Sembahyang Islam dan Yahudi
Dalam sejarah disebutkan bahwa memahami Yahudi harus dibedakan batas
antara agama dan bangsa, sebagai agama Yahudi merupakan salah satu agama
samawi yang hingga kini masih tetap eksis keberadaannya. Sebagai bangsa -
pun Yahudi masih memiliki Kekuatan kultur yang masih tetap mengakar kuat
sebagai satu kesatuan bangsa Yahudi yang besar. Ke unikan dan karakter
bangsa Yahudi dalam sejarah masih tetap mempertahankan jati dirinya
sebagai bangsa. Pada sisi teologis agama Yahudi juga memiliki ajaran-ajaran
yang masih dapat dijadikan sebagai bagian kekuatan yang menujukkan
indicator ke-eksisan Yahudi dalam agama. Salah satunya yaitu masalah
Sembahyangnya.
Islam dan Yahudi tercatat di sejarah
sebagai agama besar yang diakui dan di
kelompokkan dalam agama samawi.
keberagaman manusia di muka bumi ini
merupakan sebuah keniscayaan. Islam
sebagai agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Suatu agama penutup
agama-agama sebelumnya. Allah telah
menyempurnakan agama ini bagi hamba-
hambaNya. Agama Islam yaitu agama
yang benar, sebuah agama yang telah
mendapatkan jaminan pertolongan dan
kemenangan dari Allah ta’ala bagi siapa
saja yang berpegang teguh dengannya
dengan sebenar-benarnya (Manaf, 2010).
Yahudi yaitu sebuah kata yang di
nisbahkan kepada para pengikut Syariat
Taurat, kitab suci yang di bawa Nabi Musa
AS, Baik sebelum maupun setelah syariat
tersebut mengalami penyimpangan. kita
tidak meragukan bahwasannya Kaum
Yahudi pertama (sebagai sebuah bangsa
dan satu generasi yang Mayoritas darinya
sudah Punah memang tersambung hingga
kepada Nabi Yak’kub (Israel ) bin Ishaq
bin Ibrahim. hal itu terjadi sebelum nasab
mereka bercampur dan menyatu dengan
suku-suku atau dengan ras-ras yang
lainnya (as-Suwaidan, 2015).
Kehidupan manusia di dunia
merupakan anugerah dari Allah SWT.
Dengan segala pemberian-Nya manusia
dapat mengecap segala kenikmatan yang
bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan
anugerah tersebut kadang kala manusia
lupa akan zat Allah SWT yang telah
memberikannya. Untuk hal tersebut
manusia harus mendapatkan suatu
bimbingan sehingga di dalam
kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan
bimbingan Allah SWT. Hidup yang
dibimbing syariah akan melahirkan
kesadaran untuk berprilaku yang sesuai
dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan
Rasulnya yang tergambar dalam hukum
Allah yang Normatif dan Deskriptif.
Setiap agama memiliki berbagai
ajaran pokok, baik yang terkait dengan
Tuhan (Vertikal), dan juga sesama masalah
(Horizontal), diantara yang Vertikal yaitu
Shalat. Shalat merupakan ibadah yang
paling utama di antara banyak ibadah-
ibadah lain yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW, berada pada posisi ke
2 dari 5 (lima) pilar ajaran islam yang
utama atau yang disebut dengan rukun
Islam. Shalat dikerjakan 5 kali/waktu
setiap harinya, yaitu; subuh, zuhur, ashar,
maghrib dan isya (Sabiq, 1988).
Dalam agama Yahudi hubungan
Vertikal dengan Tuhan di lakukan ajaran
sembahyang ada dua Macam, yaitu
personal (Fardi), dan berkelompok
(Jama’i). Sembahyang Personal yaitu
beberapa jenis ritual yang di lakukan
secara perseorangan. Sembahyang jenis ini
di lakukan dengan keadaan dan kebutuhan
masing-masing Pribadi. Sedangkan
Sembahyang berkelompok yaitu jenis
Sembahyang yang dilakukan oleh
beberapa orang secara terang-terangan dan
bersifat umum (Boleh diikuti siapa saja), di
tempat dan waktu yang khusus pula.
Sembahyang jenis ini di lakukan menurut
peraturan adat dan hukum-hukum yang di
tetapkan oleh para imam dan rabi.
Setiap agama menentukan bentuk
Khusus Ritual Shalat yang sesuai konsep
agama masing-masing dan kaidah-kaidah
yang memanifestasikan pengagungan
kepada Tuhan. Sebagian agama
menetapkan tata cara Shalat berupa diam
berkontemplasi dan menghadap kepada
Tuhan. Sebagian agama menetapkan tata
cara berupa gerakan kemudian diam
dengan tenang diringi bacaan-bacaan
khusus yang di hafal. Diam dengan tenang
ketika berkomunikasi dengan Tuhan
hampir menjadi tiang pokok ritual
kebanyakan agama, kemudian diteruskan
dengan gerakan ruku dan sujud.
Beberapa riset yang berkaitan
dengan topik ini, diantaranya yaitu
penelitian yang dilakukan Oleh Sabbih
(2015) dengan Judul “Sifat Shalat Manusia
dalam Al-Qur’an ( Tinjauan Tafsir Rahmah
Min Al Rahmah Min KalamSyaikh Ibnu
Arabi Karya Mahmud Ghurab). Disini
saudara Sabbih mengatakan dalam sifat
Shalat Manusia dalam Al- Qur’an di
sebab kan beragamnya pendapat ulama
untuk memaknai sifat Shalat tersebut
sehingga membuahkan dampak dalam
pelakunnya.
