unuh pamannya,
kemudian ia kembali kepada keluarganya. Ketika datang waktu pagi,
seolah-olah ia mencarai pamannya dan seolah-olah ia tidak
mengetahui dimana pamannya itu berada, dan berkata, “Kalian
membunuh pamanku, bayarlah diyatnya.” Kemudian ia menangis
sambal melempar-lemparkan tanah keatas kepalanya dan berteriak,
“Wahai Paman!” lalu ia melaporkan persoalannya kepada Nabi Musa,
dan Nabi Musa menetapkan diyat bagi pedagang tersebut. Mereka
berkata kepada Nabi Musa, “Wahai Rasulullah, berdoalah engkau
kepada Allah, mudah-mudahan Allah memberi petunjuk kepada kita,
siapa yang melakukan hal ini, nanti keputusannya diberikan kepada si
pelaku. Demi Allah, sesungguhnya membayar diyat itu bagi kami
adalah sangat mudah, akan tetapi kami sangat malu dengan perbuatan
tersebut.” Peristiwa itu dinyatakan Allah dalam Al-Quran:
ََْۚ ُّْٛ
ُْ رَ ْىزُ
زُ
ٌط َِّب ُوْٕ
ِ
ُ ُِ ْشغ
ُْ فِ َٙ١ْب َٚ ّّللا ٰ
َع ْءرُ
ٰ
اسب فَب ّص
ُْ َٔفْ
زُ
ْ
لَزٍَ
َٚ ٦ٕ اِطْ
Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seseorang, lalu kamu tuduhmenuduh tentang itu. Tetapi Allah menyingkapkan apa yang kamu
sembunyikan. (Al-Baqarah/2:72)
Berkenaan dengan kisah di atas Al-Hafidzh Ibn Katsir berkata, “kisah
tersebut diriwayatkan dari „Ubaidah, Abu Al-„Aliyah, As-Suddi dan
yang lainnya dengan sedikit perbedaan redaksi. Namun yang jelas
kisah tersebut diambil dari kitab-kitab Bani Israil dan dia itu termasuk
kisah Isrâîliyyât yang boleh diriwayatkannya, namun tidak boleh
dibenarkan dan didustakan, karena kisah Isrâîliyyât tidak bisa dijadikan pegangan kecuali jika sesuai dengan syariat kita yang dapat
diyakini kebenrannya. Allah lah yang lebih mengetahuinya.
31
C. Hukum Meriwayatkan Isrâîliyyât
1. Hukum yang membolehkan
Ayat-ayat Al-Quran ada yang menunjukkan kebolehan
mengembalikan persoalan kepada kitab Taurat dan memutuskan hukum
dengannya. Allah telah berfirman dalam Al-Quran:
32
َٕبٓ
ْ
َؼٌ
أَْ
َذ فِ ْٟ َش ٍّه َِِّّّبٓ
فَبِ َذ ُّك ْْ ُوْٕ
ْ
َء َن اٌ
ۤ
َت ِِ ْٓ لَ ْجٍِ َهَۚ ٌَمَ ْض َجب
ٰ
ِىز
ْ
َغ ُء ْٚ َْ اٌ
ِظ٠ْ َٓ َ٠مْ
َّ
ًِ اٌ
َ
١ْ َه فَ ْسـ
اٌَِ
ََۙٓ ٠ْ
ِ
ُّّْزَغ
ْ
ِِ ٣ٗ ْٓ َّعثِّ َه فَ َّل رَ ُىَْٔٛ َّٓ ِِ َٓ اٌ
Maka jika engkau (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang
apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang
yang membaca kitab sebelummu. Sungguh, telah datang kebenaran
kepadamu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk
orang yang ragu. (Yûnus/10:94).
ِ
َّّلل ٰ
ب
ِ
ٰٝ ث
ًْ َوف
ْس َذ ُِ ْغ َساّل لُ
ِظ٠ْ َٓ َوفَ ُغ ْٚا ٌَ
َّ
ْٛ ُي اٌ
َٚ ِت َ٠مُ
ٰ
ِىز
ْ
ُُ اٌ
ْ
َضٖٗ ِػٍ
َٚ َِ ْٓ ِػْٕ
ثَ ِٕ١ْ ْٟ َٚثَ َٕ١ْ ُىَُْۙ
ْۢ
َش ١ِْٙ اضا
ࣖ ٖٗ
Dan orang-orang kafir berkata, “Engkau (Muhammad) bukanlah
seorang Rasul.” Katakanlah, “Cukuplah Allah dan orang yang
menguasai ilmu Al-Kitab menjadi saksi antara aku dan kamu.”
