torah kitab suci yudaisme:
Agama yang diyakini setiap umat memiliki Kitab Suci sebagai salah satu bagian penting
dari setiap agama, oleh karena dari kitab suci orang dapat memahami banyak hal yang
berkaitan dengan kepercayaan terkait, seperti konsep ketuhanan, ajaran, ritual, hukum
dan peraturan, dan banyak lainnya. Pun demikian umat Yahudi juga memiliki Torah yang
diturunkan kepada Musa. Selain Torah, ada juga kitab-kitab lain yang mereka yakini
mendeskripsikan kehidupan orang Yahudi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
definisi, makna, dan klasifikasi Torah menurut Yudaisme. Guna mencapai itu, penelitian
ini menggunakan metode analisis deskriptif melalui pendekatan kualitatif dalam bentu
studi pustaka untuk mampu menjawab tujuan penelitian yang dimaksud. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa Torah adalah pedoman hidup orang Yahudi, berisi hukum-hukum
ketuhanan yang telah diajarkan kepada Musa dan diturunkan kepada generasi
selanjutnya. Torah, secara detail mencakup lima kitab: Bereshit, Shemot, Vayiqra,
Bemidbar, dan Devarim
Kitab Suci merupakan suatu pedoman pokok bagi tiap agama, yang dimana kitab
suci tersebut menjadi syarat sah untuk berdirinya sebuah agama. Dalam catatan Elster
(2003), Kitab Suci memiliki paling tidak dua fungsi: Pertama, secara individu, kitab atau
teks-teks suci dapat mengarahkan personal yang memeluk keagamaan tertentu atas
perilaku etis sekaligus mengarahkan aspirasi spiritual mereka. Kedua, dalam konteks
komunal atau komunitas keagamaan, kitab suci dapat mengatur proses liturgi, ritual, dan
sistem-sistem hukum keagamaan . Dari segi kontennya pun, menurut Nida
(2007), kitab suci memberikan gagasan kepercayaan dan praktik keagamaan yang ada di
masa lampau ataupun saat ini dari komunitas keagamaan, sekaligus berguna untuk
membangkitkan keimanan kelompok keagamaan tertentu
Begitupun dengan umat Yudaisme, agama ini mempunyai kitab suci yang dimana
mereka meyakininya sebagai petunjuk dalam kehidupan, yang didalamnya terdapat
hukum-hukum yang telah diajarkan oleh nabi-nabi atau orang-orang sebelumnya. Mereka
meyakini bahwasanya kitab tersebut telah diwahyukan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Mengikuti dan melaksanakan apa yang diajarkan dalam kitab tersebut tanda seorang yakin
akan Tuhannya. Sebagaimana dengan ajaran umat Yudaisme, Kitab yang mereka yakini
dibagi menjadi dua bagian yaitu, kitab tertulis dan kitab tak tertulis; Kitab yang tertulis
adalah Tanakh yang merupakan kombinasi lengkap dari Torah, Nevi’im, dan Ketuvim;
Sementara yang tidak tertulis dikenal secara umum dengan Talmud yang tersusun atas
Mishnah dan Gemara.
Makalah ini akan fokus kepada konsepsi dan klasifikasi Torah (ּתֹוָרה ) sebagai
bagian awal dari Tanakh yang tersusun atas sejumlah kitab-kitab yaitu Kitab Kejadian,
Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Tiap-tiap dari kitab tersebut akan dikaji secara
lebih detail terutama mempertimbangkan konten dan bangunannya disertai sejumlah
data/ kutipan penting dengan bahasa Ibraninya. Mempertimbangkan tujuan penelitian
tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (Brink, 1995) dan metode
deskriptif analisis (Bräunlein, 2016; Gschwandtner, 2019), yang dimana kita menganalisis
kitab-kitab yang ada di dalam Torah.
B. Pembahasan
1. Pengertian Tanakh dan Torah
Tanakh ָ ָ (נָ״ְך) adalah Kitab Suci umat Yudaisme yang tersusun dari tiga bagian
utama yaitu Torah (ֹּוַרת (ּת , Nevi’im (נְִביִאים) dan Ketuvim (ְכתּוִבים) . (Berlin dkk., 2004;
McDonald, 2012, hlm. 35). Dalam tradisi Katolik dan Kristen, Tanakh biasanya disebut
dengan Septuagint (LXX) dan ditulis dengan Bahasa Yunani, sementara dalam bahasa
Inggris dikenal dengan Hebrew Bible secara umum atau Old Testament bagi umat
Kristiani (Stefon, 2011, hlm. 45). penulis Tanakh ini ialah Musa sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam kitab keluaran 17:14, bilangan 33:1-2, dan ulangan 31:9-22 (Campbell,
1993).
