Tampilkan postingan dengan label yahudi dalam sejarah 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label yahudi dalam sejarah 1. Tampilkan semua postingan

yahudi dalam sejarah 1

 


yahudi dalam sejarah 



A. BUMI PALESTINA 

Untuk memperluas cakrawala dalam pembahasan bumi Palestina, 

kita harus mengadakan tinjauan sekitarnya, agar  dapat memberikan 

suatu gambaran yang jelas tentang teritorial negara Palestina dan 

negara-negara sekitarnya yang mempunyai hubungan sejarah 

dengannya. Keadaan geografis inilah yang menjadi pokok pembahasan 

kita dalam buku ini yang akan dijelaskan lebih awal. 

1.Geografi  

Letak Palestina tepat berada di tengah negara-negara yang berada 

di lembah Nil, Mesopotamia, dan Anatolia memiliki peran sangat besar 

dalam penulisan sejarahnya. Oleh sebab  itu, Palestina memiliki andil 

cukup besar dalam menjalin hubungan peradaban antara berbagai 

negara di belahan dunia ini. Sebab ia menjadi titik transit peradaban di 

seluruh wilayah timur kuno, bagian timur laut, timur laut tengah, dan 

bagian utara Afrika. 

Palestina yang tepat berada di tengah-tengah 3 benua yaitu Asia, 

Afrika, dan Eropa membuatnya memiliki peran penting dalam 

penulisan sejarah. Khususnya, sebab  ia dianggap sebagai pintu utama 

bagi ketiga benua tersebut: sebagaimana negeri ini juga menjadi mata 

 

 

rantai penghubung antara benua-benua  secara umum, dan antara Mesir 

Kuno dengan beberapa wilayah Asia lainnya secara khusus. 

Adapun dalam bentuk memanjang Palestina dapat dibagi menjadi 

beberapa wilayah sebagai berikut: 

Pesisir dan dataran pesisir Palestina. Yang dimaksudkan adalah 

dataran Akko, lembah Jezrel, dataran Yafo, pesisir Palestina selatan, 

kemudian daerah bagian di bawah yang terletak di antara bagian 

selatan dataran pesisir dan daerah pegunungan Al Quds dan 

pegunungan al-Khalil serta beberapa pegunungan lain yakni, barisan 

pegunungan Lebanon hingga pegunungan al-Khalil. Di antaranya 

pegunungan al-Jalil yang sangat tinggi dan dingin, pegunungan 

Nablus, pegunungan Al Quds, dan pegunungan al-Khalil.  

Disusul kemudian daerah Be’er Sheva, yang dimulai dari lembah 

al-Khalil sebelah utara sampai lembah Sab sebelah selatan yang 

mengarah ke barat sampai ke laut tengah (Mediterania). Dari sana 

mengarah ke barat menuju Sinai selanjutnya mengarah ke selatan dan 

tenggara menuju Jazirah Arab melintasi Aqabah. Kemudian lembah 

Yordan yang terletak diantara gunung Syaikh di utara dan Laut Mati di 

selatan yang mencakup wilayah al-Hula, danau Tiberias, Laut Mati, 

dan lembah Arabah, yang secara keseluruhan tergantung pada air hujan 

serta mata air dan beberapa sungai (sungai Yordan, Ibrahim, Oja, 

Robin, dan Dalia).1 Teritorialnya tidak begitu luas, hanya kira-kira 

                                                                 

27.000 km persegi, yakni lebih kecil dari sepertiga luas Sinai,  kira-

kira 82.000 km persegi.2 

Kesuburan tanah Palestina dan kondisi iklimnya yang stabil serta 

letaknya yang strategis, mendorong banyak orang untuk bisa tinggal di 

sana, sejak zaman dahulu sampai saat ini. Hasil kekayaannya hanya 

sejenis logam yang tertanam di dasar Laut Mati, terutama jenis logam 

Potasium Chlorate, Magnesium hlorate dan Sodium Chlorate. 

Magnesium lain ialah limau (orange) di daerah sepanjang pantai, biji-

bijian di daerah Ibnu Amir dan lembah Yordan, dan Zaitun di daerah 

luas arel seluruhnya, dan direncanakan untuk dijadikan daerah 

pertanian. 

Walaupun wilayahnya tidak begitu luas, akan namun  ia 

berhubungan langsung dengan Laut Putih dan Laut Merah dan melalui 

dua jalur laut ini bersambung langsung dengan Lautan Atlantik dan 

terus ke Lautan India. Keterkaitannya dengan wilayah negara-negara 

Arab, ia merupakan satu-satunya wilayah yang sangat rapat 

hubungannya dengan negara-negara tersebut. Keistimewaan ini tidak 

dimiliki oleh negara-negara di sekitarnya, dengan sebab inilah maka 

wilayah ini dianggap mempunyai srategi hubungan yang rapat dengan 

negara-negara tetangga yang mempunyai kepentingan hidup yang 

sama. 

2.warga  

Kondisi kehidupan beberapa kelompok dari kabilah-kabilah Arab 

masa 3.000 tahun yang silam, yang sebab  tekanan musim kemarau 

                                                                 


panjang dan terik iklim padang pasir yang membakar, mereka 

berhijrah dari semenanjung tanah Arab ke wilayah Utara. Charles 

Foster Kent berkata3 “orang-orang Phoenicia adalah bangsa pertama 

dari golongan yang berhijrah disana.” Mereka menemukan pesisir Laut 

putih itu sebagai tempat yang sesuai untuk berdomisili, maka 

merekapun kemudian bermukim disana. Areal yang mereka tempati 

adalah daerah tepi pantai yang sempit, di sebelah barat di batasi oleh 

lautan, sedang di sebelah timur dikelilingi oleh deretan bukit-bukit 

yang terjal. Dari sinilah mereka berlayar menjelajah menuju ke 

seberang pantai. Dengan jalan berniaga merekapun berusaha membuat 

hubungan dengan beberapa negara lain. 

Tidak berapa lama kemudian, merekapun terkenal sebagai suatu 

bangsa pelaut yang gagah perkasa dengan membawa barang-barang 

perniagaan dari suatu negeri ke negeri lain. 

Pengalaman mereka juga semakin meningkat, sehingga mereka 

dikenal sebagai bangsa yang mempunyai kebudayaan tinggi yang 

membawa tata kehidupan modern di antara negara-negara yang masih 

kuno. 

Di bagian selatan dari bangsa Phoenicia itu terdapat pula beberapa 

Kabilah Arab yang lain. Yang paling terkenal ialah Kabila Kana’an 

pada kira-kira tahun 2500 SM. Kabilah ini tinggal di daerah sebelah 

barat tebing Sungai Yordan sampai ke pesisir Laut Putih. sebab  itu 

daerah ini kemudian dinamakan dengan nama kabilah tersebut, yakni 

“Bumi Kana’an”, dan nama-nama seperti ini banyak disebut dalam 

Kitab Taurat. 

Kira-kira pada tahun 1200 SM. Datanglah beberapa kabilah dari 

Pulau Creta ke daerah pantai yang menjulur ke arah Laut putih. 

Kabilah –kabilah ini dinamakan kabilah Palestina. Mereka tinggal di 

suatu daerah yang terletak antara Jafa dan Ghazzah (Gaza). Orang-

orang dari Kabilah Kan’an pun membaur dengan orang-orang dari 

kabilah yang baru datang dari pulau Creta itu. Hasil dari percampuran 

kedua kabilah itu, maka muncullah satu generasi baru yang berdarah 

Arab dengan menggunakan dialek bahasa Semetik dan akhirnya daerah 

yang mereka diami itu menjadi wilayah yang dikenal dengan Negara 

Palestina.4 

Lain pula dengan pendapat Hustom Smith, bahwa ditinjau dari segi 

waktu, orang-orang Yahudi adalah pendatang-pendatang yang 

terlambat muncul pada panggung sejarah. Kira-kira 3.000 tahun SM, 

Mesir sudah mempunyai bangunan-bangunan piramida, sedangkan 

Sumeria dan Akkad sudah merupakan kerajaan dunia pada saat itu. 

 Sekitar 1400 SM, Phoenicia merupakan suatu kekuasaan di daerah 

tersebut sementara Yahudi ada di tengah pusarannya dan mereka tidak 

dihiraukan sama sekali. Sebagai kelompok kecil yang mengembara di 

bagian utara dari padang pasir Arabia, mereka tidak mendapat 

perhatian oleh siapa pun juga.5 

Adapun di sebelah Tenggara Sungai Yordan, telah menetap 

beberapa kabilah dari suku Arami yang datang dari lembah Sungai 

Euphrat. Mereka ini meninggalkan kampung halamannya sebab  

                                                                 

 

 

kepadatan warga  oleh emigran yang secara berturut-turut datang 

dari semenanjung Arab ke lembah subur antara Tigris dengan Euphrat. 

Dalam kitab suci kabilah-kabilah ini dikenal sebagai orang-orang 

Syria, dengan ibukota negerinya Damascus. 

Adapun pekerjaan yang dijadikan sebagai mata pencaharian 

mereka adalah bertani, namun  tidak lama kemudian mereka 

menggantinya dengan perniagan. Ini  disebabkan  sebab  daerah pemu-

kiman mereka termasuk areal yang kering dan tandus. 

