajaan Allah dan

sekaligus merupakan keterangan sifat kesusilaan yang diharapkan dari mereka. Jadi, Khotbah

di Bukit lebih berarti “Intisari Kehidupan Kristen”.13

Isi dari Khotbah di bukit yang diajarkan Tuhan Yesus ini bukanlah merupakan suatu

peraturan yang baru, melainkan suatu penegasan tentang dasar kehidupan etika dan

pengaruhnya di dalam kehidupan orang-orang yang berada di dalam Kerajaan Allah, yaitu

mereka yang telah mengalami penebusan-Nya. Penggenapan semua yang menjadi isi Khotbah

ini adalah sesuatu hal yang mungkin terjadi apabila Allah menjadi Raja, “menjadi semua di

dalam semua” di dalam kehidupan orang percaya (Bd: 1Kor 15:28).

Seperti disebutkan di atas bahwa konsep tentang Kerajaan Allah merupakan inti

pengajaran Tuhan Yesus. Ia menggambarkan Kerajaan itu sudah datang dan dinyatakan di

dalam diri dan pekerjaan Tuhan Yesus sendiri. Inilah yang kerap dipahami sebagai aspek masa

kini Kerajaan Allah. Hal ini dapat terlihat dari mujizat yang dilakukan-Nya sebagai bukti

kedatangan Kerajaan Tuhan,14 misalnya dari pekerjaan Tuhan di dalam penyembuhan orang

yang kerasukan setan (Luk 11:20 bd: Mat 12:29), perbuatan ajaib berkenaan dengan

penggenapan nubuat, orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta ditahirkan, orang

mati dibangkitkan, dan kabar kesukaan diberitakan kepada orang miskin (Mat 11:2 dst; Luk 7:18

dst). Kerajaan Allah itu telah datang di dalam Dia dan dengan Dia. Dialah “auto-basilea.”

Selain itu ternyata konsep Kerajaan Allah ini juga memiliki aspek yang tersembunyi.

Yesus mengajarkan hal ini kepada para murid-Nya bahwa ada kemungkinan timbulnya

kekecewaan di dalam diri manusia dan pada akibatnya menolak Yesus oleh karena berhadapan

12John Stott mengatakan bahwa Khotbah di Bukit ini merupakan intisari pengajaran Tuhan Yesus.

Setiap orang Kristen dibuatnya tertarik kepada kebaikan, menjadi malu karena membayangkan betapa

kumuh dan tidak memadai penampilan mereka dan memimpikan tentang suatu dunia yang lebih baik.

Khotbah ini adalah lukisan yang diberikan-Nya tentang semua hal yang harus dilakukan setiap orang

Kristen dan yang harus menjadi kenyataan di dalam kehidupan dan keberadaan mereka. John Stott,

Khotbah di Bukit (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih), hal. 11 dan 13.

13Penegasan ini timbul oleh karena adanya penafsiran yang mengatakan bahwa Khotbah di Bukit

ini merupakan pesan kekristenan terhadap dunia kafir; merupakan “kabar baik” bagi setiap orang supaya

dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. R.H. Mounce, “Khotbah di Bukit”, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini,

Jilid I (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF), hal. 555.

14Hal mujizat dan natur dari Kerajaan Allah sangat dekat sekali. Marc R. Saucy mengatakan bahwa

demonstrasi pekerjaan Yesus yang bersifat mujizat ini tidak dapat dilepaskan dari proklamasi-Nya

tentang Kerajaan Allah itu sendiri. Itulah sebabnya, sama seperti cerita tentang perumpamaan, mujizat

mempunyai peran yang bersifat revelasi di dalam pelayanan Tuhan Yesus dan gereja mula-mula. Marc R.

Saucy, “Miracles and Jesus Proclamation of the Kingdom of God”, Bibliotheca Sacra 153 (July-

September 1996), hal. 285.

dengan aspek yang tersembunyi ini. Bahwa Kerajaan Allah itu sudah datang di dalam diri Yesus

adalah benar, namun belum mencapai penggenapannya yang sempurna.

Di dalam Injil Sinoptik ada dua ayat yang mengatakan bahwa Kerajaan Allah sudah

datang dan hal ini ditandai dengan pekerjaan Tuhan Yesus mengusir setan dengan kuasa Roh

Allah. Permasalahan segera timbul berkenaan dengan pernyataan dan pelayanan Tuhan Yesus

yang lain yang dicatat di dalam Sinoptik, misalnya bagaimanakah kaitannya dengan “sisa”

kehidupan dan pelayanan Tuhan dan begaimana dengan “kewajiban” Anak Manusia yang

menyerahkan nyawanya untuk menjadi tebusan bagi banyak orang? Apakah signifikasi

kematian-Nya dan bagaimanakah Tuhan Yesus menghubungkan antara kematian-Nya dengan

konsep Kerajaan Allah tersebut.