Menarik untuk memahami lebih lanjut bahwaTorah, sebetulnya secara konseptual
merupakan hanya satu bagian dari Tanakh, namun dalam praktiknya, ia berbagi sejumlah
dimensi teologis lain dengan Tanakh, oleh karena Tanakh itu sendiri dipahami sebagai
‘Torah’ mengikuti maknanya secara harfiah yang berarti ‘ajaran’ atau ‘ajaran yang tertulis’
atau Tōrah Sebikhtāv )ִבְכָתב )ּתֹוָרה שֶׁ ,iareTernekeliebrgnbe aelTiranbnlweliagebe
nbeneaenhōphT'eTShS harōT')ְבַעל־פֶׁה )ּתֹוָרה שֶׁ yang merujuk kepada Talmud (Birnbaum,
1979, hlm. 630). Berikut diagram sederhana yang menjelaskan tentang pembagian kitab
suci Yudaisme:
Gambar 1. Pembagian Kitab Suci Yudaisme
Adapun sebagai fokus kajian utama dalam artikel ini terbatas pada klasifikasi
Torah saja yang mencakup di dalamnya Kitab Kejadian (Bereshit), kitab Keluaran
(Shemot), kitab Imamat (Vayiqra), kitab Bilangan (Bemidbar), dan kitab Ulangan
(Debarim).
C. Kitab Kejadian (Bereshit)
Kitab kejadian merupakan kitab pertama dari Tanakh umat Yudaisme yang tertulis
dalam Torah atau Tanakh. Dalam Bahasa Inggris disebut dengan Genesis, dalam Bahasa
Ibrani kitab ini dikenal dengan sebutan Bereshit (ְבֵראִשית ) yang berarti “permulaan” .
Kata ini didapati semenjak bagian pertama dari kitab tersebut di pasal 1 ayat 1
sebagaimana berikut:
ת ָהָאֶָֽרץ ֵ֥ יִם וְא ת ַהָשַמַ֖ ֵ֥ ים א א ֱאֹלִהִ֑ ית ָבָרָ֣ אִשַ֖ ְבר
BSpōsTīt'hāpā'EaōTīm'St'Th-sāmāyīm'vS'St'Th-āpStz
Yang artinya: “ Dan di permulaan Tuhan menciptakan langit dan bumi”
Kitab Kejadian adalah adalah kitab pertama dari 5 Torah, teks dasar dari Tanakh
sekaligus yang membangun tradisi Yudaisme secara keseluruhan. Meskipun ia tidak
mencakup keseluruhan pemikiran Yudaisme, namun penjelasan-penjelasan yang
menggambarkan keakrabannya dengan dengan Tuhan, kisah penciptaan, manusia, nenek
moyang Israel, dan perjanjian antara Tuhan dan Israel menjadikan Bereshit sebagai teks
yang sangat penting yang menginformasikan banyak kehidupan, tradisi, dan pemikiran
Yudaisme. Sweeney (2012), dalam hal ini, berargumen bahwa Bereshit dalam tradisi
Yudaisme tidak sebatas ditampilkan sebagai catatan sistematis tentang filsafat atau teologi
Kitab Suci
Yudaisme
Tanakh (Torah
Sebikhtav)
Torah
Nevi'im
Ketuvim
Talmud (Torah
Shebe'alpeh)
Mishnah
Gemarah
Yahudi namun juga sebagai catatan naratif tentang pemahaman Yudaisme tentang
penciptaan dan asal-usul orang Yudaisme (Sweeney, 2012, hlm. 657).
Tradisi Yudaisme mengklaim bahwa Musa (Moses)-lah yang menuliskan kitab
Kejadian (Bereshit), sebagaimana penulis Kitab-Kitab selanjutnya. Namun, para sarjana
modern, terutama dari abad ke-19 dan seterusnya, menyatakan bahwa Torah justru baru
ditulis belakangan oleh sejumlah penulis. Artinya, mungkin saja proses pewahyuan tetap
disampaikan kepada Musa, namun dokumentasinya tidak lantas terjadi pada periode itu
(McDermott, 2002; Sommer, 2015).
Kitab Kejadian (Bereshit)) terklasifikasi kepada dua bagian besar; Pertama, sejarah
purba atau primeval history yang mencakup kisah di tahun-tahun pertama penciptaan
dunia. Bagian ini tersusun dari Pasal 1 hingga 11 dan menyampaikan proses penciptaan
dunia dan semua makhluknya oleh Tuhan Elohim, bagaimana penciptaan Adam dan
Hawa sebagai manusia pertama, mereka diusir dari hadapan Tuhan, pembunuhan
pertama yang melibatkan Abel dan Chain, putra mereka, banjir dan bahtera Nuh, dan
berakhir dengan kisah Terah, ayah Abraham, yang daripadanya muncullah umat pilihan
Tuhan Kedua,
sejarah patriarkh yang menggambarkan era Abraham, Ishak dan Yakub yang tersusun
dari pasal 12 hingga 50 .
Mempertimbangkan hal-hal berikut di atas, kembali dapat ditekankan bahwa
Kitab Kejadian (Bereshit) merupakan bagian paling fundamental dalam tradisi Biblikal.