Jika orang-orang Phoenesia terkenal sebagai ahli perniagaan 

dengan menggunakan jalur laut, maka orang-orang Syria terkenal 

dengan pengalamannya membawa barang-barang perniagaannya 

dengan  mengarungi  transportasi darat. Mereka senantiasa berlomba 

dengan persaingan yang keras dalam perniagaan.  Bahasa, agama dan 

unsur-unsur kebudayaan yang dimiliki oleh orang-orang Arami hampir 

serupa dengan bahasa, agama dan unsur-unsur kebudayaan yang 

dimiliki oleh orang-orang Kana'an. 

Di sebelah Timur  Sungai Yordan sampai ke sebelah  Selatan  Laut 

Mati terdapat tiga kerajaan, yaitu kerajaan Amon, Moab dan  Edom. 

warga nya juga merupakan emigran dari lembah subur tebing 

Sungai Euphrat, sebagaimana kabilah Arami, sebab  memang ada 

pertalian darah antara mereka dengan kabilah Arami ini. Ketiga 

kerajaan ini juga mempunyai pertalian yang erat dalam bahasa, ras, 

adat dan  agama. Dialek mereka serupa dengan dialek yang digunakan 

oleh kabilah Kana'an. 

Dibanding cara hidup orang-orang Badui, kerajaan Moab lebih 

cepat mengadaptasi dengan perubahan perubahan hidup yang lebih 


 

modern. Oleh sebab  itu kerajaan ini dianggap lebih berbudaya 

dibanding dua kerajaan lainnya. Kesuburan tanahnya telah banyak 

menolong rakyatnya untuk mengubah cara-cara hidup ala Badui 

kepada kehidupan kota. Oleh sebab  itu, mereka lebih suka berdomisili 

daripada berimigrasi (berpindah-pindah), sebagaimana cara kehidupan 

yang biasa dilakukan oleh orang-orang Badui. Kini mereka dapat 

bercocok tanam dan membangun rumah yang lebih terencana untuk 

memperindah dan memodernisasi negara. 

Adapun kerajaan Edom terletak di sepanjang Teluk Aqabah. 

Pekerjaan pokok dari sebagian besar rakyatnya ialah menggembala 

binatang-binatang ternak di areal tanah subur yang berada di bawah 

kekuasaannya. Oleh sebab  itu kerajaan Edom merupakan kerajaan 

yang paling mundur di antara tiga kerajaan yang bertetangga itu. 

Sedangkan  kerajaan Amon terletak di sebelah Utara kerajaan 

Moab. Sebagian rakyatnya ada yang berdomisili dengan membangun 

rumah-rumah permanen dan bercocok tanam, dan sebagian lainnya  

ada yang berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain, 

dengan mata pencaharian menggembala kambing dan beternak 

Melihat dari fakta ini,  jelaslah bahwa kemajuan dan kemunduran 

terletak di antara Kerajaan Moab yang rakyatnya berdomisili dan 

bercocok tanam, dengan Kerajaan Edom yang rakyatnya lebih 

cenderung mengikuti kehidupan ala Badui.

3. Wilayah-wilayah Sekitarnya. 

Wilayah-wilayah yang ada disekitarnya ini mempunyai hubungan 

yang erat sekali dengan pembahasan dalam  Agama Yahudi. Wilayah 

yang dimaksud antara lain ialah Negeri Madyan di sebelah Tenggara, 

Mesir di Barat Daya, Babylon dan Asyur (Syria) di sebelah Utara dan 

Timur Laut.  

Orang-orang Yahudi telah memahami  perkembangan sejarah 

negara-negara tersebut, baik dengan cara damai maupun dengan cara 

kekerasan atau peperangan, mereka pun pernah berhubungan 

dengannya, bahkan pemikiran dan akidah yang dianut oleh warga  

dari negara-negara tersebut telah banyak mempengaruhi cara hidup 

sehari-hari bangsa Yahudi. Penelitian terhadap negara-negara tersebut 

inilah yang akan dijadikan topik utama dalam pembahasan berikut ini. 

Madyan terletak di Utara Semenanjung Tanah Arab, negeri ini 

mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Semenanjung Tanah 

Arab, Mesir dan bumi Kana'an. Kita akan melihat nanti bagaimana 

Nabi Musa berlindung di negeri ini setelah beliau melarikan diri dari 

Mesir. Madyan boleh dikatakan sebagai jalur transportasi terpenting 

yang menghubungkan antara Padang Pasir Arabia, dengan wilayah 

Palestina dan negeri-negeri yang terletak di sekitarnya. 

Mesir dan Babylon juga mempunyai hubungan yang erat dengan 

negeri Kana'an, sebab  Kana'an terletak di antara kedua  kerajaan besar  

yang  masyhur  itu. Kedua kerajaan itu sejak beberapa  zaman  yang  

lampau terkenal mempunyai peradaban yang tinggi dan maju. namun   

ketika itu, antara kedua kerajaan itu senantiasa terlibat dalam  

permusuhan yang tak ada henti-hentinya. Uniknya, justru daerah 

 

 

Kana'an yang menjadi ajang pertempuran dan perebutan di antara 

mereka, sehingga warga  negeri pun mau tak mau ikut  menanggung  

beban akibat dari peperangan-peperangan tersebut. Seperti sudah 

menjadi kebiasaan, siapa yang menang, ialah yang menguasai Kana'an 

dan mempunyai kekuasaan penuh atas negeri dan warga nya. 

Sehingga Will Durant mengatakan: "Kedudukan wilayah Palestina 

telah mendatangkan kekayaan dan peperangan baginya."7 

Sejarah   kuno  di negeri  Babylonia  menunjukkan, bahwa  

Babylonia  pernah menguasai wilayah Kan'an  pada  tahun 3000 SM. 

Peradaban orang-orang Kana'an sangat terpengaruh oleh peradaban 

orang-orang Babylon, Sedangkan kemajuan-kemajuan yang telah 

dicapai oleh Babylon banyak meniru dan mengambil contoh dari  

kaum Hyksos yang telah mengalahkan Mesir. Pada umumnya pejuang-

pejuang Hyksos ini berasal dari keturunan Tan Sorig Arab yang 

berimigrasi  ke Mesir  sebab   menyelamatkan diri  dari  ancaman 

kemarau panjang  yang  menimpa seluruh Semenanjung Tanah Arab 

dan Syria.  

Serbuan kaum Hyksos ini telah memanfaatkan kelemahan keluarga 

Raja Firaun XIII sehingga mereka mampu menguasai Mesir  

seluruhnya. Setelah itu mereka  menyusun empat dinasti (keluarga) 

yang terdiri dari keluarga-keluarga kuno untuk memerintah Mesir 

secara silih berganti. 

Pemerintahan  Hyksos  berlangsung  dari  tahun 2098 sampai 1587  

SM. Dalam  masa  kurun waktu  itu, tak henti-hentinya anak-anak Raja 

Mesir  berjuang  untuk  mengembalikan  kekuasaan  bangsa Mesir dan  

                                                           

mengusir agresor dari tanah air mereka. Akhirnya, berkat kegigihannya 

pahlawan Ahmes (Ahmose) berhasil mencapai kemenangan yang 

gilang-gemilang serta mengusir kaum Hyksos dari Mesir. Selanjutnya 

Ahmose segera membentuk dinasti XVIII untuk memerintah negeri.  

Di antara generasi Raja-raja Mesir yang meneruskan  

kepahlawanan  Ahmose  dengan  mendapat  kemenangan yang gilang-

gemilang ialah Raja Thutmose II, seorang pahlawan Agung yang telah 

berhasil menaklukkan Palestina. Kemudian kekuasaannya berkembang  

hingga ke Syria. Kekuasaan Babylon pun menyerah kepadanya. Ia pun 

berhasil pula menundukkan kaum Hittite di Utara.8 

Berikut  ini  kita  akan dapat melihat betapa orang-orang Yahudi 

dapat hidup dengan bebas di Wilayah Mesir pada zaman pemerintahan 

Hyksos. namun  sewaktu  pemerintahan  Nasional  kembali  menguasai 

Mesir, maka kedudukan  orang-orang Yahudi  di sana  kembali  goyah.  

Maspero berpendapat, bahwa dengan kekuasaannya orang-orang  

Semitik di Bumi Mesir, maka orang-orang Yahudi pun berpeluang 

untuk mendapatkan perlindungan.9 

B.  TANAH KANA’AN 

Kan`an  adalah “tanah rendah” berasal dari  bahasa  Ibrani yang 

berarti “tanah Ungu”. Setelah tahun 1200 SM, nama ini berubah 

menjadi Phonesia yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti “merah  

keunguan” Pada awalnya, nama Kana`an digunakan untuk menyebut 

wilayah sebelah barat  Palestina. Kemudian sebutan ini lebih ditujukan 

                                                                 

pada wilayah yang sekarang kita kenal dengan Palestina dan sebagian 

dari wilayah Syriah. Kana`an inilah yang pernah dijanjikan Tuhan 

akan diberikan kepada keturunan Ibrahim, sebagaimana yang 

disebutkan di dalam Kitab Ulangan10. “Dan orang-orang Yahudi  harus  

terjun  ke medan  perang untuk melawan bangsa Kana`an agar mereka 

bisa menempatinya.” 