Penelitian yang dilakukan Netty
Fitriyani (2002) yang mengangkat judul
tentang “kedudukan Yerussalem menurut
Agama Yahudi dan Islam”. Dalam kajian
penelitian ini menjabarkan bahwa letak
keterkaitannya berada pada realitas
keberagaman agama-agama itu, dan
Implikasi yang muncul dari Plularitasnya.
munculnya perbedaaan dan pemahaman
teologis masing-masing Agama dan
mempertahankan haknya menimbulkan
masalah yang sampai sekarang tak kunjung
berakhir. Letak kedudukan Yerussalem
agama Yahudi dan Islam sama-sama
Mengklaim sakralnya kota Suci ini.
rumitnya Klaim Sakralitas tersebut sering
tidak mirip atau malah saling berjauhan
sehingga menimbulkan Konflik antara
Mereka. bagi Agama yahudi menganggap
Yerussalem (Masjidil Aqsa) sebagai kota
suci, sedangkan menurut Agama Islam
Yerussalem Merupakan tempat yang
cukup penting di sebab kan salah satunya
yaitu tempat perjalanan Isra’ dan Mi’raj
nabi Muhammad Saw.
Sinagog; Tempat Ibadah Yahudi
Sinagoga (bahasa Inggris: Synago-
gue) yaitu nama tempat beribadah
orang Yahudi. Di dalam bahasa aslinya
(bahasa Yunani: synagogē atau sunagogē,
berarti “perkumpulan”; bahasa
Perancis/bahasa Inggris: synagogue) terdiri
dari kata Yunani (syn, = bersama), dan
agogé, belajar atau pendidikan, sinagoga
memiliki arti “belajar bersama”
selain berkumpul bersama. Kata tersebut
merupakan terjemahan dari kata Ibrani,
eda, yang berarti jemaah, sehingga
pengertian sinagoga yang sebenarnya
bukanlah suatu tempat atau gedung
tertentu melainkan persekutuan.
Sinagoga, bersama gerakan
yudaisme rabinik, memiliki peran penting
dalam membentuk pola keagamaan
Yahudi hingga kini, khususnya setelah Bait
Suci yang menjadi pusat peribadah umat
Yahudi hancur pada tahun 70 M. Selain
itu, sinagoga juga diduga membawa
pengaruh besar terhadap pola ibadah umat
Kristen dan Islam melalui
penggunaan gereja dan masjid. fungsi
utama sinagoge yaitu dalam hal
peribadahan.
Ibadah-ibadah dilangsungkan di situ
pada hari Sabat dan hari-hari besar
lainnya. Pusat ibadah yaitu pembacaan
Taurat, dan seluruh desain dan suasana
ruangannya diarahkan kepada pembacaan
tersebut. Selain itu, sinagoge juga
berfungsi sebagai tempat doa pada jam-
jam doa Yahudi, dan dengan berkiblat ke
arah Yerusalem.Selain fungsi pendidikan
dan peribadahan, sinagoga juga berfungsi
sebagai tempat pertemuan-pertemuan
masyarakat untuk membicarakan masalah-
masalah sosial, politik, maupun
keagamaan. sebab itu, sinagoge juga
dapat menjadi tempat pengadilan. Pada
masa pasca-Pembuangan, institusi Bait
Suci dikembangkan kembali dan menjadi
pusat keagamaan orang-orang Yahudi.
Akan tetapi, peran sinagoga-sinagoga tetap
penting sebagai tempat persekutuan
orang-orang Yahudi di perantauan.
sebab itulah, orang-orang Yahudi di luar
Palestina biasa mengumpulkan
persembahan tahunan untuk mendukung
peribadahan di Bait Suci, terlebih bagi
mereka yang tidak dapat datang ke Bait
Suci untuk mengikuti ritus tahunan. Selain
itu, sinagoge juga berperan untuk
mempertahankan identitas Yahudi di
perantauan melalui pembacaan Kitab Suci,
doa-doa, dan perayaan hari besar Yahudi.
Perkembangan sinagoga juga amat
dipengaruhi oleh perkembangan kaum
Farisi pada abad ke-2 SM. Pada waktu itu,
orang-orang yang dapat membaca serta
menafsirkan Taurat yaitu kaum Farisi,
sehingga mereka berperan besar di dalam
persekutuan-persekutuan lokal di kalangan
rakyat Yahudi. Hal yang sama terjadi
ketika Bait Suci dihancurkan tahun 70 M
dan umat Yahudi tersebar ke tempat-
tempat lain. Kelangsungan identitas
Yahudi menjadi tergantung pada kaum
Farisi, yang disebut juga rabi sebab hanya
mereka yang dapat membaca dan
menafsirkan Taurat. Mereka berperan
penting di dalam sinagoga-sinagoga lokal
di tempat-tempat orang Yahudi tinggal.
Pada masa itulah, studi terhadap Taurat,
doa-doa, dan perbuatan baik
menggantikan ritus Bait Suci dan
persembahan kurban. Peran penting
sinagoge dan rabi masih berlangsung
hingga masa kini.
Sepanjang sejarah Yahudi,
sinagoga-sinagoga dibangun oleh
bermacam-macam orang, seperti para
orang-orang raya maupun kaum-kaum
tertentu. Misalnya, sinagoga-sinagoga
Sephardi yang didirikan oleh kaum
Sephardi yang mengungsi ke kota-kota
besar, di mana sudah terdapat jemaah-
jemaah Yahudi.
Sembahyang dan Doa dalam Yahudi
Orang yahudi melakukan
sembahyang 3 kali sehari setiap jam 9, 11,
dan 3 sore, sedangkan dalam kitab Talmud
di tetapkan 3 sembahyang dalam sehari
semalam dengan sembahyang pagi, siang
dan malam. Pada waktu tegak berdiri
mereka mengawali dengan “tefillah” atau
“amidah” dan mengucapkan selawat 19
kali. Amidah sering di dahului dengan
“shema” atau Syahadah pertama Yahudi,
di lanjutkan dengan pujian terhadap
Tuhan, dan di akhiri dengan “alenu wajib”
atau doa wajib. Sembahyang mereka bias
di lakukan sendirian maupun bersama
(berjamaah) yang biasanya di lakukan di
tempat yang di sebut Sinagon, serta
kiblatnya ke Baitul Maqdis.