Yesus juga mengajar dengan menggunakan berbagai macam perumpamaan untuk

melukiskan realita Kerajaan Allah. Setiap perumpamaan melukiskan berbagai aspek yang

berbeda dari Kerajaan Allah itu, misalnya perumpamaan tentang seorang penabur melukiskan

tanggapan setiap orang terhadap berita tentang Kerajaan Allah (Mat 13:3-9; Mrk 4:3-9).

Di dalam Perjanjian Baru ada tujuh buah perumpamaan yang menjelaskan arti realita,

karakteristik yang berbeda dan juga aspek-aspek yang berbeda dari Kerajaan Allah. (1).

Penabur dan Benih, (2). Musuh yang Menabur Lalang, (3). Biji Sesawi, (4). Ragi, (5). Harta

Terpendam, (6). Mutiara yang Indah dan (7). PukatPerumpamaan pertama mengenai asal-usul

Kerajaan, perumpamaan kedua sampai ke tiga menggambarkan usaha dan keinginan Iblis

untuk menghambat dan merintangi pertumbuhan Kerajaan, perumpamaan kelima dan keenam

menunjukkan sikap orang yang mencari Kerajaan itu walaupun ada tipu muslihat Iblis dan

perumpamaan terakhir menggambarkan kesempurnaan Kerajaan itu. Kalau digabungkan maka

semua perumpamaan itu menunjuk kepada sifat, asal-usul, halangan dan kemenangan

pekerjaan Kristus dalam memberitakan Injil-Nya melalui pada utusan-Nya antara waktu

kedatangan-Nya yang pertama dan kedatangan-Nya yang kedua kali.

Perumpamaan Benih dan Tanah (Matius 13:1-23). Perumpamaan ini menekankan

perihal bermacam-macamnya jenis hati orang dan reaksi mereka terhadap firman, apakah akan

menerima atau menolaknya. Boice memberikan pembagian hati ini sebagai : (1). Hati yang

keras yang ditandai dengan gambaran tanah yang keras). Tanah itu menjadi keras karena

terus-menerus terinjak orang sehingga benih yang jatuh di atasnya tidak akan dapat masuk ke

dalamnya. Kemudian datanglah burung-burung (yang dibandingkan oleh Kristus sebagai Iblis

atau pekerjaan jahat memakan benih tersebut. Inilah gambaran dari hati yang menolak

kebenaran firman yang datang kepada mereka oleh karena dosa. Dosa mengakibatkan orang

selalu menolak kebenaran firman Tuhan, menolak kebenaran Allah.15

(2). Hati yang dangkal yang digambarkan sebagai tanah yang tipis dan berbatu.

Memang benih itu masuk ke dalam tanah ketika ditaburkan, tetapi hanya sedikit saja. Benih itu

segera tumbuh, namun juga cepat layu kena panas matahari sebab tidak berakar. Yesus

15Paulus menjelaskan orang semacam ini di dalam Roma 1:18-20, yaitu mereka yang menindas

kebenaran tentang Allah yang dapat diketahui dari ciptaan-Nya dan akibatnya jatuh di dalam kebodohan

rohani dan kebejatan moral (ay.21-31), dan lambat laun tidak saja melakukan dosa melainkan setuju

terhadap perbuatan dosa dengan mereka yang melakukannya (ay.32). Dosa menyebabkan orang

menolak Allah dan kebenarannya dan akan membawanya kepada dosa yang lebih besar lagi.

Penolakkan ini disebabkan oleh perlawanan yang disengaja terhadap sifat Allah sendiri yang oleh Paulus

disebut sebagai “kefasikan dan kelaliman” (Rm 1:18).

menerangkan arti gambaran ini sebagai orang yang mendengar firman, segera menerimanya

tetapi tidak berakar dan hanya sebentar saja bertahan. Penindasan dan penganiayaan akan

firman akan mengakibatkan mereka murtad. Secepat mereka percaya, secepat itu pulalah

mereka murtad karena mereka sebenarnya tidak pernah sungguh-sungguh dilahirkan kembali.

(3). Hati yang terhimpit digambarkan sebagai benih yang terjatuh di antara semak duri.