Dalam menciptakan Adam sebagai ‘manusia pertama’, sebagai contoh dalam pasal 1 ayat
27, dijelaskan bagaimana Tuhan Elohim menciptakan Adam sesuai dengan wujud Tuhan
itu sendiri. Sebagaimana berikut:
ָֹּתָֽם א א ה ָבָרֶ֥ ו זָָכֶ֥ר ּונְֵקָבִ֖ ֹֹּ֑ ֹּת א א ים ָבָרָ֣ לֶׁם ֱאֹלִהִ֖ ֶ֥ ו ְבצֶׁ ֹֹּ֔ ת־ָהָָֽאָד֙ם ְבַצְלמ ים ׀ אֶׁ א ֱאֹלִהִ֤ ַויְִבָרָ֨
Wayibrā Elohīm et ha-Adam betzalmō betzelem Elohīm bārā Ōtō zākkār unqebāh
bārā otām.
Yang artinya: “Dan Tuhan menciptakan manusia (Adam) dalam bentuk-Nya Tuhan,
dan diciptakanlah seperti itu, lelaki dan perempuan.”
Di sini, tidak hanya dapat dipahami bahwa manusia tidaklah lain dari representasi
Tuhan itu sendiri. Tidak hanya itu, dapat kita temukan bahwa terma Adam )ָאָד֙ם( itu
sendiri merupakan terminologi Ibrani yang berarti manusia. DI tempat lain, perjanjian
Tuhan Elohim dengan Abraham juga penting untuk dilihat sebagaimana tertulis dalam
pasal 17 ayat 1-2:
ל שַ ר ֵאָלי֙ו ֲאנִי־ֵאָ֣ אמֶׁ ִֹּ֤ ם ַוי ל־ַאְבָרָ֗ ה אֶׁ א יְהָוָ֜ ַשע ָשִנֹ֑ים ַויֵָרָ֨ ים ָשָנִ֖ה ְוֵתָ֣ ן־ִּתְשִעֶ֥ ם בֶׁ י ַאְבָרֹ֔ י וֶׁהְ ַויְִהָ֣ ַנִ֖ ָ י ִהְתַהְֵֵֶּ֥֥ך ְל ֶ֥ה ַַּדֹ֔ ֵי
ד| ָתִמָֽים ָֹּֽ ד ְמא ֶֹּ֥ ֹּוְתָךִ֖ ִבְמא ה א ֶ֥ ָֹ֑ך ְוַאְרבֶׁ י ֵביִנָ֣י ּוֵבינֶׁ ְּתָנֶ֥ה ְבִריִתִ֖ ְואֶׁ
40 | Abdullah Muslich Rizal Maulana, et all: Torah sebagai Kitab Suci Yudaisme: Konsep dan Klasifikasi
Vayhī Abrām ben-Tis’īm sanah wa-tesa’ senīm vay-yōrā Adonai El-Abram vay-yōmer
elaō Anī-el-Sāddai hithalekha lepanay wehyeh tamāyim | va et-tenāh berītī beynī u
beynōka va ar beh Ōteka bimōd me’ōd.
Yang artinya: “Ketika Abram berumur
sembilan puluh sembilan tahun
, maka
TUHAN menampakkan diri kepada Abram
dan berfirman kepadanya: "Akulah Tuhan
Yang Mahakuasa,
hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. Aku akan mengadakan
perjanjian
antara Aku dan engkau,
dan Aku akan membuat engkau sangat banyak.”
Umat yang banyak ini merupakan simbol bahwa keturunan Abraham akan dibuat
berlipat ganda, yang juga secara tidak langsung juga terkait dengan pasal 15: 1-4 di mana
keturunan Abraham akan mewarisi Kan’an -Israel- (Zeligs, 1961). Keturunan Abraham
yang dimaksud adalah dengan sendirinya Bani Israel yang merupakan keturunan Yakub,
yang merupakan putra Ishak, putra Abraham (Neusner, 2006, hlm. 1–17). Adapun
perjanjian tersebut kemudian dilanjutkan dengan instruksi sunat di ayat 9-14 (Hoenig,
1963).
D. Kitab Keluaran (Shemot)
Kitab keluaran biasa disebut juga dengan Shemot (ְשמֹות) dalam Bahasa Ibrani
atau Exodus dalam Bahasa inggris. Kitab ini adalah kitab kedua dalam Tanakh yang
artinya juga merupakan teks suci yang merupakan bagian kedua dari Torah Musa.