Doa yang mereka lakukan yaitu
mengangkat kedua tanggan ke arah langit
sambil beriri, ada juga yang sambil duduk
berlutut.Tempat senmbahyang mereka
ketika berada di mesir, sebelum kitab
Taurat, orang israel bersembahyang di
rumah-rumah mereka masinh-masing atau
di suatu tempat khusus untuk
bersama.Setelah berada di gurun sinai,
turun kitab Taurat, kemudian mereka
bersembahyang di dalam khaimah besar
yang khusus untuk bersembahyang,
luasnya kira-kira 100x50 hasta (32x16
mater).
Khaimah ini mereka bawa kemana
saja mereka pindah.Di zaman Nabi
Sulaiman memerintah, setelah baitul
maqdis selesai didirikan, maka tempat
sembahyang mereka berpindak ke baitul
maqdis (rumah suci), dan tidak lagi
mengunakan khaimah. Di kampung-
kampung yang jauh dari kota, bangsa
Yahudi mendirikan Sinagon-sinagon, yaitu
mushalla-mushalla untuk tempat
mengajarkan agama, dalam sembahyang
mereka menghadapkan wajahnya kebaitul
maaddas di palistina, sebagai kiblat
mereka, dan yang di di tunjuk selamanya
menjadi imam yaitu keturunan Lewi
(Hakim, 1989).
Selain itu, ada puasa. Ada beberapa
jenis puasa yang mereka lakukan, seperti
puasa untuk penganti kejadian-kejadian
bersejarah yang mereka sebut “puasa
kecil” ada juga puasa “Sembilan hari” atau
puasa berduka cita, tidak boleh minum
anggur dan makan daging, “puasa tiga
minggu” yang di dalam waktu itu tidak
boleh melaksanakan pesta perkawinan.
Tujuan pesta yaitu untuk menghapuskan
dosa dan mensucikan diri, di sampiung
untuk menyatakan rasa keprihatinan atau
duka cita. Waktu puasa mereka mulai
dengan menyingsing sampai kelihatan tiga
buah bintang pada senja hari.Di buku lain
mengatakan bahwa orang yahudi di
wajibkan berpuasa pada hari ke sepuluh
setiap bulan ketujuh, disamping itu puasa
di lakukan secara suka rela, dan di lakukan
biasanya pada waktu-waktu mendapat
musibah atau bencana (Manaf, 1996).
Yahudi juga mengenal ibdah Haji.
Bagi kaum Yahudi, yang dimaksud Ziarah
atau Hajj yaitu dengan mendatangi baitul
Maqdis ( Yerussalem ). Dan diwajibkan
kaum Yahudi dari kalagan laki-laki untuk
berziarah ke Baitul Maqdis tiga kali dalam
setahun dan semua laki-laki harus muncul
dihadapan Tuhan, Tuhannya bani Israel.
sebab hingga ssat ini Haikal suci belum
berdiri di Yerussalem, maka kaum Yahudi
mengganti ibadah mereka dengan
mendatangi tembok Ratapan. Masa kini
semua orang Yahudi termasuk kaum
perempuan ikut mendatangi Tembok
Ratapan untuk melakukan ibadah ziarah.
Sembahyang dalam Islam
Sesungguhnya Shalat dalam Islam
bermula itu tidak dengan tiba-tiba
melainkan sudah lama di lakukan oleh
para nabi-nabi terdahulu. Shalat juga di
lakukan sebelum Islam datang, artinya
Shalat di kerjakan oleh orang-orang
terdahulu. para nabi juga di perintahkan
oleh Allah SWT untuk mendirikan Shalat
merupakan sesuatu kewajiban atas diri
mereka sendiri. didalam Al- Qur’an
terdapat keterangan bahwa para Nabi dan
Rasul yang diutus oleh Allah semuanya
melaksanakan ibadah, termasuk Shalat. Di
mulai dari Nabi Adam Shalat, nuh , Idris,
Hud, Saleh, Ibrahim, Ismail, Ishak, Musa,
Isa, hingga Rasullah Muhammad SAW
semuanya mendirikan Shalat. hanya saja
bagaimana cara Shalat para nabi dan rasul
tak di ketahui dengan pasti, kecuali Shalat
umat Islam yang di ajarkan Rasullah SAW.
Dalam berbagai kitab tarikh tasyri dan
sirah nabawiyah.di sebutkan bahwa Shalat
5 waktu (El Fikri, 2014).
Kewajiban Shalat bermula ketika
nabi melakukan Mi’raj. tatkala Nabi
berada di Sidrarah al- Mumtaha, nabi
dengan perantaraan Malaikat Jibril
mendapatkan “ Wahyu “ dari Allah berupa
Shalat yang semula konon Lima Puluh
Waktu. Shalat ini lah yang di jadikan nabi
kepada umatnya sebagai kendaraan untuk
melakukan Mi’raj Ruhani. mendorong
seseorang dapat menggapai Makom
terpuji (Makam Mahmuda), mewarisi
keluhuran pekerti dan kebeningan hati
sebagaimana di isyaratkan dalam QS.Al-
Isra ayat 79 (Muhyidin dan Salahuddin,
2006).
Beberapa ayat yang dijadikan dalil
tetang kewajiban Shalat yaitu al-Qur’an
surat al- Bayyinah ayat 8 dan hadits Nabi
"Pokok urusan yaitu Islam, tiangnya itu
shalat, sedangkan puncaknya yaitu jihad."
(HR. Al-Tirmidzi).