Inilah gambaran dari orang yang telah mendengar firman lalu kekuatiran dunia dan tipu daya

kekayaan menghimpitnya firman itu sehingga tidak berbuah. Menarik sekali, Yesus memberikan

penjelasan tentang kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan mempunyai kuasa untuk

menghimpit kebenaran firman sehingga tidak berbuah sebagaimana mestinya. Untuk masalah

ini Yesus pernah memperingatkannya, misalnya Ia mengatakan tentang sukarnya orang kaya

masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Mat 19:23 bd: Mrk 10:25), celakalah mereka yang kaya (Luk

6:24). Permintaan-Nya terhadap anak muda yang kaya untuk menjual hartanya dan mengikuti

Dia (Luk 18:23). Hal ini tidak berarti orang percaya tidak boleh memiliki harta dan menjadi kaya,

namun apakah kekayaannya itu mendominasi sedemikian rupa sehingga menghimpit imannya

kepada Tuhan.

(4). Hati yang terbuka yang diibaratkan seperti tanah yang baik di mana benih yang

jatuh akan masuk, berakar dan bertumbuh di dalamnya sehingga berbuah seratus kali lipat,

enam puluh kali lipat, tiga puluh kali lipat (ay.23). Inilah gambaran dari orang yang menerima

firman dan menghasilkan buah rohani. Hanya hati yang terbuka sajalah yang akan menerima

faedah keuntungan pemberitaan Injil dan diselamatkan.

Perumpamaan tentang Lalang (Matius 13:24-43).Bagian ini menggambarkan sikap

musuh yang menabur benih lalang pada waktu malam hari di ladang milik petani. Benih lalang

itu tumbuh bersama dengan benih gandum sehingga tidak dapat dibedakan sampai pada masa

penuaian tiba. Benih lalang akan dikumpulkan dan dibakar sementara benih gandum akan

dituai dan dibawa ke dalam lumbung. Yesus sendiri memberikan arti terhadap perumpamaan ini

bahwa orang yang menabur benih yang baik adalah Anak Manusia, ladang adalah dunia,

musuh petani adalah Iblis. Dengan kata lain, perumpamaan ini memberikan gambaran tentang

perlawanan dari Iblis yang aktif menentang perluasan Kerajaan Allah di bumi ini. Boice

mengatakan bahwa maksud perumpamaan ini semata-mata hendak memberitahukan bahwa

Iblis akan menyodorkan orang-orang (entah di dalam gereja atau di luar gereja) yang

menyerupai orang-orang Kristen sejati, tetapi bukan Kristen yang sesungguhnya sehingga

bahkan para hamba Allahpun tidak dapat membedakannya.[23] Dapat dikatakan isi

perumpamaan ini mirip juga dengan perumpamaan lain disampaikan-Nya - walaupun tidak

dijelaskan artinya - di dalam perumpamaan tentang biji sesawi yang tumbuh menjadi pohon

besar dan tentang ragi yang dicampurkan ke dalam adonan.

Perumpamaan Biji Sesawi dan Ragi (Matius 13:31-33). Kedua perumpamaan ini

mempunyai kaitan yang sangat erat dan melukiskan perkembangan dan pertumbuhan Kerajaan

Allah sampai pada waktunya akan memenuhi seluruh dunia dan kaitannya dengan pekerjaan

Iblis. Perumpamaan tentang Biji Sesawi mengajarkan bahwa Kerajaan Allah dimulai dari

sesuatu yang kecil yang kemudian bertumbuh menjadi besar sementara perumpamaan tentang

ragi mengajarkan pengaruh dari Kerajaan Allah yang bekerja secara diam-diam namun pasti.16

16William M. Taylor memberikan catatan terhadap perumpamaan ini dengan mengatakan bahwa

suatu hasil besar dari permulaan kecil, suatu pertumbuhan besar dari benih kecil. Itulah pokok

perumpamaan ini, dan tentang hal itu Tuhan menyatakan bahwa Kerajaan sorga di bumi adalah sebuah

Ada banyak penafsiran terhadap perumpamaan ini, misalnya jika dikaitkan dengan

beberapa pandangan tentang Eskatologi, baik itu Postmillenium maupun Amillenium

menyatakan bahwa pada akhirnya Kerajaan Allah akan mencapai kemenangannya di bumi,

yaitu pada saat kedatangan Tuhan Yesus kali yang kedua. Sementara itu Arno C. Gaebelein

mengemukakan hal yang lain lagi. Ia mengatakan bahwa perumpamaan ini menerangkan

tentang perluasan yang aneh dan berbahaya serta bersifat birokratis dari gereja dan pekerjaan