 

 

 

 

 

 

Bangsa Israel Dalam Adegan 

A. ASAL USUL NAMA ISRAEL DAN YAHUDI 

Nabi Ibrahim (Abraham) merupakan figur sentral dan menentukan 

dalam sejarah serta asal usul Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam tradisi 

Yahudi, Nabi Ibrahim adalah penerima perjanjian (kovenan) asli antara 

orang orang Ibrani dan Tuhan. Dalam tradisi Kristen, Nabi Ibrahim 

adalah patriak terkemuka dan penerima suatu perjanjian formatif dan 

orisional dengan Tuhan yang kemudian disarikan sebagai kovenan 

Mosaik, sedangkan perjanjian kedua dipandang telah dibuat untuk 

Yesus Kristus. Dalam tradisi Islam, Ibrahim merupakan contoh 

seorang pewarta yang memiliki keyakinan tak tergoyahkan serta 

monoteisme yang kokoh, seorang nabi dan pembawa pesan Tuhan 

kepada umat manusia serta penerima salah satu kitab wahyu yang di 

anugerahkan Tuhan kepada umat manusia. Dalam ketiga tradisi agama 

tersebut, Ibrahim secara khusus dikenal sebagai sahabat Tuhan Yang 

Maha Esa. Dalam kitab Taurat disebut Abram adalah orang Ibrani. 

Dalam pasal ini dijelaskan beberapa perbedaan istilah-istilah pada 

waktu yang sama akan dijelaskan hubungan sejarah dan agama yang 

saling terkait erat. Istilah tersebut disusun menurut urutan sejarah dan 

nama yang pertama kali muncul dalam sejarah Yahudi, dan faktor-

faktor yang menyebabkan munculnya nama baru dengan batasan 

13   

 

 

penggunaannya pada masa silam setelah ada nama baru, dengan 

beberapa perbedaan yang terjadi dalam sejarah Yahudi.  

1. Nama Ibri 

Kata Ibri adalah bentuk tunggal, bentuk jamaknya adalah 

Ibriyyun. Disebut juga Ibrani atau Ibraniyyun. Nama ini dinisbahkan 

kepada nabi Ibrahim as. Dalam Taurat ia disebut Abram orang 

Ibrani1 yang mengandung makna pindah, atau melakukan suatu 

perjalanan, atau menyeberang dari suatu tempat ke tempat yang lain. 

Dengan demikian maka makna Ibri adalah orang yang berpindah, 

atau melakukan suatu perjalanan atau orang yang menyeberang dari 

suatu tempat ke tempat yang lain. Sebagian peneliti meyakini bahwa 

nama Ibri ini diambil dari Ebet. Nama salah seorang kakek buyut 

Nabi Ibrahim as.2 

Di samping penjelasan di atas Taurat berbicara tentang orang-

orang Ibri sebagai orang-orang yang terasing. Dengan demikian 

maka makna kata Ibri adalah orang-orang terasing. Dalam Kitab 

Keluaran disebutkan “jika  engkau membeli seorang budak Ibrani, 

maka haruslah ia bekerja padamu enam tahun lamanya, namun  pada 

tahun yang ketujuh ia diizinkan keluar sebagai orang merdeka, 

dengan tidak membayar tebusan apa-apa.”3 Sedangkan dalam Kitab 

Ulangan, kata Ibri mengandung makna saudara, “jika  seorang 

saudaramu menjadi menjadi dirinya kepadamu, baik seorang laki-laki 

Ibrani, ataupun seorang perempuan Ibrani, maka ia akan bekerja 

                                                                 

 

enam tahun lamanya, namun  pada tahun ketujuh engkau harus 

melepaskan dia sebagai orang merdeka.”4  

Dalam kitab Samuel 1, menyebutkan bahwa orang-orang Ibrani 

itu adalah seluruh orang-orang Israel,” sebab  itu Saul menyuruh 

meniup sangkakala di seluruh negeri, sebab pikirnya. “Biarlah orang 

Ibrani mendengarnya. Demikianlah seluruh orang Israel mendengar 

kabar.”5 

Sedangkan ilmuwan lain menyebutkan adanya keterkaitan antara 

kata Ibri, Abirou dan Khabirou yang terdapat dalam referensi- 

referensi Mesir Kuno dan Asyur Babylonia yang bisa menggunakan 

kata-kata ini untuk menyebutkan kabilah-kabilah Arab Badui, di 

antaranya adalah kabilah-kabilah Aram yang disebut sebagai asal 

usul Nabi Ibrahim. 

Raferensi juga menyebutkan bahwa kata Abirou telah digunakan 

sekitar dua abad sebelum Masehi, kata Abirou digunakan untuk 

menyebutkan kabilah-kabilah yang ada di utara jazirah Arab dan 

Negeri Syam.6 Di samping itu, kata Ibri juga mengandung makna 

lain, di antaranya adalah bahasa suku-suku terasing, di antara mereka 

adalah orang-orang Ibri. Bahkan Taurat sendiri berbicara tentang 

orang-orang Ibri sebagai orang-orang yang terasing. 

Kata Ibri digunakan juga untuk menyebutkan bahasa kelompok-

kelompok ini pada masa silam, yaitu bahasa Ibri kuno, sebagaimana 

kata Ibri juga digunakan untuk sastra hasil karya dari bahasa Ibri 

                                                                 

4

  Kitab Ulangan 15;12. 

5

 1 Samuel 13;3-4. 

6

 

 

sejak zaman dahulu kala, seperti sastra Ibri klasik, pertengahan dan 

modern. Sastra Ibri adalah sastra yang menggunakan bahasa Ibri 

sebagai bahasa sehari-hari yang digunakan oleh bangsa Yahudi dalam 

beberapa fase sejarah mereka. 

Sastra klasik Ibri ini dapat dilihat dalam kitab Perjanjian Lama, 

kitab suci Yahudi yang merangkum Taurat sebagai salah satu 

bagiannya. Pada zaman modern, sastra Ibri muncul dalam tulisan-

tulisan bangsa Yahudi di Eropa timur dan barat, Yahudi Amerika dan 

Amerika Latin yang menggunakan bahasa Ibri sebagai bahasa tulisan 

adalah sarana untuk menghidupkan bahasa Ibri dan merupakan salah 

satu tujuan utama gerakan Zionis. Oleh sebab itu, sastra modern Ibri 

memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan garakan Zionis, bahkan 

karya-karya sastra tersebut dijadikan sebagai kumpulan tulisan-

tulisan politik yang berbentuk kisah, riwayat, opera, syair, untuk 

mendukung dan sebagai propaganda pemikiran Zionis di tengah-

tengah masyarakat Yahudi di Eropa dan Amerika. 

2.Bani Israil 

Nama Israel mengandung dua indikasi makna, pertama bersifat 

umum, dan kedua bersifat khusus, indikasi umum adalah kisah yang 

masih disebutkan secara khusus, bahwa nama ini adalah nama yang 

memberikan kelebihan kepada bangsa Yahudi dari pada bangsa-

bangsa lain. Nama ini juga dikenal sepanjang sejarah, Israel adalah 

kebanggaan dan keagungan mereka. Kisah Israel ini disebutkan 

dalam Taurat, yaitu perubahan nama Ya`kub kepada Israel. 

Dikisahkan bahwa Bangsa Israel adalah pecahan dari bangsa 


 

Kildani/Babylonia, mereka mendiami sebelah barat sungai Eufrat, 

ketika mereka sudah jauh tersesat dalam hal ahlak dan kepercayaan 

agamanya, maka Tuhan  mengutus Nabi Ibrahim untuk menuntun 

mereka kejalan yang benar. Sebahagian mereka menerima dan 

sebagian mereka menolak sebab  takut kepada Raja Namrud yang 

berkuasa pada waktu itu. Karakteristik kehidupan mereka 

diperlakukan seperti gundik gundik, dianiayah, disakiti dan dikejar-

kejar sehingga mereka terpaksa meninggalkan Babylonia ke tempat 

lain, dari Mesir  hingga Assyria hingga Babylonia, hingga Persia 

hingga Yunani hingga Romawi, sampai mereka tampil ke dalam 

adegan.  

Dikisahkan; Seorang yang bernama Terah membawa serta anak 

laki-lakinya, yaitu Abraham, isteri Abraham Sarah, dan cucu laki 

lakinya Lot, keponakan Abraham, berimigrasi dari kota Ur di 

Babylonia.7 Pengembaraan Terah dan rombongan kecilnya 

membawa mereka kira-kira 600 mil ke arah barat daya kota Ur ke 

tanah Haran, di wilayah Selatan, yang sekarang disebut Turki. 

Berdampingan dengan perbatasan Suriah.8 Satu kota tua di 

Irak/Suriah menuju ke Palestina yang dijadikannya sebagai pusat 

dakwahnya. Beliau sering berkunjung dari satu tempat ke tempat 

                                                                 

7

 Siapakah Terah, Abraham, Sarah dan Lot, sejarah tidak tahu dan Bibel 

mengidentifikasi tidak lebih hanya menurut  geneologi Terah hingga Shem, salah 

seorang dari ketiga putra Noah.namun  dengan menyeberangi sungai Eufrat,  Terah 

dan rombongan  menjadi, orang yang pertama di identifikasikan di dalam Bibel 

sebagai Ivriim ( Hebrew), atau orang orang yang menyeberang, atau orang yang 

berasal dari seberang sungai. 