Menurut Harun Nasution, bahwa
shalat mendidik manusia untuk selalu
merasakan kehadiran Allah bersamanya.
Dalam shalat seseorang dianjurkan untuk
selalu mengingat Allah dalam shalatnya,
atau sekurang-kurangnya mengerti dan
memahami arti dari perkataan yang
diucapkan dalam shalatnya tersebut.
Sedangkan menurut Nurcholis Madjid
menerangkan bahwa shalat mempunyai
makna intrinsik dan instrumental. Intrinsik
(makna dalam dirinya sendiri) sebab
shalat merupakan tujuan pada dirinya
sendiri, khususnya Shalat sebagai
peristiwa menghadap Allah dan
berkomunikasi dengan-Nya, baik melalui
bacaan, maupun grakan-gerakan shalat,
khusyusnya ruku’ dan sujud ketika dalam
shalat. Sedangkan bermakna instrumental
sebab shalat dapat dijadikan sebagai
sarana untuk mencapai sesuatu dari luar
dirinya sendiri (Pasha, 2003).
Shalat merupakan perbuatan yang
paling penting diantara rukun Islam yang
lain sebab ia mempunyai pengaruh yang
baik bagi kondisi akhlak manusia. shalat
didirikan sebanyak lima kali setiap hari,
dengan ini akan mendapatkan pengaruh
yang baik bagi manusia dalam suatu
masyarakat yang merupakan sebab
tumbuhnya rasa persaudaraan dan
kecintaan diantara kaum muslimin ketika
berkumpul untuk menunaikan ibadah
yang satu di salah satu dari sekian rumah
ibadah milik Allah yaitu Masjid (al-Jazairi,
2011).
Shalat merupakan inti (kunci) dari
segala ibadah juga merupakan tiang agama,
Shalat mempunyai dua unsur yaitu
dzohiriyah dan batiniyah. Unsur
dzohiriyah yaitu yang menyangkut
perilaku berdasar pada gerakan shalat itu
sendiri, sedangkan unsur yang bersifat
batiniyah yaitu sifatnya tersembunyi
dalam hati sebab hanya Allah-lah yang
dapat menilainya. Shalat banyak
macamnya ada shalat sunnah, ada juga
shalat fardhu yang telah ditentukan
waktunya. Khilafiyyah kaum muslimin
tentang shalat yaitu hal yang biasa sebab
rujukan dan pengkajiannya semuanya
bersumber dari Al-Qur’an dan hadis,
hendaknya perbedaan tersebut menjadi
hikmah keberagaman umat islam. Shalat
banyak macamnya ada shalat sunnah, ada
juga shalat fardhu yang telah ditentukan
waktunya.
Kesepakatan para Ulama tata cara
Shalat yaitu : Pertama, Berdiri ketika
shalat wajib, bagi yang mampu. Tidak sah
shalat fardhu seorang hamba yang
dikerjakan sambil duduk dalam kondisi
mampu berdiri.
Kedua, Niat. Niat secara etimologi
bermakna kehendak dan tekad. Secara
terminologi syar’i niat yaitu tekad dalam
hati untuk melakukan ibadah dengan
tujuan mendekatkan diri kepada Allah,
Yaitu ketetapan hati untuk melaksanakan
shalat tertentu. Berdasarkan sabda
Rasulullah: Sesungguhnya segala amalan itu
(tergantung) dengan niat.
Ketiga, Takbiratul Ihram sambil
mengangkat kedua tangan. Disebut
demikian sebab mengharamkan segala
jenis perbuatan mubah dari makan,
minum, berbicara, dalam shalat.
Hendaknya seseorang yang akan shalat
berdiri dan bertakbir Yaitu mengucapkan
lafadz “Allahu Akbar” dan mengangkat
tangan. Cara mengangkat kedua tangan
boleh ke ujung-ujung telinga, atau sejajar
dengan dua bahu, sebab kedua-duanya
diterima oleh rasul. Hal ini didasarkan
pada sabda Rasulullah: “Kuncinya shalat
yaitu bersuci, pembukaannya yaitu takbir
(mengucapkan Allahu Akbar), dan penutupnya
yaitu taslim (mengucapkan salam),” (HR
Abu Daud: dan At-Tirmidzi ).
Keempat, Membaca Surat Al-Fatihah.
Berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw.
“Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca
surat Al-Fatihah”, (HR Bukhari). Membaca
Surat Al-Fatihah merupakan rukun sahnya
Shalat, artinnya orang yang Shalat tidak
membaca Al-Fatihah maka tidak sah
Shalatnaya. Menurut sunnah basmallah
yaitu di-siir-kan, sesekali kita jaharkan
untuk memberi pengertian bahwa kita
membacanya. Namun, membaca Al-
Fatihah itu tidak berlaku bagi seorang
makmum di balakang imam yang
membaca Al-Fatihah dengan jahr (keras,
nyaring), sebab kewajibannya yaitu
mendengarkan bacaan imam (Hasyim,
1988).
Kelima, Ruku’. Ruku’ secara
etimologi berasal dari kata ïºŽï»‹ï»®ï»›ïº ï»Šï»›ïº®ï»³ ﻊﻛïº
yang berarti menundukkan atau
membungkukkan kepalanya. Secara
terminologi fiqih rukuk berarti
menundukkan kepalanya dengan
membungkukkan punggungnya, kedua
telapak tangannya memegang kedua
lututnya dan meluruskan punggungnya
serta merenggangkan jari jemari. Ini
yaitu ukuran minimal. Sedang ruku’
yang paling sempurna ialah menunduk
sehingga punggung menjadi rata. sepakat
akan kewajiban rukuk.
Keenam, Bangun dari rukuk (I’tidal).