(Ar-Ra‟du/13:43).
Ibnu Jarir Ath-Thabari berkata, “Yang dimaksud dengan yang
mempunyai ilmu Al-Kitab menurut pendapat mayoritas ahli tafsir
diantaranya Ibn „Abbas R.A adalah setiap Ahli Kitab yang mempunyai
ilmu Taurat dan Injil dari kalangan Yahudi dan Nasrani.
Itu semua menunjukkan kebolehan menanyakan suatu masalah
kepada Ahli Kitab dan logikanya tentu kita boleh meriwayatkan kisahkisah Isrâîliyyât dari mereka.33
ػٓ ػجض ّللا ثٓ ػّغٚ ثٓ اٌؼبص -عػٟ ّللا ػّٕٙب- لبي: لبي عسٛي ّللا -طٍٝ ّللا
َّٟ
ْس َغائ١ِ ًَ َََٚل َد َغ َط َٚ َِ ْٓ َوَظ َة َػٍَ
ِ
ُٛا َػ ْٓ ثَِٕٟ إ
َٚ َدِّضص
ْٛ آَ٠خا
ِّ ُغٛا َػِّٕٟ ٌََٚ
ػٗ١ٍ ٚس:ٍُ ثٍَ
بع
َؼَضُٖ ِِ َٓ إٌَّ
َِمْ
ْ
َ١زَجَ َّٛأ
ْ
ُِزَ ، (عٚاٖ اإلِبَ أدّض ٚاٌجشبعٞ ٚاٌزغِظٞ). َؼِّّاضا فٍَ
ٖٗ
Dari Abdullah bin Amr R.A ia mengatakan bahwa Nabi SAW telah
bersabda, “sampaikanlah olehmu apa yang kalian dapat dariku
walaupun satu ayat. Barangsiapa yang sengaja berbohong kepadaku,
maka bersipalah dirinya untuk mendapatkan tempat di dalam neraka
(H.R. Ahmad. Bukhari. Tirmidzi).
Hadits di atas dengan tegas menjelaskan bahwa kita umat Islam
dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Untuk menceritakan Bani Israil dan
dinyatakan bahwa hal itu tidak dosa. Dengan demikian berarti kita
boleh meriwayatkan kisah-kisah Isrâîliyyât.
35 Ibnu Katsir menyebut
hadits itu dalam mukadimah tafsir sebagi dalil bolehnya berbicara
tentang mereka, tentang masalah yang tidak didustakan dalam agama
kita. 36
2. Hukum yang melarang
Al-Quran sendiri sudah membuka kedok Ahli Kitab secara umum
orang Yahudi dan secara Khusus, bahwa mereka telah mengubah kitabkitab mereka dan mengatakan terhadap Allah tanpa dilandasi ilmu.
Bahkan sebagian mereka ada yang difirmankan Allah.
ُْ َ٠ ْس َُّؼْٛ َْ َو
٠ْ ٌك ُِِّْٕٙ
ِ
ْٛا ٌَ ُىُْ َٚلَ ْض َوب َْ فَغ
ْط َُّؼْٛ َْ اَ ْْ ُّ٠ ْؤ ُِِٕ
َِ ا ب َفَزَ
ثَ ْؼِض
ْۢ ْٓ ِِ َْٗٗٔٛ
َُّ ُ٠ َذ ِّغفُ
ُ
ِ ص
ّّللا ٰ
َ
َّلَ
َْ ُّْٛ
ُْ َ٠ ْؼٍَ
َُ٘ٚ ُْٖٛ
َػ
Maka apakah kamu (Muslimin) sangat mengharapkan mereka akan
percaya kepadamu, sedangkan segolongan dari mereka mendengar
firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya,
padahal mereka mengetahuinya? (Al-Baqarah/2:75).