Sebagaimana namanya, konten dari Exodus berisi tentang kisah di mana orang Israel
meninggalkan perbudakan Mesir era Biblikal melalui kekuatan Tuhan, yang telah
memilih Bani Israel sebagai umatnya dalam Genesis. Orang Israel kemudian melakukan
perjalanan dengan Musa ke Gunung Sinai, di mana Tuhan memberikan 10 perintah dan
mereka masuk ke dalam perjanjian selanjutnya dengan Tuhan yang berjanji untuk
menjadikan mereka "bangsa yang suci dan kerajaan para imam" dengan syarat kesetiaan
mereka kepada-Nya. di dalam Exodus, Tuhan memberi mereka hukum dan instruksi
untuk membangun Tabernakel, sarana yang dengannya Tuhan akan datang dari surga
dan tinggal bersama mereka dan memimpin mereka dalam perang suci untuk memiliki
tanah perjanjian Kan’an yang sebagaimana sebelumnya telah dijanjikan kepada keturunan
Abraham dalam Genesis (Weinstein, 1997, hlm. 87). Meskipun menceritakan tentang
keluarnya Musa dari Mesir, Shemot secara harfiah tidaklah bermakna keluar namun
justru bermakna ‘nama’ sebagaimana yang tertulis di ayat pertama di pasal pertama:
ֵֶּׁ֥ה ו ָבָֽאּו ְוֵאָ֗ ִֹּ֖ יש ּוֵבית ב ִאֶ֥ ֹֹּ֔ ת יֲַעק יְָמה ֵאָ֣ ים ִמְצָרֹ֑ ל ַהָבִאִ֖ ֹּו֙ת ְבֵנָ֣י יְִשָרֵאֹ֔ ְשמ
Ve-eleh Shemōt Benēy Yisra’īl ha-baīm mitzrāyāmāh et Ya’aqov īsy הu betō baū
Yang artinya: “Inilah nama (Shemōt) para anak Israel
yang datang ke Mesir
bersama-sama dengan Yakub; mereka datang dengan keluarganya masing-masing.”
Urgensi Exodus dalam tradisi Perjanjian Lama dapat kita temukan dari kutipan
Meyers (2005) sebagai berikut:
“Although it is not the first book in the Bible, Exodus arguably is the most
important. Itpresents the defining features of Israel’s identity, as it took shape by the late
biblical period. First and foremost are memories of a past marked by persecution and
hard-won, if not miraculous, escape. As it is recounted in Exodus, this past is inextricably
linked with a theophany on a national level at Sinai, the initiation of a binding covenant
with the god whose name is revealed to Moses, and the establishment of community life
and guidelines for sustaining it. In addition, Exodus connects central characteristics of
ancient Israel’s spiritual and religious life as well as its defining cultural practices, as they
are known from texts that were formed centuries after Israel first emerges in the land of
Canaan, with the story of freedom. The forty chapters of this biblical book give vivid
reality and texture to the paradigm of divine communication through prophets, the
existence of a national shrine with priestly officials and sacrificial offerings, the celebration
of festivals such as the weekly Sabbath and the annual Passover, and the practice of
ancient customs such as circumcision and the redemption of the firstborn. And perhaps
most significant, ideas about the nature of the divine in relation to humanity are given
specificity through the role of one god, Yahweh , in the unfolding drama of what is
reported in Exodus.”(Meyers, 2005, hlm. xv)
Ini artinya adalah bahwa Kitab Keluaran, meskipun bukan Kitab yang pertama
muncul dalam Tanakh, justtru merupakan bagian yang terpenting. Hal ini
mempertimbangkan konten yang ada di dalamnya mencakup ciri-ciri identitas Israel
tersusun dari mulai larinya mereka dari Mesir, tempat-tempat atau lokasi penting,
perjanjian dengan Tuhan setelahnya yang termasuk di antaranya panduan-panduan ritual
Yudaisme. Mesir, dalam konteks ini juga disampaikan cukup banyak sebagai lokasi yang
penting dalam sejarah Teologi Yudaisme di dalam Exodus bersama dengan gunung Sinai,
gunung Horeb, Laut Merah (Paterson, 2006). Secara umum, dapat disimpulkan paling
tidak bahwa Shemot terbagi menjadi dua bagian utama -meskipun tidak ada konsensus
yang pasti atas itu- yaitu bagian pertama dari pasal 1 hingga 19 yang menceritakan
bagaimana Tuhan menyelematkan Bani Israel dari Meir, serta bagian kedua dari pasal 20
ke 40 adalah kelanjutan dari perjanjian dengan Tuhan (Stuart, 2006, hlm. 19).
Adapun beberapa tujuan ditulisannya dan pemaparan kitab keluaran ini yakni
sebagai berikut:
1. Memperkenal pengawalan atau permulaan dalam pembentukan bangsa Israel
sebagai suatu bangsa dengan cara memberitahu peristiwa-peristiwa yang memicu
pembentukan kembali umat tersebut.
2. Menerangkan peristiwa peperangan antara Tuhan Israel dengan bangsa mesir
untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan yang telah terjadi.
3. Memjelaskan masa-masa persiapan bangsa Israel sebelum menerima wahyu dari
Tuhan memalui kitab Torah sekaligus menghadirkan ide-ide baru yang akan
menjadi landaan bangsa Israel tersebut yang sekaligus akan menjadi landasan Torah sebagai Kitab Suci Yudaisme: Konsep dan Klasifikasi
bangsa Israel dalam berhunungan langsung dengan Tuhan (perjanjian nabi
musa).
4. Menyatakan bahwa Tuhan Israel menjadi satu-satunya Tuhan yang setia dengan
janjinya.