I’tidal ialah berdiri tegal yang memisahkan
antara ruku’ dan sujud, Berdasarkan sabda
Nabi Muhammad saw: “Kemudian rukuklah
sampai kamu tuma’ninah dalam rukuk,
kemudian bangunlah dari rukuk sampai kamu
berdiri tegak lurus”, (HR Bukhari).
Ketujuh, Sujud. Sujud secara
etimologi yaitu tunduk, merendahkan
diri, condong, meletakkan dahi ke bumi.
Adapun secara terminologi sujud yaitu
meletakkan dahi atau bagian sekitarnya di
tempat sujud yang tetap dengan gerakan
gerakan tertentu. Setiap rukuk dan sujud
ada gerakan turun. Tapi sujud lebih turun
dari rukuk.
Kedelapan, Bangun dari Sujud atau
Duduk diantara dua sujud. Duduk
diantara dua sujud beserta thuma’ninah
merupakan rukun menurut jumhur ulama.
Kesempbilan, Duduk Yang Terakhir.
Yang dimaksud ialah duduk pada akhir
rakaat yang terakhir dari shalat itu, yang
dipungkasi dengan salam (Rifa’i, 1976).
Kesepuluh, Tuman’ninah. ketika
Rukuk, Sujud, Berdiri, dan Duduk
Berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw.
kepada orang yang shalatnya tidak benar.
Beliau menyebutkan hal itu kepadanya
dalam hal rukuk, sujud, dan duduk di
antara dua sujud, sedangkan beliau
menyebutkan i’tidal (tegak lurus)
kepadanya dalam hal berdiri. Atau bisa
diperjelas dengan menegakkan punggung
ketika mengangkat kepala dari keduanya.
Seseorang yang rukuk itu sejak ia
menundukkan diri sampai tegak. Sujudnya
yaitu sejak ia turun dari berdiri,atau dari
duduk, hingga sampai kembali tegak.
Kesebelas, Tasyahud Pada Duduk
Terakhir. Tasyahud termasuk rukun shalat,
sebab ada sebuah hadits riwayat al-
Bukhari (5806), dan Muslim (402) dan
lainnya dari Ibnu Mas’ud RA, dia berkata:
“Dulu, apabila kamu shalat bersama Nabi
SAW, kami mengucapkan –sedang
menurut al-Baihaqi (2/138), dan ad-
Daruquthni (1/350), kami mengucapkan
sebelum kami diwajibkan membaca
tasyahud. Dan pada rakaat terakhir
menurut jumhur ulama’ disunnahkan
membaca ta’awudz.
Keduabelas, Salam. Seseorang
dianggap selesai mengerjakan shalat
setelah mengucapkan salam dan dia tidak
mengucapkan salam kecuali dalam kondisi
duduk. Berdasarkan sabda Nabi
Muhammad saw. “Dan penutupnya yaitu
taslim (mengucapkan salam).
Ketigabelas, Tertib sesuai urutan
rukun shalat. Tidak boleh membaca Al-
Fatihah sebelum melakukan takbiratul
ihram, dan tidak boleh bersujud sebelum
melakukan rukuk sebab gerakan shalat
telah ditentukan Rasulullah dan telah
diajarkan kepada para sahabat.
Perintah Sembahyang Yahudi
Kitab Kejadian menyebutkan
beberapa jenis Shalat dan peribadatan
yang begitu banyak macam ragamnya,
Shalat di dalam Agama Yahudi tidak
memiliki aturan tertentu melainkan dapat
di lakukan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan yang di inginkan setiap
Individu maupun Komunitas tertentu.
Di Alkitab di jelaskan tentang Shalat
sebagai berikut : “ Lalu berlututlah orang itu
dan sujud menyembah Tuhan”. (Kejadian
24:26);
”Kemudian berlututlah aku dan sujud
menyembah Tuhan, serta memuji Tuhan, Allah
tuanku Abraham, yang telah menuntun aku di
jalan yang benar untuk mengambil anak
perempuan saudara tuanku ini bagi anaknya”.
(Kejadian 24:48)
“Ketika hamba Abraham itu mendengar
perkataan mereka, sujudlah ia sampai ke
tanah menyembah Tuhan”. (Kejadian 24:52 ).
“Lalu percayalah bangsa itu, dan ketika
mereka mendengar, bahwa TUHAN telah
mengindahkan orang Israel dan telah melihat
kesengsaraan mereka, maka berlututlah mereka
dan sujud menyembah”. ( Keluaran 4:31 ).
“maka haruslah kamu berkata: Itulah
korban Paskah bagi TUHAN yang melewati
rumah-rumah orang Israel di Mesir, ketika Ia
menulahi orang Mesir, tetapi menyelamatkan
rumah-rumah kita." Lalu berlututlah bangsa itu
dan sujud menyembah”. (Keluaran 12:27 )
“Berfirmanlah Ia kepada Musa:
"Naiklah menghadap TUHAN, engkau dan
Harun, Nadab dan Abihu dan tujuh puluh
orang dari para tua-tua Israel dan sujudlah
kamu menyembah dari jauh”. (Keluaran 24:1 )
Seiring dengan banyaknya bangsa
yang datang ke negeri Palestina ada bangsa
Romawi, namun meskipun demikian
orang Yahudi tetap menjalankan Ibadah
Sembahyang sesuai yang dikitab kejadian
meskipun dipengaruhi oleh banyaknya
Bangsa yang datang ke negeri Palestina.
Terlepas dari penjelasan nama Ibri, Israel,
dan Yahudi di atas orang-orang Ibrani
mempuyai karakter nomaden (berpindah-
pindah). Namun sejarah mencatat ketika
sudah mulai mengenal peradabandan
pembangunan. Akan tetapi sekelompok
mereka ada juga yang pergi dan
berpindah-pindah menuju utara Babilonia,
ketika di Babilonia kawasan ini dalam
kekuasaan orang-orang samenia dan
Akadina. Sampai berapa waktu orang-
orang Ibri pindah lagi kearah utara dan
juga ada yang keselatan (Khotimah, 2015).