َْ ْٛ
ُّٕ
ََّل َ٠ظُ
ُْ اِ
ُ٘ ْْ
َِبِٔ َّٟ َٚاِ
ََّلٓ اَ
َت اِ
ٰ
ِىز
ْ
ُّْٛ َْ اٌ
ُّ١ِِّ ْٛ َْ ََل َ٠ ْؼٍَ
ُ
ُْ ا
ْىزُجُ ْٛ َْ َٚ ِِٕ ٦١ ُْٙ
ِظ٠ْ َٓ َ٠
َّ
ٍ
ِّ
ٌ ًٌ ٠َْٛ
فَ
ْٛ َْ ٰ٘ َظا ِِ ْٓ
ُ
ٌْٛ
َُّ َ٠مُ
ُ
ُِْٙ ص
٠ْ ِض٠ْ
بَ
ِ
َت ث
ٰ
ِىز
ِٙ اٌ ُْ ْ
٠ْ ِض٠ْ
ْذ اَ
ُْ َِِّّّب َوزَجَ
ُٙ
َّ
ٌ ًٌ ٠َْٛ
َّٕاب لٍَِ ١ْ اّل فَ
ِ ٖٗ صَ
ْشزَ ُغ ْٚا ث
َ١ٌِ ِ
ِض ّّللا ٰ
ِػْٕ
ْى ِسجُ ْٛ َْ
ُْ َِِّّّب َ٠
ُٙ
َّ
ٌ ًٌ ٠ْ ٦٣ َٚ َٚ
78. Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak memahami Kitab
(Taurat), kecuali hanya berangan-angan dan mereka hanya mendugaduga. 79. Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan
tangan mereka (sendiri), kemudian berkata, “Ini dari Allah,” (dengan
maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah
mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena
apa yang mereka perbuat. (Al-Baqarah/2:78-79).
Masih banyak ayat-ayat lain yang berisi keburukan sifat mereka
yang diungkapkan Allah.37
Dari Abu Huraira R.A telah berkata, “Sesungguhnya Ahli Kitab itu
membaca kitab Taurat dengan bahasa Ibarani dan mentafsirkannya
untuk umat Islam dengan Bahasa Arab.” Lalu Rasulullah SAW
Bersabda:
ب
ََِّٕ
ُٛا آ
،ُْ ٚ }لٌُٛ
ثُُ٘ٛ
ِىزَب ِة، َََٚل ر َىظِّ
ْ
ْ٘ ًَ اٌ
َ
َٕ١ْب{ ... " )عٚاٖ َظّضلُٛا أ
ٌَ
ِ
َي إ
ِ "ََل رُ
ْٔؼ
ُ
ََّّللِ َٚ َِب أ
ب
ِ
ث
ٖ١ اٌجشبعٞ(
“Janganlah kamu membenarkan (berita-berita yang dibawa) Ahli kitab
dan jangan pula mendustakannya, tetapi katakanlah, kami beriman
kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami…”
(HR. Al-Bukhari).
Hadits ini dapat memberikan pengertian hilangnya kepercayaan
terhadap apa yang diriwayatkan oleh Ahli Kitab tentang kitab Taurat.
Sesuatu yang tidak dapat dipercaya, tentu tidak boleh pula
meriwayatkanya.39
D. Masuknya Isrâîliyyât Dalam Tafsir
Sejarah masuknya Isrâîliyyât ke dalam agama Islam berkaitan erat
dengan masuknya agama Yahudi ke wilayah Jazirah Arab. Jauh sebelum
datangnya agama Islam.40 Sebelum Islam datang, ada satu golongan yang
disebut dengan kaum Yahudi, yaitu kelompok kaum yang dikenal
mempunyai peradaban yang tinggi dibanding dengan bangsa Arab pada
waktu itu.41
Sejak tahun 70 M terjadi imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke
Jazirah Arab karena adanya ancaman dan siksaan dari penguasa Romawi
yang bernama Titus. Mereka pindah bersama dengan kebudayaan yang
mereka ambil dari nabi dan ulama mereka. Mereka memiliki tempat yang
bernama Midras sebagai pusat pengajian kebudayaan warisan yang telah
mereka terima. Mereka juga menemukan tempat tertentu sebagai tempat
beribadah dan penyebaran agama mereka.42
Upaya untuk memahami pesan-pesan Al-Quran sudah dimulai sejak
masa Rasulullah SAW dimana beliau sendiri sebagai mubayyin
(penjelasnya). Pada masa ini tidak terdapat perbedaan dalam upaya
memahami kandungan makna ayat Al-Quran.43 Setelah Rasulullah wafat,
tidak seorang pun berhak menjadi penjelas wahyu Allah, dalam kondisi
seperti ini sahabat mencari sumber hadits. Apabila tidak menjumpai,
mereka berijtihad, riwayat Ahli Kitab juga menjadi rujukan.44
Sebagaimana masuknya riwayat-riwayat palsu ke dalam tafsir, masuk pula
banyak Isrâîliyyât, hal ini bermula sejak masa sahabat.