8

 Ur adalah satu kota tua, dibagian selatan Irak dan yang pernah menjadi pusat 

peradaban Sumeria sekitar 2350 SM., sedang Haran kini terletak disekitar Turki 

berbatasan dengan Suriah. Orang-orang Romawi masa lampau menamainya Correhai 

17   

 

 

yang lain, antara lain ke Mesir. Di sana Firaun Mesir yang dikenal 

gemar merampas istri pendatang, tidak berhasil mengambil Sarah, 

isteri Ibrahim as. bahkan sebab  kekagumannya kepada Ibrahim as. 

dia mengahadiahkan kepada Sarah seorang perempuan bernama 

Hajar yang populer dikalangan sejarawan sebagai seorang budak dari 

Habasyah.9 Sarah menghadiahkan kepada Ibrahim as, untuk 

dikawininya dan dari perkawinan itu lahir Ismail, yang kemudian 

dibawah ayahnya ke Mekah dan membangun kembali fondasi Ka’bah 

bersamanya. Dari pengembaraan Ibrahim ke tanah Kan’an Abraham 

mendapatkan suatu pengalaman aneh, berjumpa dengan Tuhan Raja ( 

Lord God)  “Jehovah”10 patriach, yang saat itu telah berusia 75 

tahun. Bila Abraham  mau mengikuti komandemen- komandemen 

Tuhan, maka Dia, sebagai imbalan darinya, akan menjadikan 

keturunan-keturunan Abraham sebagai bangsa pilihanNya,  dan 

menempatkan  mereka di bawah perlindunganNya.11 Perjanjian ini 

                                                                 

9

 Dalam buku ar-Rahiq al Maqhtum, karya Syaikh Shafiyuddin al Mubarakfury 

yang memenangkan juara pertama Syayembara Internasional Penulisan Sirah Nabi 

yang diadakan oleh Rabitha al-Alam al-Islam- penulis buku tersebut mengutif 

pendapat Syaikh Muhammad Sulaiman al-Mansh yang setelah melakukan penelitian 

seksama menyatakan bahwa “ Hajar bukanlah hamba sahaya, namun  dia adalah anak 

Firaun Mesir”Wa Allah A’lam. Lihat M. Quraish Shihab dalam buku Membaca Sirah 

Nabi Muhammad saw. Hal.144.  

10

 Didalam Old Testamen, Tuhan disebut dengan tiga sebutan, sebagai “ 

Elohim”,dari bahasa Ibrani yang diterjemahkan menjadi “God, sebagai “ Jeh ovah “, 

yang diterjemahkan menjadi “ Lord”, dan sebagai “ Jehovah Elohim” yang 

diterjemahkan menjadi “ Lord God” Yahudi Ortodoks tidak pernah mengucapkan 

nama “ Jehovah” meskipun nama ini disebut hampir 7000 kali didalam Bible. Ketika 

ia sampai pada kata itu, ia mengucapkannya “ Adonai”, yang berarti “ my Lord”. 

Dengan demikian terjemahan “Jehovah” adalah “ Lord”. Tak seorangpun tahu 

bagaimana asal muasal nama itu diucapkan, sebab  ucapan itu sudah terlarang sejak 

abad II SM dan titik awal Hebrew belumlah tercipta hingga beberapa abad kemudian. 

11

 “ namun  engkau, hai Isrel, hamba-Ku, hai Ya’kub, yang telah Kupilih, 

keturunan Ibrahim, yang Kukasihi..... ( (Yesaya 41; 8). “ Dengan jalan demikian, 

18   

 

 

bisa diikhtisarkan sebagai berikut; “Ibrahim dan keturunannya harus 

menjaga perjanjian tersebut, dan harus melaksanakan khitan,12 Allah 

berjanji bahwa Dia akan menjadi Tuhan bagi Abraham dan 

keturunannya melalui Ishak dan Abraham serta keturunannya akan 

terpecah menjadi banyak kelompok. Abraham dan keturunannya 

melalui Ishak akan mewarisi tanah Palestina berikut perjanjian 

tersebut.”13 Keseluruhan sejarah Yahudi kemudian berporos pada 

perjanjian ini, hubungan antara Allah dan Manusia diubah selamanya, 

dan habungan khusus ditetapkan antara Allah dan keturunan Ishak. 

 Kisah nama Israel ini kembali kepada apa yang disebutkan 

Taurat, yaitu perubahan nama Ya`kub kepada Israel. Perobahan nama 

ini diperingati dengan timbunan batu kesaksian yang disebut 

“Galeed”. Dalam al-Kitab dinyatakan bahwa “Maka datanglah 

pergulatan yang tersembunyi di dalam kegelapan alam dan ketika 

hari terbit ia melihat pahanya telah tergeliat nama Yakub dirubah 

menjadi Israel, tempat itu bernama PNIEL, sebab katanya: “Aku 

telah melihat Allah berhadapan muka, namun  nyawaku tertolong!” 

Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah meliwati 

Pniel; dan Ya`kub pincang sebab  pangkal pahanya, Itulah sebabnya 

                                                                                                                                                          

genaplah nas yang mengatakan “ lalu percayalah Abraham kepada Allah maka Allah 

memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran” ( Yacobus 2;23)  “ Dan 

siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya 

kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan ,dan ia mengikuti agama 

Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangannya. ( 

Q.S.4;125). 

12

 Kitab Kejadian 17;9-4. 

13

 Kitab Kejadian 17;4-8, 18-9,21. 

19   

 

 

sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging yang menutupi 

sendi pangkal paha.”14  

Kisah dongeng yang dikaitkan dengan nama Ya`kub menjadi 

Israel adalah jenis dongeng yang disebut para pakar sejarah agama 

sebagai Myth of origin atau Acsiological Myth. Tujuan dari dari 

kisah-kisah seperti ini adalah untuk memberikan gambaran 

penjelasan tentang asal usul tradisi atau nama atau sesuatu. Para 

pakar sejarah agama menganggap kisah ini khususnya kisah Ya`kub 

sebagai usaha untuk memberikan suatu penyebab terhadap perubahan 

nama yang baru, yaitu Israel. Sebagai orang yang bergulat dengan 

Tuhan atau orang yang bertarung dengan Tuhan. Kemudian orang-

orang Ibrani menisbatkan diri kepada nama ini. 

Di samping itu juga terdapat pemikiran tentang keselamatan yang 

menurut mereka hanya dijadikan Tuhan untuk bangsa Israel saja, 

bukan untuk seluruh umat manusia. Sebagaimana  perubahan nama 

bumi Palestina atau Tanah Kana`an menjadi bumi Israel. Penggunaan 

ungkapan seperti ini hanya disebutkan dalam Taurat sejak saat itu. 

Rasisme ini terus bekembang lebih jauh dan berbahaya sejak saat itu, 

sebab  rasisme mulai menyentuh ranah ideologi, Tuhan yang Esa 

mereka jadikan hanya milik bangsa Israel saja, mereka menyebut-

Nya sebagai Tuhan bangsa Israel, untuk membedakan-Nya dengan 

tuhan-tuhan yang lain, artinya tauhid menjadi tauhid bersifat khusus, 

tidak lagi bersifat umum, sebagaimana Tuhan Yang Esa menjadi 

khusus hanya milik bangsa Israel saja dengan mengakui keberadaan 

                                                                 

14

 Kejadian  32;24-32. 

20   

 

 

tuhan-tuhan yang lain selain bangsa israel. Dengan demikian rasisme 

Israel telah sampai kepada intinya; antara rasisme kebangsaan dan 

rasisme agama. 

Demikianlah makna umum tentang nama Israel yang digunakan 

untuk setiap orang-orang Ibrani, setelah merubah nama Ya`kub 

menjadi Israel, maka Bani Israel digunakan untuk semua orang-orang 

Ibrani. 

 Abad sembilan belas atau delapan belas sebelum Masehi adalah 

masa awal penggunaan kata Israel sebagai pengganti kata Ibri, 

berdasarkan kepada perbedaan pendapat yang jelas di kalangan para 

pakar sejarah tentang masa Nabi Ibrahim antara abad kedua puluh 

dan sembilan belas sebelum Masehi.15 

Indikasi yang bersifat khusus tentang penyebutan nama Israel, 

yaitu indikasi politis geografis. Munculnya indikasi politis geografis 

ini sangat penting, yaitu sejak terpecahnya kerajaan Daud dan 

Sulaiman menjadi dua kerajaan yang bertikai, kerajaan Israel Utara, 

ibukotanya adalah Syakim (Sickhem) Tirshah dan Samaria kemudian 

kerajaan Yahuda Selatan, ibukotanya adalah Yerusalem. Perpecahan 

ini terjadi pada tahun 932 SM, yaitu tahun kematian Nabi Sulaeman 

as, sejak saat itu, maka digunakanlah dua nama, Israel dan Yehuda, 

sebagai dua nama yang mengandung makna politis dan georafis. Dua 

nama tersebut mengungkapkan kecenderungan seseorang kepada 

kekuatan politik tertentu, kerajaan Yehuda di utara dan karajaan 

Israel di Selatan.       