5. Secara sejarah kitab ini adalah pelestarian suatu sejarah yang yang menjelaskan
tentang bagaimana umat israe ini berkembang pesat hingg menjadi budak di
mesir, kemudian dengan campur tangannya Tuhan musa membawa mereka
bebas dari mesir hingga tiba di tanah Kan’an (MSF, 2022).
Di dalam Exodus juga dapat kita dapati fondasi teologis yang teramat penting
dalam Yudaisme, yang biasa dikenal dengan ‘Sepuluh Perintah Tuhan’ atau ‘asherēt
hadibrōt’, yang biasa dikenal dengan Ten Commandments dalam bahasa Inggris.
Sepuluh Perintah ini, selain hadir dalam Shemot 20: 2-17 juga akan muncul
kembali dalam kitab Ulangan 5: 6-21 dengan konten yang serupa. kesepuluh
perintah itu adalah sebagai berikut:
יָך .1 ֹֹ֑֔ ה ֱאֹלהֶׁ ֙י יְהָוָ֣ ִֹּכִ֖ ָאָֽנ
יַ .2 ָָֽ֗ ים ַעל־ָפָנ ָ֜ ים ֲאֵחִרִ֖ ָ֛֩ ֱאֹלִהֶָ֥֨ ָֽה־ְלָך ָ֣א יְִהיֶׁ ֹלָֽ
ְוא .3 יָך ַלָשֹ֑ ִ֖ ת־ֵשָֽם־יְהָוֶ֥ה ֱאֹלהֶׁ א אֶׁ א ִתָש ֹלֶ֥
ו .4 ָָֹּֽ֗ ת ְלַקְַּדש ום ַהַשָבִָ֖֜ ֶָֹּ֥֨ ת־י ורָ֛֩ אֶׁ ֹּ זָכ
ָך .5 ֹ֑ ת־ִאמֶׁ יָך ְואֶׁ ת־ָאִבִ֖ ד אֶׁ ַכֵבֶ֥
ְרָצָֽח .6 א ִּתִּֿ ִ֖ ֹלֶ֥
נְָאָֽף .7 א ִּתִּֿ ִ֖ ֹלָ֣
ב .8 ָֹֹּֽ֔ גְנ א ִּתִּֿ ִ֖ ֹלָ֣
רֹלָֽא־ַתעֲ .9 קֶׁ ד ָשָֽ ֶ֥ה ְבֵרֲעָךִ֖ ֵעֶ֥ נֶׁ
ד .11 ִֹּ֖ א ַתְחמ ֹלֶ֥
1. Anokhī Adonai Eloheykha
2. Lo yihyey lekha Elohīm Aherīm ‘al-panay
3. Lo tishav et-shēm Adonai Eloheykha lashāv
4. Zakkor et-yom ha-Shabbāt leqadshō
5. Kabbed et-ābīkha ve-et-imēkha
6. Lō tirtzah
7. Lō tin`ap
8. Lō tighnov
9. Lō-ta’annah bere’rakha ‘ed shaker
10. Lō tahmod
Yang artinya adalah:
1. Aku adalah YHWH (Adonai) Tuhanmu
2. Jangan kau mengambil Tuhan-Tuhan lain (untuk disembah) selain aku
3. Jangan kau gunakan nama YHWH (Adonai) Tuhanmu dengan sia-sia
4. Ingatlah akan kesucian hari sabtu (merayakan Sabbat)
5. Hormatilah Ayah dan Ibumu
6. Jangan membunuh
7. Jangan berzina
8. Jangan mencuri
9. Jangan kau berikan kesaksian palsu
10. Jangan kau inginkan apa-apa yang milik tetanggamu
Sepuluh aturan ini, terutama yang pertama, merupakan fondasi fundamental yang
membentuk konsepsi monoteisme Yudaisme, yang akan juga ditekankan dalam konsep
Shema’ (ע (ְשַמִ֖ yang akan disampaikan dalam kitab Ulangan.