45
Permulaan masuknya Isrâîliyyât ke dalam tafsir adalah ketika para
sahabat ini berijtihad dengan keterangan-keterangan orang Yahudi dan
Nasrani yang menunjuk kepada kebenaran Nabi dan menguatkan
keterangan dalam menentang orang Yahudi. Akan tetapi yang disesali
sesudah lama masa berlalu beralih fungsi Israiliyyah dari fungsi ijtihâd
kepada fungsi takwil, takhrij dan tafsir sehingga memalingkan maksud
Al-Quran kepada riwayat itu.46 Inilah yang merupakan benih lahirnya
Isrâîliyyât.
47 Padahal sahabat juga menjaga diri terhadap Isrâîliyyât,
mereka tidak menanayakan kepada Ahli Kitab kecuali mengenai
penjelasan yang mubham dan mujmal, yang belum dikemukakan oleh
Rasulullah SAW. Mereka juga tidak menyibukan diri bertanya mengenai
hal-hal remeh yang lebih mirip dengan bermain-main.
48
Sejatinya kisah-kisah dalam Al-Quran tidaklah dimaksud sebagai
tujuan untuk mengungkapkan sejarah lengkap tentang umat baik
bangsanya maupun pribadi mereka, tapi sebagai i‟tibâr, pelajaran bagi
umat manusia. Tujuan utama dan paling penting ungkapan di dalam kisahkisah dalam Al-Quran adalah menjelaskan tentang sunnatullah yang
berlaku dalam masyarakat manusia.
49 Sedang Taurat dan Injil
mengemukakan secara panjang lebar dengan menjelaskan rincian dan
bagian-bagiannya.50
Yang harus kita sesali dari pertumbuhan tafsir ialah sikap sebagian
tabi‟in yang sangat besar perhatiannya kepada Isrâîliyyât dan
Nasrâniyyât.
51 Ketika tiba masa tabi‟in dan banyaknya pula Ahli Kitab
yang masuk Islam, maka tabi‟in banyak mengambil berita-berita dari
mereka. Kemudian perhatian dan atensi para mufassir sesudah tabi‟in
terhadap Isrâîliyyât semakin besar.52
Para tabi‟in meriwayatkan segala apa yang diterangkan sahabat
kepada tabi‟it-tabi‟in, kemudian datang pula thabaqat yang mengiringai
mereka, kemudian meriwayatkan apa yang diterima dari tabi‟in itu.
Demikianlah terus menerus berangsur-angsur dari thabaqat ke thabaqat
dan tiap-tiap thabaqat itu tetap menghubungi orang Nasrani dan Yahudi
yang masuk Islam.53
Penafsiran seperti itu terus berkembang sejalan dengan perkembangan
pemikiran manusia dan kebutuhannya akan urgensi Al-Quran sebagai
petunjuk bagi kehidupannya, sampai-sampai tanpa disadari bercampurlah
hadits-hadits shahih dengan Isrâîliyyât. Kehadiran Isrâîliyyât dalam
penafsiran Al-Quran itulah yang menjadi ajang polemik dikalangan para
ahli tafsir Al-Quran.
Begitulah Isrâîliyyât telah masuk ke dalam ilmu tafsir. Padahal, umat
Islam sebagaimana dikatakan Ibn Katsir tidak membutuhkan sedikitpun
hal-hal yang dimiliki Ahli kitab.
55
E. Penyebaran Isrâîliyyât Dalam Tafsir Serta Dampaknya
Telah banyak Isriliyyat dan Nasrâniyyât yang masuk tafsir. Hal ini
dipacu oleh masuknya banyak Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) ke dalam
Islam.56
Midras (Suatu tempat atau Lembaga yang mengkaji ajaran-ajaran
Yahudi) juga memegang peranan dalam penyebaran Isrâîliyyât. Para
sahabat seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab pun sering datang ke tempat
tersebut untuk mendengarkan apa yang sedang dibahas dimajelis tersebut
oleh para rahib dan pendeta Yahudi, meskipun kemudian berdakwah dan
mengajak mereka untuk masuk Islam.57
Riwayat yang berasal dari Ahli kitab jika sejalan maka akan tidak ada
alasan untuk mendustkannya, jika bertentangn dengan syariat tidak akan
dibenarkan, itulah sikap dipegang teguh sahabat. Tabi‟in telah bersikap
longgar dan berlebihan dalam mengambil dari Ahli Kitab, sehingga
Isrâîliyyât menjadi banyak sekali dalam tafsir.58 Para mufassir pada masa
itu juga sangat berbaik sangka kepada segala pemberitaan yang
menyampaikan khabar, mereka beranggapan bahwa orang yang sudah
masuk Islam tentu tidak mau berdusta.