                                                                 

 

 

 Dua pengertian diatas diperbaharui pemakaiannya pada Zaman 

modern, seiring dengan pertumbuhan Zionis di Palestina yang 

memilih nama Israel sebagai identitas yang mengandung makna yang 

bersifat politis dan geografis. Dengan tetap mempetahankan makna 

nama Israel yang bersifat umum, yaitu penisbatan kepada Bani Israel, 

meskipun terjadi perubahan penting yang tidak dapat dianggap 

sepele, bahwa penisbatan kepada nama Israel pada masa silam sangat 

jelas dan kuat, sebab  rentang waktu yang masih dekat kepada masa 

Nabi Ya`kub dan keberhasilan orang-orang Israel keluar dari Mesir 

menuju bumi Palestina pada masa nabi Musa dan nabi Harun as, 

berjalan sempurna pada masa Yusa` bin Nun. Dengan tetap menjaga 

fanatisme Israel sepanjang masa tersebut hingga awal perpecahan 

yang akarnya telah kuat pada masa Asyur tahun 721 SM, masa 

penawanan di Babel pada tahun 586 SM dan terakhir pada masa 

penawanan Romawi pada tahun 70 M. Setelah masa ini bangsa Israel 

mengalami perpecahan yang sangat lama sepanjang sejarah hingga 

masa modern saat ini. Tentu saja situasi dan kondisi tersebut 

menyebabkan hilangnya keterikatan dan fanatisme untuk 

menisbahkan diri kepada Bani Israel anak cucu keturunan Ya`kub, 

sebab  telah bercampur baur dengan masyarakat yang menawan 

mereka sejak masa penawanan, juga disebabkan interaksi yang 

menyebabkan sebagian besar dari mereka meninggalkan agama 

Yahudi dan memeluk agama Islam yang menyebabkan hilangnya 

fanatisme masa silam.

 

3. Istilah Yahudi. 

Kata Yahudi adalah istilah yang memiliki sejarah yang akan di 

jelaskan secara singkat, dan nama yang ketiga dalam urutan, setelah 

dua nama sebelumnya; Ibri dan Israel, jika dilihat dari kemunculan 

dan penggunaannya dalam sejarah. Nama Yahudi ini memiliki 

pengertian yang bersifat umum, yaitu Yahudi adalah nama yang 

diberikan kepada setiap orang yang meyakini agama Yahudi, 

mempercayainya dan melaksanakan ritualnya. Dengan demikian 

maka Yahudi mengandung pengertian murni agama.  

Sedangkan pengertian khusus, Yahudi mengisyaratkan 

kecenderungan kepada aliran Politik dan geografis tertentu, yaitu 

kerajaan Yahuda yang berada di selatan, sebagaimana yang telah 

dijelaskan sebelumnya, setelah kerajaan Sulaiman terpecah menjadi 

dua kerajaan; Israel di utara dan Yahuda di selatan.  

Pada awalnya kata Yahudi kembali kepada Yahuda, ia adalah 

salah seorang dari anak-anak Ya`kub. Yang selanjutnya menjadi 

salah satu kelompok Bani Israel menurut Al-Qur`an. Yehuda adalah 

salah satu tokoh penting dalam kisah Nabi Yusuf bersama saudara-

saudaranya. Bahkan referensi Yahudi menganggap Yahuda lebih 

penting daripada Yusuf sendiri. 

Beberapa faktor yang menyebabkan referensi Yahudi tersebut 

melebihkan Yahuda daripada Yusuf adalah;  

1. Yahuda memainkan peranan yang sangat besar dalam 

melindungi Yusuf dari pembunuhan, demikian menurut riwayat 

Taurat, “Lalu kata Yehuda kepada saudara-saudaranya itu; 

                                                  

 

 

“Apakah untungnya kalau kita membunuh adik kita itu dan 

menyembunyikan darahnya? Marilah kita jual dia kepada orang 

Ismael ini, namun  janganlah kita apa-apakan dia, sebab  ia 

saudara kita, darah dan daging kita.” Dan saudara-saudaranya 

mendengarkan perkataan itu.”17  

2. Yahuda adalah salah satu faktor penyebab ayahnya (Nabi 

Ya`kub) dan saudara-saudaranya tetap hidup saat mereka 

menderita kelaparan yang melanda dunia saat itu, setelah 

Yahuda meyakinkan Ya`kub bapaknya agar mengutus 

Benyamin saudara kandung Yusuf agar pergi bersamanya ke 

Mesir untuk meminta bantuan Yusuf, jika ia tidak 

melakukannya itu, maka pastilah mereka tidak akan 

mendapatkan gandum kebutuhan pokok agar mereka selamat 

dari kelaparan.Yahuda berkata kepada Ya`kub bapaknya,” Lalu 

berkatalah Yahuda kepada Israel, ayahnya. “Biarkanlah anak 

itu pergi bersama-sama dengan aku; maka kami akan bersiap 

dan pergi, supaya kita tetap hidup dan jangan mati, baik kami 

maupun engkau dan anak-anak kami,”18 Peranan penting 

Yahuda tampak jelas dalam ucapan Ya`kub berikut ini,” 

Yahuda, engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu, 

tanganmu akan menekan tengkuk musuhmu kepadamu akan 

sujud anak-anak ayahmu. Yahuda adalah seperti anak singa; 

setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, 

                                                                 

17

 Kitab Kejadian 37;26-27. 

18

 Kitab Kejadian 43;8. 

 

 

24   

 

 

hai anakku; ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan atau 

betina; siapakah yang berani membangunkannya? Tongkat 

kerajaan tidak akan beranjak dari Yahuda ataupun lambang 

pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang 

berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.”19 

3. Yahuda dan anak keturunannya mendapatkan kerajaan, bila 

dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Ada di 

antara anak keturunannya yang berada dalam berkah Ya`kub 

yang penjelasannya disebutkan secara terperinci dalam kitab 

Perjanjian Lama. Sedangkan Yusuf  hanya menjadi seorang 

pemberi peringatan terhadap saudara-saudaranya. Tampak jelas 

kecenderungan referensi Yahudi menjadikannya Yahuda 

sebagai pewaris Ya`kub yang sebenarnya,20 setelah referensi 

tersebut membatasi aktifitas Yusuf hanya dalam bidang hikmah 

dan keahlian saja, dan setelah menghukum saudara-saudaranya 

Yahuda disebabkan kesalahan yang telah mereka lakukan. 

Tujuan dari melebihkan Yahuda adalah memberikan latar 

belakang sejarah untuk menjelaskan kedudukan Yahuda dan anak 

keturunannya dalam khasanah klassik israel masa silam guna 

memunculkan kekuasaan kerajaan Yahuda setelah kerajaan Nabi 

Sulaiman terbagi dan terpecah. Setelah perpecahan tersebut, nama 

Yahuda mengkristal untuk mendapatkan legitimasi politis, hal itu 

terus berlanjut hingga akhir kekuasaan kerajaan Yahuda di tangan 

                                                                 

19

 Kitab Kejadian 49;8-10. 


 

 

orang-orang Babel yang dipimpin oleh Nebukadnezar sekitar tahun 

582 SM. Namun penggunaan kata Yahudi tetap dipakai sebagai nama 

yang menunjukkan keterkaitan kepada geografis tertentu. 

Dapat diprediksikan penggunaan kata Yahudi mengandung 

makna seluruh orang Yahudi secara politis, setelah  berakhirnya 

kerajaan Israel Utara dan kebanyakan warga nya ditawan dan 

dibawa ke Asyur. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa makna 

khusus dari nama Yahudi telah berakhir dengan jatuhnya kerajaan 

Israel Utara. Dapat juga diprediksikan makna umum dari kata Israel 

yang akan terus berlanjut. Sebagaimana yang telah dijelaskan 

sebelumnya bahwa pengertian agama dalam agama Yahudi tidak 

terlepas dari dasar rasisme. Dengan demikian maka makna kata Israel 

adalah orang yang menisbahkan diri kepada keturunan nabi Ya`kub 

dan anggota bangsa pilihan Tuhan. Pengertian seperti ini terus 

berlanjut seiring dengan hilangnya pengertian khusus terhadap kata 

Israel, yaitu orang yang menisbatkan diri kepada kerajaan Israel 

Utara. 

Meluasnya penggunaan kata ini bertujuan untuk mewujudkan 

tujuan utama; 

 Pertama, untuk mendapatkan makna yang bersifat politik dan 

lebih luas, bahwa nama Yahudi mancakup nama seluruh orang-orang 

Israel di utara dan orang-orang Yahudi di selatan. Akan namun  melihat 

berakhirnya eksistensi politik orang-orang Israel utara, maka orang-

orang Yahudi di selatan ingin mengayomi orang-orang Israel secara 

politis, meskipun hanya formalitas belaka, sehingga menjadi sebuah 

kekuasaan politik Yahudi yang berwujud kerajaan Yahuda, pada 

26   

 

 

masa antara jatuhnya kerajaan Israel di utara pada tahun 721 SM dan 

jatuhnya kerajaan Yahuda di selatan pada tahun 586 SM.21 Sejarah 

dua kelompok ini benar-benar berbeda dan berdiri sendiri, di samping 

sering terjadi konflik yang bekepanjangan antara kedua kelompok itu 

sejak mereka terpecah. 