Iblis yang merongrong seperti ragi. Ia mengatakan, “Semua perumpamaan ini memperlihatkan

pertumbuhan kejahatan dan merupakan nubuatan untuk seluruh zaman di mana kita hidup.17

Penulis sendiri lebih menyetujui pandangan dari James M. Boice. Ia mengatakan bahwa kedua

perumpamaan ini menyatakan pekerjaan Iblis dengan beberapa alasan:

(1). Pertumbuhan biji sesawi menjadi pohon adalah tidak wajar karena seharusnya biji

ini bertumbuh menjadi semak-semak. Jadi di sini Kristus sedang berbicara tentang

pertumbuhan yang aneh dari biji sesawi dan para pendengar-Nya akan segera menyadari ada

yang tidak beres di sini. (2). Konteks Matius 13 menggambarkan burung disamakan dengan

Iblis atau pekerjaan jahat sehingga mengubahnya menjadi hal yang sebaliknya menunjukkan

ketidak-konsistenan mengerti konteks. Boice mengatakan, “… benar-benar aneh apabila suatu

unsur (burung-burung) yang melambangkan si jahat pada permulaan pasal ini akan berubah

artinya sama sekali pada hanya tiga belas ayat sesudahnya”.

(3). Di dalam Perjanjian Lama, ragi adalah gambaran kejahatan. Di dalam hukum

orang Israel ragi tidak boleh ada pada korban yang dipersembahkan kepada Tuhan dengan

dibakar. Pada waktu hari raya roti tidak beragi, setiap orang Yahudi yang setia harus

memeriksa rumahnya kalau-kalau ada ragi dan memusnahkannya. Yesuspun berbicara tentang

bahaya ragi orang Farisi dan Saduki yang berarti pengaruh jahat mereka (Mat 16:12; Mrk

8:15).18 Jadi ragi di sini sebenarnya memberikan arti simbolis segala sesuatu yang jahat

daripada yang baik sehingga bagaimana pengertian ini dimengerti sebaliknya.

Perumpamaan Harta Terpendam & Mutiara. Perumpamaan ini bermaksud

mengungkapkan cara kerja Allah di dalam hati seseorang atau menguraikan jenis orang yang

telah dihidupkan di dalam Kristus. Di dalam kedua perumpamaan ini mengungkapkan sikap dan

tindakan kedua orang yang menemukan harta berharga, baik orang yang menemukan harta

terpendam maupun pedagang yang menemukan mutiara. Meskipun demikian terdapat kontras

pula di antara keduanya. Orang yang menemukan harta terpendam jelas tidak mencarinya.

Penemuannya secara kebetulan. Yesaya telah memberikan gambaran tentang orang semacam

ini ketika ia berkata, “Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak

menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari Aku” (65:1). Di

dalam kasus si pedagang, penemuan mutiara itu adalah hasil pencarian yang lama dan terus

menerus. Orang semacam ini dikatakan oleh Tuhan Yesus ketika Ia berkata, “Mintalah, maka

akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan

dibukakan bagimu” (Mat 7:7).

contohnya. William M. Taylor, The Parables of Our Saviour Expounded and Illustrated (New York: A.C.

Armstrong and Son) hal. 55, 60-61.

17Arno C. Gaebelein, The Gospel of Matthew: An Exposition (New York: Loizeaux, 1910), hal. 292.

18Paulus juga memberikan pengertian yang sama ketika ia menguraikan penyimpangan kebenaran

Injil sebagai rayuan Iblis, sambil menambahkan bahwa orang-orang percaya mesti waspada karena

“sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan” (Gal 5:9 bd: 1Kor 5:6).

Kedua perumpamaan ini menyatakan perihal mengejar yang berharga. Kedua orang

di dalam perumpamaan ini menyadari nilai dari harta yang ditemukannya dan kemudian

memutuskan untuk memilikinya. Mereka menjual segala kepunyaannya untuk membeli harta

tersebut dan pada akhirnya mereka mendapatkannya. Perumpamaan tentang Pukat. Di dalam

perumpamaan ini juga terdapat prinsip pengumpulan dan pemisahan - antara ikan yang baik

dan yang buruk. Kelihatannya perumpamaan ini berisi pengulangan berita dari perumpamaan

yang sebelumnya, misalnya dengan perumpamaan lalang dan gandum. Namun jika diteliti

perumpamaan ini memiliki kekhususan, yaitu adanya pemisahan antara ikan yang baik dan

yang buruk, orang yang benar dari orang yang jahat dan penderitaan mereka yang

dicampakkan ke dalam dapur api. Dengan kata lain, perumpamaan ini merupakan peringatan

kepada orang-orang jahat, bahwa demikianlah kelak nasib mereka.