Walaupun mereka telah masuk Islam, pemikiran mereka masih
menyimpan berita-berita yang tidak bertalian dengan ketentuan-ketentuan
syariat. Kemudian semacam ada dorongan bagi jiwa-jiwa umat Islam saat
itu untuk mendengarkan perincian yang diisyaratkan Al-Quran dari para
tokoh Yahudi dan Nasrani yang baru masuk Islam pada saat itu.60
Sekitar permulaan abad kedua hijriah, muncul periode awal kodifikasi
terhadap tafsir dan hadits secara khusus. Tafsir yang mula-mula masih
termasuk cabang dari ilmu hadits, memisahkan diri dan menjadi ilmu
tersendiri. Tafsir pada era ini masih berupa tafsir yang mengandalkan
riwayat (ma‟tsur). Semua hadits yang berhubungan dengan tafsir
dikumpulkan dan disadari atau tidak, Isrâîliyyât masuk ke dalamnya
hingga tercampur aduk dan tidak diketahui lagi kevalidan sebuah riwayat
Isrâîliyyât, mana yang berasal dari Nabi dan mana yang datang dari Ahli
Kitab. Akhirnya satu-satunya jalan untuk mengetahui keotentikan sebuah
riwayat adalah menyelidiki orang-orang yang meriwayatkan Hadits
(Al-Jarh wa Al-Ta‟dil).
61
Dalam kitab-kitab tafsir, kisah-kisah Isrâîliyyât ini sangat berlimpah,
dan kebanyakan di antaranya oleh para penukilnya tidak disebutkan
sumbernya dan tidak disebutkan orang yang membacakannya, sehingga
menimbulkan keraguan, serangan, cacian terhadap Islam dan Nabi SAW.62
Di samping itu, juga merusak akidah umat Islam, memberi kesan
bahwa Islam agama yang khurafat, takhayul dan menyesatkan. Sehingga
memalingkan perhatian umat Islam dalam mengkaji soal-soal keilmuan Islam,
63 dan keasyikan menikmati kisah-kisah Isrâîliyyât, misalnya: sibuk
dengan nama dan anjing Ashabul Kahfi, jenis kayu dari tongkat Nabi
Musa a.s, nama binatang yang ikut serta dalam perahu Nabi Nuh a.s dan
sebagainya. Perincian itu tidak dinamakan dalam Al-Quran karena
memang tidak bermanfaat.64 Seperti disebutkan dalam penjelasan
sebelumnya bahwa bukan itu tujuan Al-Quran.
Menurut Husain Adz-Dzahabi juga menghilangkan kepercayaan pada
ulama salaf, baik dari kalangan sahabat maupun tab‟in.65 Sehingga
menyebabkan ditinggalkannya banyak riwayat dari kaum salaf dan
riwayat-riwayat yang shahih dari mereka. Sebab keraguan telah
menghilangkan kepercayaan kita terhadap banyak riwayat dari mereka
karena sedikit sebab kelemahan, yang terkadang kenyataannya adalah
shahih.66
Dari uraian di atas jelaslah bahwa masuknya Isrâîliyyât, khususnya
pada masa tabi‟in dan sesudahnya, telah meghilangkan kepercayaan
kepada sejumlah besar kitab tafsir dan membawa konsekuensi munculnya
ketitik terhadap khazanh tafsir, muncul tuduhan negatif dan pengaitannya
kepada sebagian sahabat dan imam, serta menjadi kesempatan bagi musuh
Islam untuk melancarkan tuduhan miring, disamping banyaknya riwayat
shahih yang telah tercampur dengan berita-berita dusta tanpa pemilahan.67
Langkah alternatif bagi pemecahan masalah di atas, dilaksanakan oleh
orang yang hendak menafsirkan Al-Quran harus kritis dan selektif terhadap riwayat Isriliyyat atau dengan cara menyeleksi kitab-kitab tafsir
dari pengaruh atau susupan kisah Isriliiyat yang berbahaya itu.68
F. Tokoh yang Meriwayatkan Tentang Isrâîliyyât
1. Sahabat yang meriwayatkan Isrâîliyyât
Tersebar luasnya Isrâîliyyât di kalangan umat Islam, tidak
diragukan lagi merupakan peran dari beberapa tokoh Islam yang
banyak meriwayatkan cerita-cerita itu.