Kedua, usaha untuk mendapatkan makna yang bersifat relegius 

terhadap kata Yahuda, yang sebenarnya tidak mengandung makna 

politis geografis, ketika nama Israel masih dipahami sebagai makna 

umum, yaitu makna relegius yang mengisyaratkan kepada akidah 

suatu kelompok sebagai bangsa pilihan di sisi Tuhan. Oleh sebab itu, 

besar kemungkinan orang-orang Yahudi ingin memperlihatkan aspek 

relegius selama masa eksistensi politik mereka setelah jatuhnya Israel 

Utara, di samping tentu saja ingin menguasai Israel Utara secara 

politis dan geografis. 

Dapat dikatakan bahwa keberhasilan orang-orang Yahudi telah 

mewujudkan sebagian dari   kesuksesan pada level politik dan  

agama. Dilihat pada level politik adalah sebagian dari orang-orang 

Israel dari utara mulai tertarik ke selatan, apakah sebab  ingin 

mendapatkan perlindungan politik atau lari dari konflik yang 

menyebabkan kehilangan identitas politik seluruh orang Israel di 

utara. 

 Sedangkan pada level agama orang-orang Yahuda berhasil 

mewujudkan kesuksesan yang lumayan baik, bahkan kemenangan 

mereka dalam level agama lebih kuat dari pada level politik. Hal ini 

                                                              

 

disebabkan sebab  Yerusalem adalah ibukota Yahuda Selatan. 

Yerusalem merupakan pusat agama Yahudi pada masa Nabi Daud 

dan Sulaeman sebelum kerajaan mereka terpecah. Sedangkan 

Samaria ibukota Israel Utara tidak mampu menyaingi kedudukan 

agama yang dimiliki Yerusalem. Berbagai ritual dan aktifitas 

keagamaan dilakukan di sekitar tempat peribadatan mereka dan 

muncul para tokoh agama yang berpengaruh pada sektor keagamaan. 

Tidak ada pusat keagamaan yang lain di luar Yerusalem. Beberapa 

faktor lain, setelah kerajaan Daud dan Sulaiman terpecah, terjadi 

perpecahan antara orang-orang utara dan selatan, tidak ada agama 

sebagai unsur pemersatu antara dua kelompok yang bertikai secara 

politik. Kemudian terjadi proses penyatuan agama sebagai pengganti 

persatuan politik yang telah hilang. Oleh sebab itu lumrah jika 

pandangan kembali tertuju ke Yerusalem sebagai pusat persatuan 

agama, akan namun  dengan suatu syarat yang mendasar agar 

peninggalan agama orang-orang utara diberi peran di samping 

peninggalan agama orang-orang selatan. Terjadilah proses kombinasi 

antara dua peninggalan untuk keluar dari krisis yang pada akhirnya 

melihat dengan pandangan agama yang satu. 

Di sini dapat juga dikatakan bahwa meskipun kata Yahuda 

memberikan pengertian yang baru, akan namun  tidak sama persis 

dengan makna kata Israel, akan namun  kedua kata ini terus digunakan 

sebagai dua kata sinonim dilihat dari aspek agama, sedangkan kata 

Yahudi tetap mengandung makna politis secara khusus. sebab  kata 

Yahudi tidak diterima oleh orang-orang Israel disebabkan kata 

28   

 

 

Yahudi  mengandung makna kecemasan dan kekacauan politik yang 

menyebabkan perpecahan. 

Menurut mereka kata Yahudi tidak berada pada level yang sama 

dengan kata Israel yang mengandung makna kemegahan, keagungan, 

bangsa pilihan Tuhan dan banga yang mendapatkan keselamatan dari 

Tuhan. Bahkan kata Yahudi tidak mengandung makna yang 

terkandung dalam nama kuno Ibri masa silam. Perasaan seperti ini 

tumbuh dalam diri orang-orang Israel utara setelah terpecahnya 

kerajaan Sulaiman, artinya sejak sekitar tahun 930 SM hingga 

jatuhnya Yahuda pada tahun 586 SM. Konflik yang terjadi di antara 

dua kerajaan ketika masih sama-sama eksis sejak tahun 930 SM 

hingga jatuhnya kerajaan Israel di utara pada tahun 721 SM 

menyebabkan perasan tersebut semakin tumbuh dan berkembang. 

Diyakini bahwa kata Yahudi sebagai agama digunakan sejak 

masa penawanan di Babel pada tahun 586 SM, mungkin disebabkan 

oleh mereka yang ditawan orang-orang Israel dan orang-orang 

Yahuda. Semua penggunaan kata Yahuda yang terdapat dalam 

Pejanjian Lama terjadi pada masa penawanan Babel. Kata Yahuda 

pertama disebutkan dalam kitab Pejanjian Lama, Raja-raja II, ketika 

bercerita tentang konflik yang terjadi antara Ahas bin Yotsam Raja 

Yahuda, Rezim Raja Aram dan Faqah bin Remelya Raja Israel. Kitab 

ini menjelaskan bahwa Rezin Raja Aram mengembalikan Elat kepada 

orang-orang Aram, “Pada masa itu Rezin, Raja Aram, 

mengembalikan Elat kepada Edom, lalu ia mengusir orang-orang 

Yehudza dari Elat. Datanglah orang-orang Edom ke Elat dan diam di 

29   

 

 

sana sampai hari ini.”22 Kata Yahudi juga disebutkan dalam 

Pejanjian Lama, Kitab Ester, “ Pada waktu itu ada di dalam benteng 

Susan seorang Yahudi, yang bernama Mardekhai, seorang Benyamin 

yang diangkut dari Yerusalem sebagai salah seorang buangan yang 

turut dengan raja Yehuda, ketika ia diangkut ke dalam pembuangan 

oleh Raja Nebukadnezar, Raja Babel.”23 

Jelaslah bahwa kata Yahuda dan Yahudi digunakan  pada masa 

penawanan orang-orang Yahuda di Babel. Oleh sebab itu kata 

Yahuda dalam bentuk tunggal dan jamak digunakan untuk 

menunjukkan orang-orang Yahudi yang bertempat tinggal di kawasan 

Yahuda. Disini terlihat bahwa bersamaan dengan penawanan orang-

orang Yahudi di Babel maka berakhirlah penggunaan kata Ibri, 

sebagaimana penggunaan kata Israel yang mengandung makna politis 

tidak lagi digunakan. Kata Yahudi menempati kata Israel yang 

menunjukkan makna orang-orang Israel dan Yahudi secara 

bersamaan sejak masa penawanan di Babel. 

B.SEJARAH BANGSA ISRAEL DALAM ADEGAN 

 Berjalan 100 tahun, pada saat Abraham memperanakkan Isac  dan 

Isaac memperanakkan Yakub, dan Yakub memperanakkan 12 

putranya, termasuk Yusuf (Yosef), 400 tahun sejarah Yahudi telah  

berlalu. Kemudian sebuah bencana kelaparan negeri  timur Mesir, dan 

orang-orang kelaparan di berbagai negeri, termasuk orang orang 

Hebrew, menyusur sepanjang delta Nil yang subur, menuju Mesir 

                                                                 

22

  II Raja-Raja 16;6. 

23

 Ester 2;5-6,3;6;10. 

30   

 

 

untuk mendapatkan makanan. Sejarah merekam bahwa mereka 

disambut dengan hangat oleh penguasa Mesir.24 Baik Alquran maupun 

Injil menyatakan riwayat-riwayat  kisah kehidupan keturunan Yakub di 

Mesir.25 Putra Nabi Ibrahim, Ishak dan Ismail, Ishak dengan pasangan 

Rifkah kemudian melahirkan Ya’kub yang juga bernama Israel 

sehingga keturunannya disebut Bani Israel. Yakub mempunyai putra 

12 orang dengan isteri empat yaitu Leah memperanakkan Reuben, 

Simoon, Lewi, Yudah, Issachar, Zabulun. Zulfah memperanakkan 

Gad, Azhar Rachel memperanakkan Yosefh, Benyamin, Balhah 

memperanakkan Don , Naftali.26 

Berikut silsilahnya:  

TERAH

HARAN NAHOR HAJAR ABRAHAM SARA+ +

   

MOAB AMON

 

LOT BETUEL

LABAN

ISMAEL

ORANG ARAB

 

 

 

RIBKA ISHAK

 

ESAUBILHARAKHELYAKUBLEAZILPA

 

  

RUBEN

SIMON

LEWI

YEHUDA

ISHAKAR

ZEBULON

DINA

YUSUF BENJAMIN

GAD 

ASYER

 

 

EFRAIN MANASYE

DAN 

NAFTALI  

ORANG EDOM

(&)(& ++

 

 

Di antara 12 putranya, Yosefh adalah anak yang dicintai oleh orang 

tuanya maka saudaranya menjadi iri, dengan membuangnya di dalam 

sumur. Kemudian beberapa kafilah berhasrat mengambil air di dalam 

sumur, seketika itu yang muncul dalam timbah adalah seorang laki-laki 

yang tampan, para saudagar itu membawah dan menjualnya ke Mesir. 

sebab  kecakapan yang dimiliki Yusuf akhirnya Firaun mengambil 

dan mengangkat sebagai raja muda. Di bawah kepemimpinan Yusuf, 

orang-orang Hebrew yang tertimpah bencana kelaparan berimigrasi 

dari Kana’an menuju Mesir. Kitab Genesis dan Alquran menceritrakan 

kepada kita, kisah-kisah yang sangat mempesona tentang bagaimana 

Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya ke dunia perbudakan di Mesir. 