Ada tiga fakta penting tentang pemisahan di dalam perumpamaan ini :

(1). Pemisahan ini bersifat mutlak. Allah sendiri yang menetapkan untuk mengadakan

pemisahan ini; bahwa orang yang tidak percaya kepada-Nya akan berhadapan dengan

penghakiman-Nya dan mereka yang percaya kepada-Nya akan menerima kebahagiaan

bersama dengan-Nya di dalam kekekalan. (2). Pemisahan ini bersifat ‘diputuskan terlebih

dahulu’ dalam arti dasar keputusan ini sudah diletakkan di bumi, apakah seseorang percaya

memutuskan percaya kepada Kristus atau justru mengesampingkannya. (3). Pemisahan

bersifat permanen. Ketika ketetapan pemisahan ini dilakukan - apakah pemisahan ikan yang

baik dan membuang yang tidak baik atau mengumpulkan lalang dan membakarnya - tidak

akan ada perubahan di dalamnya.

Doktrin Kerajaan Allah kebenarannya didasarkan pada beberapa nats firman Tuhan:

datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. (Mat 6:10 ITB) Sebab

Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera

dan sukacita oleh Roh Kudus. (Rm. 14:17 ITB) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan

kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Mat. 6:33 ITB) Doktrin ini

ingin mengajar kepada kita untuk hidup sebagai warga Kerajaan Allah. Orang percaya secara

prinsip adalah warga Kerajaan Allah. Perhatikan pernyataan firman Tuhan ini:

Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga (Flp. 3:20a, ITB) Demikianlah kamu

bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan

anggota-anggota keluarga Allah, (Ef. 2:19 ITB) Inilah kewarganegaraan kita dan kita

seharusnya hidup selayaknya kewarganegaraan kita. Ini tidak berarti hidup kita sekarang ini

mudah, enak, dan semua beres. Jangan mengharapkan kemudahan dan perlakuan yang baik

dari dunia ini karena dunia bukan tempat kita yang sesungguhnya. Kita di sini adalah pendatang,

orang asing. Oleh karena itu, jangan heran jika dunia memperlakukan kita dengan tidak tidak

baik, bahkan menolak kita. Kita akan mengalami banyak penderitaan dan ujian dari dunia ini.

Hal ini untuk menyatakan bahwa kita layak sebagai warga Kerajaan Allah, yang menyatakan

bahwa kamu layak menjadi warga Kerajaan Allah, kamu yang sekarang menderita karena

Kerajaan itu (2 Tes. 1:5, ITB). Setiap orang percaya harus hidup sebagai warga Kerajaan Allah.

Kita harus tunduk dan mengikuti hukum Kerajaan ini. Hal ini bukan berarti kita menolak hukum

negara di mana kita tinggal. Selama hukum tersebut tidak bertentangan dengan kebenaran-Nya,

kita layak menaati dan tunduk. Namun, hukum Kerajaan Allah jangan diabaikan.

Berita Kerajaan Allah yang disampaikan Yesus, yang menuai banyak kontroversi dari

orang-orang sezaman-Nya, tidak hanya disebabkan berita itu berbeda dengan berita Kerajaan

Allah yang pada umum berkembang pada saat itu. Tuhan Yesus sedang mendeklarasikan diri

sebagai Sang Pembawa Kerajaan Allah itu sendiri. Konsekuensi logisnya adalah berita

Kerajaan Allah tidak dapat dilepaskan dari pribadi Sang Pembawa. Wright berkata, “Equally

important, it [kingdom of God] could never be divorced from the person and deeds of

proclaimer.” Kesimpulannya, Tuhan Yesus adalah Tuhan sendiri. Dia adalah Sang Raja yang

kekal yang harus ditaati!

Konsep Kerajaan Allah tidak pernah berbicara tentang sebuah teritorial atau daerah

dengan sebuah sistem politik dan struktur birokratis di dalamnya. Kesimpulan penulis dari

pembahasan ini ialah bahwa Kerajaan Allah yang dimulai dengan deklarasi kerajaan imam

Sinai berfokus pada Pribadi Agung yang dinobatkan sebagai Raja, Yesus Kristus. Dalam Dia,

seluruh perjalanan sejarah dunia mencapai klimaksnya. Di dalam Dia, surga dan bumi yang

dulunya terpisah karena dosa dan pemberontakan manusia, disatukan kembali; Allah berkenan

menerima manusia kembali untuk menjadi umat-Nya yang kudus; dan umat baru, sebuah

imamat rajani, bangsa yang kudus, dan umat kepunyaan Allah sendiri, dipanggil untuk

meninggalkan apa pun juga untuk taat dan menyaksikan kebesaran kemuliaan-Nya kepada

segala makhluk dan seluruh isi semesta ini.