69 Tercatat beberapa nama
sahabat yang pernah menukil riwayat dari ahli kitab, di antaranya
adalah Abû Hurairah, „Abdullah bin „Abbâs, „Amr bin Al-„Ash,
„Abdullah bin Sallâm dan Tamîm Al-Dârî.
70
a. Abu Hurairah
Abu Hurairah datang ke Madinah lalu masuk Islam pada awal
tahun 7 Hijriyah, yaitu pada perang Khaibar.71 Abu Hurairah R.A
adalah nama gelar yang diberikan Rasulullah SAW. Semenjak ia
membawa kucing kecil dihadapan beliau, yang berarti “Bapak
kucing kecil”. Nama aslinya di zaman jahiliah Abdus Syamsi,
kemudian setelah masuk Islam, ia berganti nama Abdurrahman
As Shahri. Berkah doa Nabi SAW ia menjelma menjadi sosok
sahabat yang paling banyak merawikan hadits di antara kalangan
sahabat-sahabat Rasul. Ia dapat meriwayatkan sebanyak 5374 hadits
kepada Baqi bin Mukhlad
Ada faktor utama yang berperan besar menimbulkan kesulitan
bagi Abu Hurairah yang banyak menyampaikan hadits Nabi. Yaitu,
pada masa yang sama ada seorang yang bernama Ka‟ab Al-Ahbar,
seorang Yahudi yang masuk Islam, yang juga banyak
menyampaikan hadits Nabi. Namun, kaum muslimin tidak begitu
mempercayai hadits tersebut.73 Syu‟bah bin Hajjaj menuduh Abu
Hurairah telah meriwayatkan hadits dari Ka‟ab Al-Ahbar dan
menyatakan dari Rasulullah dan juga menuduhnya telah melakukan
tipu daya, namun di sanggah oleh Bisri bin Said.74 Ia meninggal
pada tahun 59 H. Di usia ke 78. Jasadnya dikuburkan di pemakaman
Baqi‟ bersama orang-orang shalih yang lain.75
b. „Abdullah bin „Abbâs
Dia adalah Abdullah Ibn Abbas ibn Abdul Muthalib ibn
Hasyim, sepupu Nabi SAW. Dia lahir 3 tahun sebelum hijrah. Dan
dia adalah “Sang Penafsir Al-Quran”. Nabi SAW telah berdoa
untuknya dengan mengucapkan, “Ya Allah, pandaikanlah dia dalam
agama dan ajarilah dia takwil.” (HR. Ahmad dan Thabrani).76 Ia
sangat pandai dan memiliki ilmu pengetahuan yang melimpah dan
juga sahabat muda yang sangat mencintai ilmu Al-Quran.77
Ibnu mas‟ud berkata: “sebaik-baik penafsir Al-Quran adalah
Ibnu „Abbas, karena keluasan ilmunya ia dijuluki “Sang Tinta” dan
“Sang Lautan.” Meskipun demikian para imam hadits yang mengetahui sanad dan cacat-cacat hadits telah mengkritik riwayat
Ibnu “Abbas dan jalan-jalannya darinya, mana yang berharga dan
tidak berharga, mana yang diterima dan tertolak, dan mana
Isrâîliyyât yang dinukilnya dari Ahli Kitab yang masuk Islam dan
mana yang dinukilnya dari mereka.78
c. „Amr bin Al-‟Ash
Sementara dari Abdullah bin Amru ibn Ash, telah diriwayatkan
banyak khabar dalam tafsir, terutama hal-hal yang berkaitan dengan
kisah para Nabi, berita bencana, kondisi hari kiamat. As-Syuyuti
berkata, “Khabar-khabar tersebut lebih menyerupai dengan apa yang
diriwayatkan dari Ahli Kitab, yaitu Isrâîliyyât.