E. Kitab Imamat (Vayiqra)
Kitab Imamat merupakan Kitab ketiga dari Torah, menjadikannya juga Kitab
ketiga dari Tanakh. Dalam bahasa Ibrani, kitab Imamat dikenal dengan Vayiqra (ַויְִקָרא)
yang secara harfiah maknanya adalah ‘dan Dia Tuhan memanggil’. Adapun dalam bahasa
Inggris, kitab Imamat dikenal dengan Leviticus; merujuk kepada rabbi=rabbi yang
didominasi keturunan Levi dari Bani Israel, oleh karena di dalamnya banyak sekali
aturan-aturan keimaman/ imamat. Secara umum, Vayiqra memang banyak berisi aturan-
aturan dan perintah terkait dengan penyembahan Tuhan yang menjadi tanggung jawab
para Rabbi (Berlin dkk., 2004, hlm. 203; Paterson, 1994). Kata Vayiqra pun diambil dari
pasal satu ayat satu kitab tersebut yang berbunyi:
ר ָֹּֽ ד ֵלאמ ֹּוֵעִ֖ ל מ הֶׁ ֶֹּ֥ יו ֵמא ר יְהָו֙ה ֵאָלֹ֔ ה ַויְַדֵבִ֤ ֹ֑ ֹּשֶׁ ל־מ א אֶׁ ַויְִקָרִ֖
Vayiqrā el-Mōseh vay dabber Adonai elao meōhel mō’ed lemor
Yang artinya: “dan TUHAN memanggil Musa
dan berfirman kepadanya dari
dalam Kemah Pertemuan”
Didalam kitab ini telah tercatat begitu banyak catatan yang mana berisi
tentang”perintah-perintah yang diperintahkan Tuhan kepada Musa. Kitab imamat sendiri
mempunyai beberapa hubungan erat dengan kitab Keluaran; ketika Exodus
menceritakan bagaimana orang israel dibebaskan dari Mesir, mereka umat israel
menerima hukum yang ditetapkan Tuhan dan mereka mendirikan kemah pertemuan
suci (Tabernacle) atau ד ֹּוֵעִ֖ ל מ הֶׁ ֶֹּ֥ ōhel mō’ed yang sesuai dengan pola yang telah /א
diberikan Tuhan kepada mereka. Ketika kitab Keluaran berkhir dengan berkenannya
Roh yang Kudus untuk tinggal bersama mereka di kemah suci yang baru sajaa didirikan,
lantas kitab Imamat melanjutkan dengan pengarahan yang telah diberikan Tuhan kepada
Musa setelah selesainnya pendirian kemah suci tersebut (Berlin dkk., 2004, hlm. 203).
Mengikuti catatan Gorman (1997), instruksi-instruksi yang ada di dalamVayiqra
menekankan praktik legal, ritual, dan moral daripada sekedar doktrin kepercayaan.
Vayiqra juga mengajarkan bahwa ekspresi-ekspresi peribadatan dapat menghadirkan
Tuhan di tengah-tengah umat manusia, selama terntu saja jika manusia menghindari dosa Torah sebagai Kitab Suci Yudaisme: Konsep dan Klasifikasi
dan ketidaksucian semampu dan sebisa mereka. Terlebih lagi, ajaran-ajaran ritual yang
ada di dalam Leviticus, terutama yang terkait dengan penebusan dosa dan kesalahan
menunjukkan kesempatan pertaubatan kepada Tuhan dan penyucian sehingga Tuhan
bisa terus hadir di dalam Tabernacle membersamai umat manusia (Gorman, 1997, hlm.
4–5, 15–16).
Leviticus memiliki ciri khas, di antaranya adalah pengaturan yang rapi dalam pasal-
pasalnya. Berikut kita coba lihat pembagian kitab Imamat sebagaimana dirangkum oleh
Wenham (1979):
Bagian Pertama : Pasal 1: 1 – 7: 38 Hukum Pengorbanan
Pasal 1: 1 – 6: 7 Instruksi untuk umat non Imam
Pasal 6: 8 – 7: 38 Instruksi untuk para Imam
Bagian Kedua : Pasal 8: 1 – 10: 20 Institusi Imamat
Bagian Ketiga : Pasal 11: 1 – 16: 34 Ketidaksucian dan bagaimana
menyikapinya
Bagian Keempat : Pasal 17: 1 – 27: 34 Panduan untuk praktik-praktik
kesucian (Wenham, 1979, hlm. 81–82)
F. Kitab Bilangan (Bemidbar)
Kitab Bilangan adalah kitab di urutan keempat dari Torah, yang menjadikannya
juga kitab keempat dari keseluruhan Tanakh. dalam Bahasa Inggris, ia dikenal dengan
Numbers; sementara dalam bahasa Ibrani, kitab ini dikenal dengan Bemidbar (ְבִמְדַבר) ,
yang merujuk kepada kepada ‘Dia Tuhan berkata’ yang menjadi awal dari ayat pertama
pasal pertama dari Bemidbar:
ית י ַבָשָנָ֣ה ַהֵשנִָ֗ ש ַהֵשנִָ֜ דֶׁ ָֹּ֨ ָחדָ֛֩ ַלח ד ְבאֶׁ ֹּוֵעֹ֑ ל מ הֶׁ ָֹּ֣ י ְבא ר ִסיַנִ֖ ה ְבִמְדַבֶ֥ ֹּשֶׁ ל־מ ה אֶׁ ר יְהָוָ֧ ם ַויְַדֵבָ֨ יִם ְלֵצאָת ץ ִמְצַרִ֖ רֶׁ ֶ֥ ֵמאֶׁ
ר ָֹּֽ ֵלאמ
Vaydabbōr Adonai el-Mōseh Bemidbār sinay vehoel mo’ed be`ehad lahodes hasenī
bassanah has-senīt le-tzōtām me-`eretz mitzrayim le-`amōr
Yang artinya: “TUHAN berfirman kepada Musa
di padang gurun Sinai, dalam
Kemah Pertemuan,
pada tanggal satu bulan
yang kedua dalam tahun yang kedua sesudah
mereka keluar dari tanah Mesir.”