“Kerajaan Allah” (Yunani: η βασιλεια του θεου – hê basileia tou theou) dan “Kerajaan

Sorga” atau “Kerajaan Langit” (Yunani: η βασιλεια των ουρανων – hê basileia tôn ouranôn)

memiliki suatu gagasan yang sama. Istilah “Kerajaan Sorga” (harfiah: Kerajaan Langit,

Yunani: η βασιλεια των ουρανων – hê basileia tôn ouranôn) hanya ada di Injil Matius, tidak

ditemukan di bagian Alkitab lainnya. Bagi orang Yahudi, kata “Allah” sangat sakral untuk

digunakan secara sembarangan atau terlalu sering. Oleh karena itu, Matius yang menulis

kepada orang Yahudi lebih sering memakai istilah “Kerajaan Sorga” (Kerajaan Langit), sedikit

sekali menggunakan istilah “Kerajaan Allah”. Markus dan Lukas tidak pernah menggunakan

istilah “Kerajaan Sorga”. Kedua penulis ini memakai istilah “Kerajaan Allah”, yang artinya sama

dengan “Kerajaan Sorga”, karena lebih mudah dimengerti oleh non-Yahudi. Pemakaian istilah

“Kerajaan Sorga” oleh Matius disebabkan kecenderungan Yahudi tidak mau menyebut

langsung nama Allah.

Tuhan Yesus sengaja tidak pernah mendefinisikan secara gamblang apa yang

dimaksud-Nya dengan “Kerajaan Allah”. Namun, ketika di hadapan Pontius Pilatus, sebagai

jawaban ketika Dia dituduh sebagai pemberontak, Tuhan Yesus menjawab dengan cermat

tujuan kedatangan-Nya bukan untuk memiliki daerah kekuasaan yang bersifat fana di dunia

ini, Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku

telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku

bukan dari sini. (Yoh. 18:36). Jadi, Kerajaan Allah di sini tidak berbicara tentang wilayah.

Kerajaan Allah di sini berbicara tentang pemerintahan Allah di dunia ini. Gagasan yang muncul

di sini adalah penyataan otoritas Allah dalam dunia ini.

Ketika Yohanes Pembaptis melayani, ia menyampaikan berita akan kedatangan

Kerajaan Allah itu, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Mat 3:2 ITB) Frasa

sudah dekat menyatakan bahwa Kerajaan ini belum datang. Hal ini menjadi jelas karena

kedatangan Yohanes Pembaptis adalah untuk mempersiapkan hadirnya Kerajaan tersebut.

Kerajaan tersebut nyata dalam kedatangan Tuhan Yesus di dunia ini. Ketika murid-murid

Yohanes Pembaptis bertanya kepada Tuhan Yesus, “Engkaukah yang akan ating itu atau

haruskah kami menantikan orang lain?” (Mat 11:3 ITB), Tuhan Yesus menjawab, “Pergilah dan

katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat:orang buta melihat, orang

lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan

kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi

kecewa dan menolak Aku.” (Mat. 11:4-6, ITB). Tuhan Yesus tidak menjawab pertanyaan murid-

murid Yohanes secara langsung. Jawaban Tuhan Yesus menyatakan bahwa mereka tidak perlu

menunggu lagi. Mesias, Raja itu, sudah datang. Ini menyatakan bahwa pemerintahan Allah

sudah datang, yang berarti Kerajaan Allah sudah datang.

Jadi, Kerajaan Allah sudah datang dalam pelayanan Tuhan Yesus di bumi ini.

Manifestasi Kerajaan Allah sudah dinyatakan dan hukum Kerajaan pun telah dinyatakan dalam

firman-Nya (perhatikan Matius 5-7). Kerajaan ini pada awalnya ditawarkan kepada Israel, tetapi

Israel menolaknya. Penolakan ini mengakibatkan Kerajaan ini dinyatakan kepada suatu

lembaga ilahi yang baru yang disebut “Gereja” (eklesia). Lembaga inilah yang terus

memberitakan berita kedatangan Kerajaan ini dan menyatakannya di dunia ini.