Bagi kalagan Israel, Shalat rutin
hanya dapat ditetapkan setelah
dibangunnya sebuah tempat Ibadah
Khusus baik berupa kemah besar maupun
berbentuk kuil ( sinagoge ), dahulu seiring
terjadinya peristiwa pengasingan
Babilonia, semua bentuk Ibadah orang
Yahudi berupa Kurban dan menyembelih
Hewan di hapuskan sejak abad 5 SM. dan
di ganti dengan bentuk sembahyang di
dalam Agama Yahudi. Di kalangan
agamawan Yahudi memulai membuat
Hukum-hukum dan aturan Baru. namun
semua itu tidak berjalan lancar di
sebab kan terjadinya penghancuran
Haikal, dan menghilangnya semua bentuk
Ibadah berupa persembahan Kurban
secara berkelompok dengan cara
mempersembahkan jenis hewan dengan
hasil bumi untuk kemudian digantikan
dengan ibadah berupa sembahyang. semua
ini memakan waktu lama.
Namun ibadah baru ini ini tidak
benar-benar diakui penuh apalagi didalam
praktik-praktik Sembahyang dan
kemudian mengalami koreksi pada abad
ke 18 M. Jadi sembahyang di dalam
Agama Yahudi akan terus berubah sesuai
dengan perubahan kondisi Politik dan
Alur Sejarah. Kaum Yahudi mempuyai
sebuah kitab yang di sebut ”Kitab Shalat”
(Siddur), dengan membaca kitab ini di
Sinagong dapat menjadi pengganti ritual
Kurban yang sejak dahulu mereka
persembahkan, Sebalum di gantikan Shalat
kitab ini mencakup semua doa yang di
panjatkan pada tiga kali Shalat harian
mereka.
Shalat yaitu ibadah agama Yahudi
yang amat penting, dan biasa mereka
lakukan dengan berjama’ah. Sembahyang
mereka lakukan tiga kali sehari. Pertama di
pagi hari sekitar jam sembilan, kedua pada
tengah hari, dan ketiga di sore hari kira-
kira jam tiga. Tempat Shalat Ketika
berada di negeri Mesir, sebelum turun
kitab Taurat, orang-orang Israil
Sembahyang di rumah mereka masing-
masing atau di suatu tempat yang khusus
untuk bersama. Setelah berada di Gurun
Sinai, setelah turunnya kitab Taurat,
mereka Sembahyang di dalam khaimah
besar yang khusus untuk Shalat, luasnya
kira-kira 100 x 50 hasta (32 x 16 meter).
Khaimah itu mereka bawa kemana saja
mereka pergi.
Di zaman Nabi Sulaiman
memerintah, setelah Baitul Maqdis selesai
didirikan oleh beliau, tempat Sembahyang
sudah di tukar dengan Baitul Muqdis
(rumah suci), tidak lagi mempergunakan
khaimah untuk tempat Shalat. Di
perkampungan-perkampungan yang jauh
dari kota, bangsa Yahudi mendirikan
sinagoge-sinagoge, yaitu mushalla-
mushalla untuk tempat mengjarkan agama.
Dalam Shalat mereka menghadapkan
wajah ke Baitul Muqaddas di Palestina, itu
sebagai kiblat mereka.
Agama Yahudi lebih mengutamakan
amalan di bandingkan keimanan, dan pada
dasarnya agama itu yaitu cara hidup dan
bukan merupakan akidah atau
kepercayaan. Menurut pemikiran Yahudi
menetapkan bahwa tiap-tiap ganjaran itu
menurut amalan (perbuatan) dan bukan
menurut keyakinan atau kepercayaan, dan
bahwasanya manusia itu sama saja, yang
membedakan yaitu amalan mereka.
Sembahyang yaitu salah satu
Syariat Yahudi yang terpenting dilakukan
dirumah-rumah Ibadah agama Yahudi (El
Fikri, 2014). Sembahyang yaitu ibadah
agama Yahudi yang sangat penting dan
biasa mereka lakukan dengan berjamaah.
mereka melakukan sembahyang biasanya
tiga kali sehari. Di dalam Shalat mereka
terdapat juga ruku dan Sujud ( hingga saat
kaum Yahudi Ortodok, masih melakukan
ini pada saat Sembahyang), akan tetapi
Yahudi sekarang ini melakukan
sembahyang dengan duduk diatas kursi.
Hanya ketika doa Shomana isriya
dibacakan merka berdiri sambil
merapalkan doa didalam Hati. Yahudi
pada masa sekarang ini tidak diharuskan
melepaskan alas kaki ketika sedang
Sembahyang. Hanya kelompok Yahudi
Felesyah dan Samiri, saja yang melepaskan
alas kaki ketika sedang sembahyang.
pemeluk agama Yahudi yang terlihat
paling banyak melakukan sembahyang
yaitu dari kalagan Reformis dan
konservatif.
Walaupun sebenarnya menurut
ajaran Yahudi kaum perempuan tidak
diharuskan mendatangi tempat-tempat
Ibadah, sebab memang tidak boleh
merapalkan doa kecuali hanya pada
bagian-bagian doa tertentu yang
dikhususkan untuk mereka. mereka
melakukan Sembahyang berjamaah di
dalam Baitul Maqdis atau di Masjid-Masjid
(Synagoge) dan berkiblat ke Baitul Maqdis
dan di mana saja terdapat perkampungan
Yahudi mereka mendirikan Synagoge-
Synagoge untuk tempat beribadah
(Ahmadi, 1991).
Oleh sebab itu, Shalat Agama
Yahudi yaitu ibadah ritual yang sangat
Sakral Didalam Yahudi tujuan
Sembahyang yaitu untuk mengigat
Tuhan sebab mengigat Tuhan yaitu
ibadah pengganti bagi ibadah kurban yang
harus di persembahkan para pemeluknya.
kepada tuhan.