Di Mesir ia malah menjadi favorit Pharao, dan  menjadi raja muda dan 

dengan isin Pharao mengundang saudara-saudaranya dan sesama 

Hebrew untuk tinggal di Mesir. Di sini mereka memelihara gembala-

gembala mereka dengan tenang dan damai sampai naik tahtanya 

seorang Pharao baru yang sangat buruk dalam memperlakukan mereka 

kemudian memperbudaknya. Dengan masuknya rombongan orang 

Israel ke Mesir oleh Yusuf di abad XVI SM, Max Dimont, dalam 

bukunya; bahwa tidak semua orang Israel meninggalkan Kana’an 

untuk pergi beserta Yusuf. Banyak yang tetap tinggal, 

memperjuangkan hidup melawan kelaparan dan menjaga perjanjian 

mereka dengan Jehovah. Sisa bangsa Israel ini tetap dikenal sebagai 

orang orang Hebrew, tetap menjadi orang besar, sedangkan saudara 

saudara mereka diperbudak  di Mesir. Peristiwa ini merupakan 

kenyataan  dari ramalan yang di buat Jehovah kepada Abraham. 

“Sesungguhnya bahwa keturunan-keturunanmu akan menjadi orang 

32   

 

 

asing di suatu negeri yang bukan milik mereka, dan mereka akan 

diperbudak dan di aniayah 400 tahun lamanya dan juga bahwa 

bangsa  yang memperbudak mereka, akan di hukum.27 

 Pada masa pemerintahan Ramses II Bani israel  atas anjuran 

beberapa penasihatnya, Ramses hendak melenyapkan mereka secara 

ber-angsur-angsur. 

Mereka di haruskan kerja paksa dengan membuat piramid, patung, 

membuat jalanan dan setiap bayi yang lahir dari kalangan mereka 

harus dibunuh, sedangkan wanita- wanitanya agar kawin dengan orang 

Mesir, bukan dari kalangan orang Israel. Dalam keadaan seperti itulah 

Nabi Musa dilahirkan. 

Musa adalah seorang bani Israel yang lahir di Mesir ( 1570 SM- 

1450 SM )28 pada masa kakuasaan Firaun, Ramses II, tahun 1301-1234 

SM.29 Musa di besarkan di istana Firaun setelah sang bunda 

menghanyutkan dalam sungai Nil. Ibunda Musa melakukan hal itu 

demi menyelamatkan dari kekejaman Firaun yang membunuh semua 

bayi laki-laki dari kalangan bangsa Israel. Setelah dewasa, Musa 

membunuh seorang warga  Mesir yang membuatnya ia lari ke 

Madyan. Di daerah itu Musa menjadi pengembala kambing milik 

orang saleh yang sudah tua. Ada yang berpendapat bahwa orang tua itu 

adalah Nabi Syuaib yang kemudian menikahkan Musa dengan salah 

                                                                 

27

 Genesis 15;13-14. 

28

 Bibel.Kejadian; 

29

 Lihat buku Atlas Sejarah Nabi dan Rasul. 

33   

 

 

seorang putrinya. Zipporah.30 Suatu hari, kala ia mengembala domba-

domba mertuanya di dekat Gunung Horeb, Musa berjumpah dengan 

Jehopa, Tuhan memerintahkan agar Musa kembali ke Mesir dan 

memimpin bangsa Yahudi menuju kebebasan. Musa yang sangat 

enggan ini akhirnya menerima perintah, setelah Tuhan membujuk 

dengan berbagai macam cara serta mengancamnya.31 Musa pun 

berangkat bersama isterinya pada malam hari untuk memenuhi 

perintah Tuhan. 

Dalam perjalanan pulang dari Madyan ke Mesir, Musa mendapat 

wahyu, Allah memerintahkan Musa dan saudaranya, Harun pergi 

menemui Firaun untuk mengajaknya ke jalan Allah sekaligus 

menyelamatkan Bani Israel. Namun Firaun menolak seruan itu bahkan 

memusuhi keduanya. Pada tahun 1213 SM, ada juga yang menyatakan 

tahun 1447 SM,  Musa pergi bersama bani Israel meninggalkan Firaun 

yang telah membesarkannya.  

Ketika diberitahukan kepada raja Mesir bahwa bangsa itu telah lari, 

maka berubalah hati Firaun dan pegawai pegawainya terhadap bangsa 

itu, dan berkatalah mereka, “Apakah yang telah kita perbuat ini, kita 

membiarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita? Kemudian dia 

memasang keretanya dan membawa serta rakyatnya. Demikianlah 

Tuhan mengeraskan hati Firaun, raja Mesir itu, sehingga ia mengejar 

orang Israel.  Dan mencapai mereka pada saat mereka berkemah di tepi 

laut, dekat Pi-Hahirot di depan Baal Zefon.   

                                                                 

 

Ketika Firaun telah dekat orang Israel menoleh, maka tampaklah 

orang Mesir bergerak menyusul mereka. Orang Israel sangat ketakutan 

dan berseruh kepada Tuhan, dan berkata kepada Musa, “ apakah yang 

kamu perbuat terhadap kami dengan membawa kami keluar dari 

Mesir?.......... Berkatalah Musa kepada bangsa Israel itu, “ janganlah 

takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan 

diberikannya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat 

hari ini, tidak akan kamu lagi untuk selama-lamanya. Tuhan akan 

berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.32 Seketika itu Allah 

menenggelamkan Firaun ke dasar laut dan menyelamatkan Musa serta 

kaumnya. 

Orang orang Israel lantas berkelana di padang gurun, di mana 

Tuhan mencukupi mereka dengan manna (roti) dan daging (dari 

sejenis burung). Namun orang orang Israel mengeluh sebab  tidak 

memiliki sayuran dan buah-buahan untuk dimakan. 

Pada awal pengembaraannya di padang gurun, orang-orang Israel 

mengirimkan mata-mata ke Palestina untuk menjajaki lawan potensial 

mereka. Setelah kembali, semua mata-mata menyatakan bahwa 

warga  kota tersebut terlalu kuat bagi orang orang Israel yang 

mencoba bergerak maju ke Palestina. Sebagai hukuman atas kurangnya 

keimanan mereka, Tuhan menjadikan orang-orang Israel berkelana 

kembali di padang gurun selama 40 tahun berikutnya. Dalam 

pengembaraan tersebut, Nabi Musa memulihkan kehausan orang orang 

Israel dengan memukul sebongkah batu dengan tongkatnya, 

menyebabkan air memancar keluar atas isin Allah. Juga dalam 

                                                                 

32

 Keluaran 14; 5-14. 

35   

 

 

pengembaraan ini, Nabi Musa dipanggil ke atas sebuah gunung di 

mana Tuhan memberikan The Ten Commandement dan undang undang 

Mosaic lainnya kepada bangsanya, yang berlaku sebagai kerangka 

kerja bagi demokrasi dan ketata negaraan Yahudi kelak di kemudian 

hari. Sesudah menyempurnakan misinya, Musa wafat tanpa 

menginjakkan kakinya ke tanah perjanjian. Wafatnya Musa adalah 

sebuah misteri dan kuburnya tetaplah tidak diketahui33. 

Apakah orang orang Hebrew yang meninggalkan Ur bersama 

Abraham di tahun 2000 SM. Dan orang orang Hebrew yang  

memasuki Mesir dibawa Yusuf di tahun 1600 SM. adalah bangsa yang 

sama dengan orang orang Israel yang dipimpin keluar dari Mesir oleh 

Musa  di tahun 1200 SM. Apakah orang orang Israel yang keluar dari 

Mesir adalah keturunan Abraham, Isaac dan Yakub? Di dalam 

Genesis, kitab yang mengetengahkan sejarah mereka sebelum 

masuknya mereka ke Mesir, bahwa bangsa Yahudi, dengan satu 

pengecualian, disebut sebagai bangsa Hebrew, bukan sebagai bangsa 

Israel. Sesudah exodus mereka dari Mesir dan di dalam kitab kitab 

Moses lainnya, acapkali bangsa Yahudi disebut sebagai bangsa Israel, 

sangat jarang sebagai bangsa Hebrew, dan  bangsa paganlah  yang 

menyebut bangsa Yahudi sebagai bangsa Hebrew, sedangkan bangsa 

Yahudi biasanya menyebut diri mereka sendiri sebagai bangsa Israel. 

                                                                 

33

 . Lihat kisah Musa  Q.S  2;51-61;5; 20-26; 7; 104-156; 10; 75-92; 11;96-97; 

101-103; 19; 51-53; 20;9-73,77-98; 23; 45-48; 26;10-66; 28;7-39; 43;46-56;  51; 38-

40 dan 79; 15-24.  Keluaran 2; 1-4; 17; 5; 1-14; 31; 16 4-35; 17; 1-7; 31;18-32; 35; 

Bilangan 11; 1-9, 31-32; 13;1-14;10, 26-34; 20; 1-11; dan Ulangan 9; 8-29. 