79 Ulama telah
mengkritik semua itu, menjelaskan yang shahih dan cacat, diterima
dan ditolak.
80
d. Abdullah bin Sallam
Dia adalah Abu Yusuf Abdullah ibn salam ibn Harits, dari Bani
Qainuqa‟. Dia berasal dari keturunan Yusuf a.s. Nama Abdullah ibn
Salam pada masa jahiliyah adalah Hushain. Lalu Nabi SAW
menamakannya Abdullah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn
Majah. Dia adalah sekutu khazraj dari kaum Anshar. Dia masuk
Islam ketika pertama kali Nabi Saw tiba di Madinah.81 Abdullah ibn Salam adalah Yahudi yang paling alim dan putra dari Yahudi yang
paling alim, sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat shahih.
82
Ia juga salah seorang ulama sahabat setelah masuk Islam, salah
seorang ahli surga dan juga sahabat yang adil. Tidak seorangpun
ulama keritik hadits yang membicarakanhya kecuali penulis
kontemporer yang terpengaruh terhadap orientalis, walaupun kita
tidak menafikan bahwa Abdullah ibn Salam meriwaytkan sebagian
pengetahuan dari Ahli Kitab. Abdullah ibn Salam meriwayatkan
hadits dari Nabi SAW dan yang meriwayatkan hadits darinya adalah
kedua putranya -yusuf dan Muhammad-, Abu Hurairah, Abu Burdah
ibn Abu Musa Al-Asy‟ari, Atha‟ ibn Yasar, dan lainnya.
83 Ibnu jarir
juga banyak menisbatkan kepadanya dalam Tarikhnya.
84
e. Tamim Ad-Dari
Dia merupakan sahabat Rasulullah SAW, Abu Ruqayyah,
Tamim bin Aus bin Kharijah Al-Lakhmi Al Falistini. Tamim AdDari diutus sebagai delegasi pada tahun 9 hijriyah, lalu masuk Islam.
selain banyak meriwayatkan hadits, dia juga seorang ahli ibadah dan
banyak membaca Al-Quran. Ada yang mengatakan bahwa telah
ditemukan di atas permukaan kuburan Tamim Ad-dari bahwa dia
wafat tahun 40 Hijriyah.
Sementara dari kalangan tabi‟in terdapat nama-nama yang masyhur
sebagai periwayat Isrâîliyyât, seperti Ka‟ab Al-Ahbar dan Wahab bin
Munabbih.86
a. Ka‟ab Al-Ahbar
Nama aslinya adalah Abu Ishak Ka‟ab bin Mani Al-Humairi
yang terkenal dengan Ka‟ab Al-Ahbar karena pengetahuannya yang
dalam, ia berasal dari Yahudi Yaman yang memeluk Islam pada
masa Umar bin Khattab. Dalam perjuangan menegakkan Islam ia
turut berjuang menuju Syam bersama kaum muslimin lainnya.
Banyak cerita Isrâîliyyât yang dinisbatkan kepadanya. Riwayatriwayatnya diterima oleh Muawiyah, Abu Hurairah, Ibnu Abbas,
Malik bin Amir Al-Asbani, Atha bin Abi Rabbah, dan lain-lain.
87
Ka‟ab Al-Ahbar adalah orang yang mulia, riwayatnya terdapat
pada shahih Bukhari dan lainnya.88 Walaupun keistikhlafannya
menjadi perdebatan para ulama, bahkan ada yang meragukan
keagamaannya.89 Para ulama kritik hadits nyaris sepakat untuk
menganggap Ka‟ab sebagai orang tsiqah, di dalam kitab-kitab ia
tidak didapatkan termasuk orang-orang yang dhaif (lemah) dan
ditinggalkan.90 Adapun yang diriwayatkannya, ia tidak menisbatkan
riwayat itu kepada Nabi dan tidak mendustkan Rasul. Ia
meriwayatkan Isrâîliyyât dalam statusnya sebagai Isrâîliyyât, yang
kita tidak dituntut untuk membenarkannyb. Wahab bin Munabbih
Dia adalah Wahab bin Munabbih Ash- Shan‟ani Al-Yamani,
salah seorang Tabi‟in terbaik. Wahab bin Munabbih lahir pada akhir
masa kekhalifahan Usman R.A. dia menerima Riwayat dari Abu
Hurairah, Abu Said Al-khudri, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin
Umar dan lainnya.92 Ia juga termasuk tabi‟in yang tsiqah dan luas
Ilmunya.93
Ia banyak menukilkan riwayat dari Ahli Kitab, dan tampaknya
ia memiliki Ilmu Pengetahuan yang luas tentang kitab-kitab umat
terdahulu, hikmah-hikmah dan kisah-kisah mereka. Dalam tafsir
Ibnu Katsir banyak menukilkan dari Wahab riwayat-riwayat yang
banyak sekali, dan menetapkannya termasuk bagian dari Isrâîliyyât.