Disebutkan tentang macam-macam
sembahyang di Agama Yahudi ada tiga
macam sembahyang yaitu : pertama,
Sembahyang personal yaitu beberapa
ritual yang di lakukan secara
perseorangan.Sembahyang ini di lakukan
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
masing-masing Pribadi. contohnya
sembahyang Ibrahim untuk
mengmenghindari bencana di Sodom,
Shalat Ya’kub untuk menghindari
kejahatan Saudaranya, sembahyang Musa
untuk keselamatan Bani Israel.
Kedua, Sembahyang berkelompok
yaitu jenis Sembahyang yang di lakukan
oleh beberapa orang secara terang-
terangan dan bersifat Umum ( boleh di
ikuti siapa saja di tempat dan waktu yang
Khusus pula. Sembahyang ini di lakukan
menurut peraturan adat dan hukum-
hukum yang di tetapkan oleh para Imam
dan Rabi.
Ketiga, Sembahyang Wajib yaitu
Sembahyang yang harus di lakukan umat
Yahudi setiap harinya sebanyak 3 kali.
Sembahyang Pagi (Shacharit), di lakukan
sejak terbit Fajar sampai sekitar jam 9
Sepertiga Siang. Sembahyang pagi yaitu
Shalat yang paling khusyu’ dilakukan
diantara tiga sembahyang itu. sebab
sembahyang ini dilakukan pada waktu
seseorang belum makan minum sesuatu
pekerjaan. Diwaktu Sembahyang pagi
setiap orang Yahudi harus bersyukur
kepada tuhan sebab dia tidak diciptakan
non Yahudi ( Goyim ).
Sembahyang Tengah Hari atau
Sembahyang Kurban ( Mincha), di lakukan
sejak Matahari Condong kebarat sektar
jam 11, dan Sembahyang Sore (Ma’ariv),
yaitu sejak tenggelam Matahari sampai
terbitnya Bulan.
Dua sembahyang terakhir ( Mincha
dan Ma’ariv), selalu dikerjakan dengan cara
disatukan. Sembahyang Yahudi dimulai
dengan pembacaan doa-doa dan
permohonan kepada Tuhan.kemudian
dilanjutkan dengan pembacaan lima kitab
Musa (Pantateuch). dalam Shalat Yahudi
sama sekali tidak harus mengikuti bacaan
tertentu yang disusun khusus sebagai
bacaan Sembahyang.
Untuk sembahyang harian
diutamakan agar dapaat dilaksanakan
secara berjama’ah paling sedikit sepuluh
orang laki-laki yang telah berusia lebih dari
tiga belas tahun. cara ibadah Yahudi di
kenal dengan cara berdiri atau di lakukan
densgan beramai-ramai, dan di pimpin
oleh "Chazzan".
Chazzan merupakan pemimpin
dalam ibadah tersebut. Dimana chazzan
akan membacakan doa dengan suara yang
keras, kemudian diikuti dengan jemaat
dengan kata "amen" sembahyang Yahudi
terdiri dari beberapa bagian sebagai
berikut :
1. Pembacaan kesaksian atau ketunggalan
Tuhan atau bisa disebut dengan “
Shema”
2. Pembacaan delapan belas doa Khusus
yang disebut “ shmona isriya”.
Rangkaian doa yang pada mulanya
terdiri dari delapan belas doa.
3. Pembacaan doa “ Kanddis”.
Agama Yahudi juga mengajarkan
tentang syarat-syarat sahnya orang
melakukan sembahyang . syarat-syarat
tersebut yaitu :
1. Sebelum sembahyang orang Yahudi
harus Mencuci Tangan.
2. Menggunakan semacam Selendang
yang di Sebut “Tallit”. diselendangkan
ke pundah atau kepala mereka.
Talliat atau yang di sebut selendang
3. Memakai pernak-pernik sembahyang
yang di sebut “tefillin”. Tefillin hanya di
gunakan untuk pagi hari, tefillin di
pakai di kening dan ujung tefillin di
lilitkan di tangan Kiri sebab Tangan
Kiri lebih dekat dengann Jantung.
Tefillin ini terbagi dua, satu untuk
tangan dan satu lagi untuk kepala.
Tefillin untuk tangan dipakai dengan
cara melilitkan tali Tefillin ke tangan
kiri mereka sampai ke jari dan
menempatkan posisi kotak Tefillin-nya
berada di atas lengan. Dan untuk
Tefillin kepala, mereka
mengalungkannya di kepala mereka
dengan posisi kotak Tefillin di letakkan
di atas kening atau jidat mereka. Perlu
diketahui bahwa Tefillin yaitu kotak
kecil yang terbuat dari kulit yang mirip
jimat yang berisi lembaran ayat-ayat
Alkitab di dalamnya. Tujuan dari
mengikatkan tefillin ini di kepala dan
lengan mereka yaitu agar orang-orang
Yahudi selalu ingat akan tugas-tugas
dan tanggung jawab mereka Dalam
melakukan proses ibadah,
Tefillin yang dililitkan di tangan kiri
Tefillin yang dipakai di kening
4. Memakai penutup Kepala yang di sebut
Kippa atau Yarmulika.
Penutup kepala atau di sebut Kippa
5. Kaum Perempuan Yahudi di bolehkan
pula menggenakan sebagian atau semua
pakaian sembahyang Tersebut.
Tata Cara Sembahyang Yahudi
Berikut ini akan di jelasakan
tentang tata cara Sembahyang Yahudi
a. Berdiri tegak (disebut ‘amidah’)
b. Mengucapkan ‘Shema’ yaitu syahadat
agama Yahudi. Ini berisi tentang pujian
kepada Tuhan yang telah memberikan
terang benderang (pada sembahyang
pagi) dan pujian bagi Tuhan
(sembahyang malam).