Dalam pandangan sejumlah ahli, bemidbar juga diartikan sebagai makna
‘perjalanan dalam keterasingan’, sebagaimana kisah inilah yang menjadi inti di antara
Bemidbar yang menggambarkan perjalanan Bani Israel (Ashley, 1993, hlm. 1). Secara
konten, Numbers dimulai dari pewahyuan di gunung Sinai, ketika Bani Israel menerima
‘ashōret ha-dibrōt dan perjanjian bersama Tuhan dan Tuhan membersamai mereka
dalam Tabernacle(Olson, 1996, hlm. 9) . Dikisahkan bahwa Bani Israel diinstruksikan
untuk mengambil alih tanah yang dijanjikan. Dalam perjalanannya, umat Yahudi banyak
mengeluhkan perjalanan yang sulit sekaligus mempertanyakan kepempinan Musa dan
Harun; oleh karena itulah, Tuhan menghukum mereka. Ketika sudah sampai di Kan’an,
mereka mendapati situasi yang mengerikan di tanah yang dijanjikan tersebut dan menolak
untuk mengambil alih tanah itu, yang dianggap kembali sebagai sebuah pelanggaran besar
oleh Tuhan. Tuhan kemudian menghukum mereka dengan hukuman mati dalam
keterasingan hingga muncullah generasi selanjutnya yang mampu melaksanakan tugas
tersebut (Leveen, 2012, hlm. 65–96).
Menurut McDermott (2022), Bemidbar adalah sebuah gambaran puncak dari
keluarnya Bani Israel dari penjajahan di Mesir sekaligus perjalanan untuk mengambil alih
kembali tanah yang dijanjikan. Dengan kata lain, kitab Bilangan memberikan sebuah
kesimpulan dari tema-tema yang telah diperkenalkan di dalam kitab Kejadian, Keluaran,
dan Imamat sekaligus; yaitu ketika Bani Israel digambarkan telah menerima janji akan
menjadi bangsa yang besar, memiliki hubungan istimewa dengan Tuhan, sekaligus
merupakan pemilik resmi dari tanah yang dijanjikan. Tidak hanya itu, Numbers juga
menunjukkan keutamaan dari kesucian, iman, dan kepercayaan kepada Tuhan dan
Imam-Imam atau Rabbi-Rabbi, yang dalam konteks ini tidak mampu dimiliki oleh
generasi awal Bani Israel (McDermott, 2002, hlm. 165–168).
Dari sudut pandang kontennya, sebagaimana telah tersebut di atas, bahwa di
antara perjanjian Abraham dengan Tuhan adalah akan menjadikan anak keturunannya
sangat banyak, dan tema inilah yang menjadi awal mula dari pembahasan dalam
Bemidbar, sebagaimana tersebut dalam pasal 1 ayat 46, bahwa anak-anak keturunan Bani
Israel keseluruhannya mencapai 603, 550 orang (Berlin dkk., 2004, bk. Bilangan 1: 46).
Jumlah yang besar ini, sebagaimana dicatat oleh Olson (1996), menunjukkan bagaimana
Tuhan telah menepati janji kepada Bani Israel untuk menjadikan mereka bangsa yang
besar, sekaligus memberikan gambaran mimpi untuk mereka kembali ke Kan’an tanah
yang dijanjikan (Olson, 1996, hlm. 16). Argumentasi ini dijelaskan di 10 pasal awal dari
Numbers , yang menunjukkan sejumlah persiapan Bani Israel dari awal keluar dari Mesir,
berkumpul dengan Tuhan di Tabernacle, dan bertolak menuju Kan’an.
Sayangnya, Bani Israel kemudian menolak untuk masuk ke Kan’an, ditambah
dengan sejumlah pemberontakan mereka kepada Musa, yang kemudian menjadikan
Tuhan menghukum mereka terasingkan di padang pasir. Hukuman ini bukanlah karena
ketidaksiapan mereka namun karena ketidakpercayaan mereka kepada janji Tuhan,
sebagaimana dituliskan oleh Ska (2006) sebagai berikut:
“The most important episode is found in Numbers 13-14, where the whole
generation of the Exodus is condemned to die in the wilderness because they refused to
conquer the Promised Land. The message is clear: the failure was not in any way due to
the preparation of the campaign: YHWH had foreseen everything. The wanderings result
G. Kitab Ulangan (Devarim)
Kitab Ulangan ialah kitab kelima dalam Torah yang menjadikannya juga kitab
dalam urutan kelima dari keseluruhan Tanakh. Dalam bahasa Ibrani, ia dikenal dengan
Debarim/ Devarim (ְַּדָבִרים) yang artinya perkataan; merujuk kepada perkataan Musa.