 

 

36 

 

 

BAB KETIGA 

 

 

Sejarah Akidah Bangsa Israel 

A. FASE LELUHUR 

Yang dimaksud leluhur adalah tokoh-tokoh yang mendahului Musa 

as. Di antara leluhur yang terkenal adalah Ibrahim as. Ishak as, Ya'kub 

as, dan anak-anaknya yang merupakan asal usul bani Israel. Sosok 

Ibrahim dianggap sebagai sosok religius yang utama pada periode para 

leluhur. Dia adalah orang yang menerima wahyu Tuhan dan 

menjunjung tinggi perintah-perintah Tuhan dalam bentuk ketaatan 

yang sempurna dan juga yang menerima janji Tuhan yang tertentu bagi 

nasib masa depan bangsa Israel. Ibrahimlah yang pertama kali 

meninggalkan penyembahan berhala-berhala sebab  mengakui Tuhan 

yang satu. 

Sejarawan Yahudi memasukkan Adam dan Nuh, masuk dalam 

kelompok ini, sebagaimana termuat dalam kitab Kejadian. namun  yang 

menjadi fokus pembicaraan disini adalah Ibrahim dan Ishak kemudian 

Ya'kub, sejarawan menyudahinya dengan Musa. Dalam 

perkembangannya kepercayaan bangsa Israel mengalami perubahan. 

B. FASE  POLITEISME-PAGANISME 

Sosok sentral pada masa leluhur adalah sosok Ibrahim yang 

dikaitkan dengannya dengan masa sebuah Agama tersendiri yang 

menjadi permulaan sejarah dan agama Israel kuno pada masa ini 

37 

 

 

adalah awal perjanjian-perjanjian agama yang banyak diputuskan 

dengan Tuhan yang disebut Yahwe (El-Elyon, El-Olan, El-Shaddai 

dan El-Bethel). Penamaan Yahwe adalah penamaan yang datang 

kemudian sekaligus menjadi penyembahan mutlak terhadapnya. 

Kepercayaan para leluhur ini adalah kepercayaan monoteisme yang 

sederhana, dan tidak rumit dan didominasi oleh karakter nomaden. 

Kepercayaan tersebut tidak mengandung keyakinan yang integral, dan 

kosep kepercayaan satu-satunya adalah konsep Tauhid. Namun Tauhid 

tersebut tidak dimulai dengan Tauhid yang murni namun  Tauhid yang 

mencari jalannya di tengah-tengah sistem multi Tuhan. Fokus 

penyembahan Yahwe hanya dikenal pada masa Musa.1 

Dengan demikian kepercayaan dasar orang-orang Ibrani adalah 

Politeisme-paganisme. Tidak muncul tanda-tanda monotheime kecuali 

di tangan sebagian leluhur, di antaranya Ibrahim yang dianggap 

masanya sebagai masa permulaan Tauhid dan permulaan sejarah 

agama Tauhid, sementara fase-fase yang mendahuluinya adalah 

sebagai fase Politeisme-paganisme yang hampa dari keyakinan yang 

sistematis dan hampa dari syariat  yang mengatur kehidupan orang-

orang Ibrani pada waktu itu. Kepercayaan hanya bersandar kepada 

tradisi kesukuan nomaden. Ibadah mereka sederhana dan sedikit 

ritualnya, mereka tidak mentolerir berdirinya rumah-rumah atau kuil-

kuil yang permanen sebagai tempat peribadatan. 

 

 

 

C. FASE MONOTEISME 

Pada masa Musa adalah masa penyadaran kepada wahyu yang 

tertulis sebagai sumber utama bagi akidah dan syariat, berlangsung 

pula pengenalan terhadap Yahwe dalam bentuk yang jelas. Sebagian 

sejarawan menegaskan bahwa penyembahan kepada Yahwe telah 

dikenal di semenanjung Sinai di kalangan beberapa orang Arab disana. 

Khususnya dikalangan warga  Madyan, saat itu Musa telah 

mengenal Tuhan Yahwe melalui Yetro (Syu'aib) yang putrinya 

dinikahi oleh Musa. 

Di dalam Taurat,2 menegaskan hal tersebut bahwa Yetro adalah 

seorang Imam penyembah Yahwe serta selalu mempersembahkan 

kurban kepadaNya. Bebarapa peneliti menegaskan bahwa Yahwe 

adalah Tuhan nenek moyang Musa dan beliau menjadikanNya sebagai 

Tuhan resmi bagi para pengikutnya. 

Keyakinan yang mengkristal masa ini adalah keyakinan Tauhid, 

yang khusus bagi bani Israel. Hal tersebut sebab  terdapat syarat-syarat 

kepada adanya Tuhan-tuhan lain bagi kaum yang lain selain bangsa 

Israel. Ketika Nabi Musa membebaskan bangsa Israel dari perbudakan 

Mesir Kuno, kemudian membawa pengikut-pengikutnya ke lembah 

Bukit Sinai (Turisinina). Musa menunjukkan kepada mereka dua buah 

papan yang bertuliskan 10 Perintah Tuhan yang disebut oleh orang 

Kristen "Ten Comandements"  Tuhan menuliskan dengan tanganNya 

sendiri di kedua sisi dua Lauh (dua lauh asy-syagadah) artinya 

Sepuluh Firman Tuhan itu  merupakan tulisan yang terbaca dan bukan 

                                                                 

2

Kitab Keluaran 18.10-12 

39 

 

 

kalimat yang terdengar. Hal itu didasarkan pada teks yang 

disebutkan sebagai berikut:3 

1. Saya adalah Tuhanmu yang kamu sembah, yang telah membawa 

kamu keluar dari Tanah Mesir, keluar dari rumah belenggu, kau 

tidak mempunyai Tuhan selain Aku. 

2. Kamu tidak boleh membuat persamaan atau mencemarkan segala 

sesuatu yang ada di langit sebelah atas, atau di atas bumi atau apa-

apa yang ada dalam air, di bawah bumi, dengan Tuhan. 

3. Kamu tidak boleh menyia-nyiakan nama Tuhanmu 

4. Ingatlah hari sabath, untuk di sucikannya. 

5. Hormatilah ayah ibumu. 

6. Kamu dilarang membunuh. 

7. Kamu dilarang mencuri. 

8. Kamu dilarang bersaksi palsu. 

9. Kamu dilarang berbuat zina. 

10. Kamu dilarang bernafsu lobah tamak terhadap milik orang lain. 

Kemudian Ten Commandement ini dijadikan inti ajaran kitab 

Taurat dan dijadikan sumber hukum Yahudi serta kepercayaan dan 

etikanya. Dengan comandement ini pula orang Yahudi telah 

membuang faham agama bangsa primitif. Berbeda dengan 

menggunakan Decalogue biasanya digunakan dalam Perjanjian Lama 

 jumlahnya cukup banyak dan beragam. Meskipun kedua istilah itu 

sering digunakan  untuk pengertian yang hampir sama. 

Untuk pertama kalinya juga berlangsung penetapan karakter 

khusus bagi sifat Tuhan. Di antara unsur-unsur terpentingnya adalah 

                                                                 

3

Kitab Keluaran 21;18 dan 22:15-16 

40 

 

 

bahwa Tuhan tidak mungkin dapat diilustrasikan atau dijelaskan dalam 

bentuk apapun, sebagaimana yang dipraktekkan para penganut 

paganisme terhadap tuhan-tuhan mereka. 

Mukaddimah perintah yang sepuluh, dalam Kitab Keluaran 

mengingatkan  orang-orang Israel kepada perbuatan Tuhan  yang telah 

berlangsung dalam sejarah, yaitu membebaskan orang-orang Israel dari 

perbudakan bangsa Mesir. “Akulah Tuhan, Allahmu yang membawa 

engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.”4 

Dalam doktrin berikutnya dalam Ten Comandement disebutkan 

sifat Penting dan asasi yaitu sifat akhlak Tuhan. Yang tidak dikenal 

pada periode sebelumnya. “Sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah 

yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapak kepada anak-

anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang 

yang membenci Aku, namun  Aku menunjukkan kasih setia kepada 

beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang 

berpegang pada perintah-perintah Ku."5 

Hal tersebut mengisyaratkan makna yang tidak langsung 

menunjukkan pahala dan siksa sehingga membuat perintah-perintah 

moral selanjutnya menjadi perkara yang logis. Tuhan adalah pemilik 

perintah doktrinal dan moral yang wajib ditaati yang membuahkan 

pahala, sedangkan yang tidak mentaati pasti mengakibatkan siksa  di 

sinilah muncul ketaatan sebagai dasar bagi hubungan antara Tuhan 

yang mencipta dengan hamba yang diciptakan untuk menjalankan 

perintah-perintah ini. 

                                                                 

4

Kitab Keluaran 20:2. 

5

Kitab Keluaran 20;5 

41 

 

 

Dalam perintah pertama terdapat teks doktrinal lain yang 

menegaskan satu sifat dasar Tuhan,  yaitu sifat tauhid (esa), "Jangan 

ada padamu Allah lain dari hadapanKu."6 Sesudah perintah doktrinal 

tersusun pula perintah Akhlak sebagai berikut: 

“Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah 

yang diberikan Tuhan, Allahmu kepadamu, janganlah membunuh, 

jangan berzina, jangan mencuri,