Shema atau Syahadat Yahudi “ Adonai
Eloheinu Adonai Ehad." Artinya
Dengarlah hai orang Israel! Yahweh itu
Allah kita! Yahweh maha esa!" dan
"Dengarlah hai orang Israel! Yahweh itu
Allah kita! – hanya Yahweh.
Ungkapan ini merupakan syahadat
Yahudi yang harus diimani dan
dipercayai bawa Tuhan yaitu Yang
Maha Esa. sebab Tuhan yaitu Maha
Tunggal, Tuhan seluruh alam, pencipta
dan pemberi rezki, pengasih dan
Penyayang (Shalaby, 1996).
c. Mengucapkan selawat 19 kali : tiga kali
pertama pujian atas keperkasaaan-Nya
dan Kesucian-Nya. doa itu berisi
tentang puji-pujian pada tuhan,
permohonan ampunan pada tuhan ,
permohonan agar diberikan petunjuk
dalam hidup hingga ditutup dengan
doa yang merupakan akhir dari ibadah
tersebut.
d. Tiga belas kali di tengah-tengah
sembahyang, tiga kali selawat terakhir
dengan menyatakan terimakasih
(alenu).
Dalam Sembahyang pagi dan
malam, amiddah di dahului oleh sema,
syahadat pertama orang Yahudi. Sema
ditandai dengan 2 macam yaitu pujian
kepada Tuhan yang telah menciptakan
terang menderang pada waktu
sembahyang pagi dan yang mengatur
perjalanan hari dan malam pada
sembahyang malam, dan pujian kepada
Tuhan sebab kecintaan-Nya kepada
Israel sesuai dengan wahyu-Nya. Setiap
sembahyang selalu diakhiri dengan
alenu wajib atau doa wajib (Romdhon,
1988).
Dalam agama Yahudi juga diajarkan
tentantang bacaan-bacaan sembahyang,
Secara umum dikatakan bahawa
Yahudi mempunyai dua jenis bacaan
ketika sembahyang. Pertama
dinamakan syuma. dan kedua
dinamakan syamunah asyrah . Syuma’
yaitu bacaan yang diambil daripada
sifr Tasniah dan Adad di dalam kitab
Taurat. Manakala Syamunah Asyrah
yaitu bacaan yang dinisbahkan kepada
Izra dan 120 daripada nabi-nabi dan
pendeta Yahudi yang dinamakan Rijal
Kanisah Kubra. Sebenarnya syamunah
ini terdiri daripada 18 bacaan
tasbih,kemudian ditambah oleh
pendeta Yahudi menjadikannya 19
bacaan tasbih. 18 bacaan syamunah itu
terdiri daripada bacaan tasbih, syukur
dan tawasul terhadap Tuhan.
Sembahyang disudahi dengan
bacaan doa dan munajat kepada Tuhan
dengan penuh keikhlasan. Sembahyang
jemaah hanya dilakukan apabila
mencukupi 10 orang yang akil baligh
sebagai ahli jemaah. Sembahyang
jemaah dilakukan di sebuah tempat
dinamakan Bayt Taurat dan ia
mempunyai beberapa jenis alat
keagamaan :
a. Tabut ahd qadim yaitu helaian-
helaian naskah Taurat yang masih
kekal dan disimpan di dalam kotak
khas.
b. Lampu-lampu yang sentiasa
menyala.
c. Penunjuk bacaan : ia yaitu
penunjuk bacaan yang digunakan
tatkala membaca Ahd Qdim (
Taurat ).
Dengan demikian,
sesungguhnya dulu agama Yahudi juga
melalui tata cara sembahyang yang
mempuyai rukun dan syarat sahnya
sembahyang.
Gambar Yahudi Samiritas
Sembahyang
Sembahyang kaum Samaritas ini
terdiri dari gerakan Sujud, Ruku, di
samping itu diawali dengan Wudhu.
Dan kaum samaritas juga menjaga
betul tentang keesaan Allah pada saat
konsep tauhid ini terus diabaikan
sebelum akhirnya lemyap secara total
dalam agama Yahudi, secara umum.
Yahudi reformis ketika
sembahyang yang menghapuskan
kewajiban memakai Syal atau
selendang ketika sembahyang, Yahudi
Reformis Juga melarang meneutup
kepala pada saat sembahyang atau
menggunakan Jimat, Tefillan, mereka
terpengaruh dengan tata cara
sembahyang umat Kristen Protestan.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas
maka dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa agama Islam dan Yahudi secara
Historis melalui hubungan titik temu
agama dunia nabi Ibrahim AS. Yang pada
awalnya yaitu agama Tauhid. Akan tetapi
seiring berjalannya waktu banyak ajaran-
ajaran yang berbeda perbedaan tersebut
teletak pada persamaanya dan
perbedaannya. Yahudi dan Islam yaitu
agama yang disebut agama Wahyu oleh
sebab itu kedua agama tersebut memiliki
visi-visi ajaran yang dapat dikatakan relatif
sama secara teologis. Sembahyang orang
Yahudi mereka hampir mirip dengan
sembahyang umat Islam. Mereka
mengangkat kedua tangan, kemudian
bersedekap, lalu rukuk dan sujud. Hanya
saja, sujudnya mereka ada perbedaan.
sebab itu walaupun sembahyang
merupakan ajaran agama-agama dahulu,
bukan berarti Islam meng-copy paste
praktik sembahyang itu secara mentah-
mentah. Oleh sebab itulah maka tidak
aneh bila cara beribadah kedua agama
samawi ini yakni Yahudi dan Islam hampir
mirip antara satu dengan yang lainnya,
walaupun tidak persis sama.





.jpeg)