Sebagaimana kitab-kitab sebelumnya, Debarim juga terdapat di bagian awal dari pasal
pertama dari kitab tersebut:
ר ַהיְַרֵַּדֹ֑ בֶׁ ל ְבֵעִ֖ ל־ָכל־יְִשָרֵאֹ֔ ֙ה אֶׁ ֹּשֶׁ ר מ ִ֤ ר ִַּדבֶׁ ים ֲאשֶָׁ֨ ֵֶּׁ֥ה ַהְַּדָבִרָ֗ ל ֵאָ֣ ֶָׁ ֹּ ן ּוֵבָֽין־ּת ּוף ֵבָֽין־ָפאָרָ֧ ול סָ֜ ָֹּ֨ ר ָבֲָֽעָרָבהָ֛֩ מ ן ַבִמְדָבָּ֡
י זָָהָֽב ת ְוִדֶ֥ ִֹּ֖ ן ַוֲחֵצר ְוָלָבֶ֥
Elleh hadebbārīm āsher dibber Mōseh el-kāl-yisrā`il be’aber hayyarden bammidbār
bā’arābāh mōl beyn-pāran vabeyn-topel valābān vahatzerot vedī zāhāb
Yang artinya: “Inilah perkataan-perkataan yang diucapkan Musa
kepada seluruh
orang Israel di seberang sungai Yordan,
di padang gurun, di Araba-Yordan,
di tentangan
Suf, antara Paran
dengan Tofel, Laban, Hazerot dan Di-Zahab.”
Dalam bahasa Inggris, kitab Ulangan diterjemahkan dengan kata Deuteronomy;
serapan dari bahasa Yunani deuteronomion yang bermakna ‘hukum kedua’ merujuk
kepada ayat 18 dari pasal 17 kitab ini (Phillips, 1974, hlm. 1). Oleh karena isi kitab
Ulangan adalah petuah-petuah terakhir Musa, yang kemudian juga merekam proses
kematiannya, paling tidak kitab ini dibagi menjadi tiga bagian: Bagian Pertama tersusun
dari mulai pasal 1 ayat 1 hingga pasal 4 ayat 43. Bagian ini berisikan kejadian-kejadin
utama yang berlangsung selama perjalanan Bani Israel dari gunung Sinai dan ditutup
dengan perintah untuk menjalankan perintah-perintah Tuhan; Bagian Kedua dimulai dari
pasal 4 ayat 44 hingga pasal 29 ayat 1yang mengingatkan Bani Israel tentang perjanjian
Musa dengan Tuhan yang hadir dalam ‘ashōret ha-dibrōt; Bagian Ketiga adalah bagian
terakhir yang dimulai dari pasal 29 ayat 2 hingga pasal 30 ayat 20 yang menjelaskan
tentang situasi ketataan dan tidak taatnya Bani Israel ketika itu. Ayat-ayat sisanya
kemudian mendeskripsikan tentang penunjukan Yosua sebagai pengganti Musa
pembacaan Syirul-asyar Sulaiman, pemberkatan Tuhan, dan penguburan Musa (Phillips,
1974, hlm. 1–2).
Kitab Ulangan juga memiliki sejumlah doktrin penting, di antaranya adalah
monoteisme yang dikenalkan dalam doktrin Shema’ dalam ayat 4 pasal 6 sebagaimana
berikut:
ָחָֽד ינּו יְהָוֶ֥ה ׀ אֶׁ ל יְהָוֶ֥ה ֱאֹלֵהִ֖ ע יְִשָרֵאֹ֑ ְשַמִ֖
Shema’ Yisrā’il Adonai Elōhōnū Adonai Ehād
Yang artinya: “Dengarkan wahai Bani Israil, Tuhan kita Tuhan Adonai (YHWH)
adalah Tuhan yang satu”
Ayat ini, dalam catatan Miller (1990) merupakan penekanan tersendiri dari
‘ashōret ha-dibrōt akan keesaan Tuhan Yudaisme. Ayat ini juga diucapkan kembali dalam
tradisi Kristiani dalam Markus 12: 29 ketika Yesus mengajarkan tentang Ten
Commandments (The Holy Bible, New King James Version, 1982, bk. Markus 12: 29).
Kesimpulan
Dapat disimpulkan di akhir makalah ini bahwa Tanakh adalah kumpulan dari tiga
bagian inti yaitu Torah, Nevi’im, dan Ketuvim. Torah, terutama adalah bagian awal yang
paling penting dalam Tanakh yang mencakup limat kitab yaitu Kejadian, Keluaran,
Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Setiap-tiap dari kitab tersebut memiliki konten yang
spesifik satu dengan yang lainnya, terkait dengan kitab-kitab yang ada sebelum/
setelahnya; misalnya, kitab Kejadian (Bereshit/ Genesis) menceritakan asal muasal
penciptaan semesta, kitab Keluaran (Shemot/ Exodus) menggambarkan keluarnya Bani
Israel dari perbudakan Mesir, kitab Imamat (Vayiqra/Levitcus) menyampaikan aturan-
aturan ritual dan cara bersuci sesuai dengan arahan Rabbi/ Imam, Bilangan (Bemidbar/
Numbers) banyak didominasi oleh perjanjian-perjanjian yang terlaksana antara Tuhan
dengan Bani Israel, sementara kitab Ulangan (Devarim/ Deuteronomy) memberikan
konklusi puncak perjalanan Bani Israel ke Kan’an, hukum-hukum pokok Yudaisme, dan
wafatnya Moses.