Namun, firman Tuhan juga menyatakan akan datangnya Kerajaan Allah secara riel di

dunia ini. Kerajaan ini akan dinyatakan pada saat kedatangan Kristus kedua kali. Tuhan akan

menjadi Raja Shalom di atas bumi sebagai kegenapan akan doa dan kerinduan orang percaya,

“Datanglah kerajaan-Mu.” Kerajaan seribu tahun di bumi akan menjadi realisasi Kerajaan Allah

secara nyata.

Kerajaan Allah telah dinyatakan (inaugurated) dalam Yesus Kristus, tetapi

pemenuhan/penggenapan sempurnanya merupakan sesuatu yang akan terjadi pada masa

yang akan datang. Dengan pengertian ini, kita dapat memahami bahwa Kerajaan Allah tidak

bisa didentikkan dengan suatu keadaan pada masa kini, seperti misalnya suatu theokrasi, atau

bahkan gereja, karena pemenuhan/penggenapannya bukanlah pada masa sekarang ini. Namun,

dengan pengertian ini juga, ada alasan untuk bersukacita dalam keselamatan yang diberikan

oleh Allah bagi manusia, dan juga bersukacita dalam pengharapan akan penggenapan janji

Allah akan kerajaan-Nya, yaitu ketika “Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka,

dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita,

sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” (Why. 21:4). Dengan pengertian, sukacita

kita menjadi penuh, karena menyadari bahwa kita hidup dalam “time between times”, di

belakang dan pada masa kini adalah pernyataan Kerajaan Allah dan pada masa depan adalah

pemenuhan/penggenapan Kerajaan Allah.

Tuhan Yesus memerintahkan orang percaya untuk mencari dahulu Kerajaan

Allah, Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan

ditambahkan kepadamu(Mat. 6:33, ITB). Tuhan Yesus ingin kita mengutamakan dan

memprioritaskan Kerajaan Allah. Dengan mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,

kita dibebaskan dari beberapa hal: pertama, dari hidup yang berpusat kepada diri sendiri. Hidup

yang berpusat kepada diri sendiri adalah salah satu penyebab dari kekuatiran. Ketika kita

mencari dahulu Kerajaan Allah maka kita akan memusatkan prioritas, ambisi dan obsesi hidup

kita hanya kepada Allah saja. Dan ketika seluruh perhatian kita tertuju pada Allah maka

otomatis perhatian kita juga akan tertuju pada Allah (tidak kepada diri sendiri lagi).

Kedua, dari arah hidup yang salah. Arah hidup yang salah terjadi ketika seseorang

tidak bisa membedakan lagi mana yang tidak penting, yang kurang penting dan yang penting

menurut sudut pandang Allah. Ketika kita mengarahkan hidup kita untuk mencari dahulu

Kerajaan Allah maka banyak hal yang tadinya kita pikir, kita membutuhkannya (karena menurut

kita, penting) ternyata kita sadari bahwa kita tidak membutuhkannya (karena kurang penting

atau bahkan tidak penting sama sekali). Di dalam proses pencarian Kerajaan Allah maka Allah

akan terus mengasah dan membuat peka hati kita terhadap hal yang penting, kurang penting

dan yang tidak penting.

Ketiga, dari mengabdi kepada tuan yang salah. Banyak orang Kristen tetapi “allahnya”

adalah mammon, bukan Kristus. Mereka menjadi penyembah berhala sekaligus juga

“mengabdi” kepada Tuhan Yesus. Dalam Matius 6:24, Tuhan Yesus dengan tegas berkata

bahwa kita tidak bisa mengabdi kepada dua tuan. Kita diperintahkan untuk memilih, mau

mengabdi kepada siapa, Tuhan atau mamon? Kita hanya bisa memilih salah satu saja. Dalam

proses pencarian dahulu Kerajaan Allah diperlukan adanya kesetiaan dan ketaatan mutlak

kepada Kristus, sang Raja Kerajaan. Pada saat kita sungguh merajakan Sang Raja Kerajaan,

kita menyadari bahwa diri kita ini hanyalah seorang hamba, hamba Kristus Yesus dan bukan

yang lain.

Frasa ini mengikuti frasa “Datanglah kerajaan-Mu”. Hal ini mengungkapkan pengakuan

kita akan kekuasaan dan kedaulatan Tuhan dalam memerintah sehingga kita tidak ada lagi

kuasa untuk menentukan kehendak kita sendiri. Kita harus menundukkan kehendak kita pada

kehendak Allah. Inilah hakikat dari jadilah kehendak-Mu. Bagian doa Bapa Kami ini

mengungkapkan tujuan yang jelas dalam sebuah doa, jadilah kehendak-Mu. Praktik doa yang

demikian kontras sekali dengan praktif magis yang memaksakan kehendak manusia terjadi.

Dalam frasa ini, kita membawa kehendak kita ke dalam kehendak-Nya. Artinya, ini adalah

sebuah bentuk penyangkalan diri. Ini adalah syarat untuk menjadi pengikut Tuhan yang

benar, Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus

menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku (Luk. 9:23, ITB)

Pernyataan jadilah kehendak-Mu mengungkapkan salah satu ciri kedewasaan iman.

Maksud jadilah kehendak-Mu sungguh-sungguh kehendak Tuhan yang kita inginkan terjadi

dalam hidup kita. Kehendak Tuhan dengan kehendak kita sering kali tidak sesuai. Di sinilah

ujian iman itu terjadi, apakah kita tetap memaksakan kehendak kita atau tunduk pada

kehendak-Nya. Contoh praktis adalah Tuhan Yesus sendiri. Dia bergumul dengan sangat berat

ketika akan menghadapi salib. Dia bergumul di taman Getsemani (Mat. 26:36–46, Mrk. 14:32–

42, Luk. 22:39–46). Dia berkata, “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu

dari pada-Ku (Mat. 26:39 ITB). Namun, Tuhan Yesus menundukkan kehendak-Nya kepada

kehendak Bapa, janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau

kehendaki(Mat. 26:39, ITB).

Frasa jadilah kehendak-Mu juga mengungkapkan akan kesetiaan kepada Sang Raja

yang memerintah. Marthin Luther menjelaskan bahwa jadilah kehendak-Mu berarti jadilah

kehendak-Mu ya Bapa, bukan kehendak Iblis, kehendak orang lain yang hendak

menghancurkan firman-Mu, atau yang menghalangi kedatangan Kerajaan-Mu. Jadilah

kehendak-Mu bukan sebuah ungkapan menyerah pada situasi yang ada, banyak orang berkata

jadilah kehendak-Mu, tetapi ia sesungguhnya sudah menyerah dengan situasi dan tantangan

yang ada. Jadilah kehendak-Mu sesungguhnya tidak sedang mengungkapkan kelemahan kita

atau ketidakberdayaan kita, melainkan kesetiaan kita dalam situasi tersulit dan terberat

sekalipun dalam kehidupan kita.

Kita harus senantiasa merindukan kehendak Allah yang terjadi atas hidup kita karena kita tahu

kehendak Allah itu adalah mulia dan indah. Ketika kita berkata, “Jadilah kehendak-Mu”, kita

menerima setiap peristiwa yang terjadi, baik atau buruk, sebagai kehendak Tuhan. Kita

menerima dengan senang hati dan rendah hati hal itu tanpa komplain (Rm. 8:28). Kita

menerima jika Allah memang tidak memberikan seperti yang kita harapkan.

Kesimpulan

Konsep Kerajaan Allah dalam Perjanjian Lama menunjukkan bahwa Raja

sesungguhnya adalah Tuhan (YHWH). Setiap raja Israel harus takluk dan tunduk di

bawah otoritas-Nya. Dia adalah pengendali sejati dari sejarah Israel. Jadi, dalam Perjanjian

Lama Kerajaan Allah merupakan panggilan imamat bagi Israel untuk masuk dalam ketaatan

mutlak kepada Tuhan dan menjadi model bagi bangsa-bangsa kafir. Bukan itu saja, mereka

bahkan dipanggil menjadi agen utama ilahi untuk menunjukkan kepada bangsa-bangsa kafir

bagaimana hidup me-rajakan Dia dalam kesucian dan kekudusan agar mereka pada akhirnya

juga hanya menyembah Tuhan. Wright menyatakan hal ini dengan kalimat yang sangat

indah: . . . the creator God had purposed from the beginning to address and deal with the

problems within his creation through Israel. Israel was not just to be an “example” of a nation

under God; Israel was to be the means through which the world would be saved.

Konsep Kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru, bahwa kehadiran Kerajaan Allah sudah dimulai

sejak kehadiran Yesus. Akan tetapi, kehadirannya masih bersifat rahasia; di mana ia tidak

hadir dalam kekuasaan penuh melainkan bekerja secara diam-diam dalam kehidupan setiap

mereka yang secara terbuka menerimanya dalam kehidupan mereka. Kerajaan Allah dilihat

sebagai pemerintahan Allah yang sudah berlaku kini, meskipun memiliki aspek futuris dimana

hal itu akan terwujud secara penuh di masa yang akan datang. Dampak dari kehadiran

Kerajaan Allah pada masa kini adalah bersifat rahasia bagi manusia.