Yang disayangkan ia telah menjadi salah satu perantara orang yang
menukilkan Isrâîliyyât dan kisah- kisah yang batil kepada kaum
muslimin dan meletakannya pada tafsir, sedangkan Al-Quran
tebebas darinya. Namun ia tidak mengarang semua itu dan mengadaadakannya dari dirinya sendiri.94
3. Tabi‟in-tabi‟in yang meriwayatkan Isrâîliyyât
Sementara generasi Tabi‟-tabi‟in yang terkenal meriwayatkan
Isrâîliyyât adalah Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij dan Muqatil
Bin Sulaiman.
95
a. Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij
Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij adalah berbangsa
Romawi yang beragama Nasrani, kemudian memeluk Islam. di
antara ulama ada yang menuduh bahwa Ibnu Juraij ini turut
memalsukan hadits dan pernah menikah mut‟ah sebanyak 90 kali.
96
Ia menjadi salah seorang ulama dan ahli hadits di Mekkah. Dia
termasuk orang yang pertama kali membukukan hadits dan menulis
buku. Para ulama berselisih pendapat tentangnya.
97
b. Muqatil Bin Sulaiman
Muqatil bin Sulaiman (w. 150 H). Abu Hatim berkata mengenai
dirinya bahwa beliau mengambil ilmu-ilmunya tentang Al-Quran
dari Kaum Yahudi dan Nasarani dan menjadikannya sejalan dengan
apa yang ada di dalam kitab-kitab mereka.98 Al-Khalili berkata,
“Adapun tafsir Muqatil bin Sulaiman, Muqatil sendiri dianggap
dhaif oleh para ulama. Dan ia pernah bertemu dengan para pembesar
tabi‟in. sementara Syafi‟i memberikan isyarat bahwa tafsirnya baik
untuk dijadikan hujah.
99
Adapun orang yang paling luas dalam mengemukakan kisahkisah Isrâîliyyât adalah Ahamad bin Muhammad bin Ibrahim
Atsa‟laby An-Nisabury pengarang kitab tafsir Al-Kabir.100 Mufasir
yang sekedar melansir periwayatan Isrâîliyyât tanpa mengkritisinya,
seperti Al-Husain ibn Mas‟ud Al-Baghawi (w. 516 H) penulis kita Ma‟alim At-Tanzîl dan Ali ibn Muhammad Al-Baghdadi yang
dikenal dengan sebutan Al-Khazin (w. 741 H), penulis kitab Lubâb
At-Tanwîl fî Ma‟ânî At-Tanzîl.101
G. Sikap Ulama Terhadap Isrâîliyyât
Dalam menafsirkan Al-Quran, seorang mufassir kerap tersandera oleh
pra-pemahaman dan latar belakang keilmuan serta ideologinya.
Akibatnya, ia tidak mampu “membunyikan” Al-Quran secara objektif.
Ketika objektivitas akan jauh panggang dari api. Walhasil, Al-Quran tidak
dapat lagi “berbicara” tentang dirinya, tapi semakin menjauh dari pesanpesan universalnya.102
Riwayat Isrâîliyyât identik dengan anggapan miring dari para
pemerhati dan pengkaji ilmu-ilmu Al-Qur‟an dan tafsir. Kendatipun
demikian, tidak semua ulama menolak mentah-mentah riwayat
Isrâîliyyât.
103
1. Ulama yang Menerima Periwayatan Isrâîliyyât
Imam Ahmad bin Hambal menyatakan:
ِ
ْس َغٞ اٌمِ َظ َٕ٠ْب ْض َٚ ا َع َطإ
بألُ
ِ
َٕب فَج
ْ
َسبٍَ٘
َؼبئِ ًَ رَ
َطا َع َٕ٠َْٚب فِٟ اٌفَ
ِ
َٚ إ
َِ َشَضْصَٔب
ْد َىب
فِٟ األَ
Dalam kami meriwayatkan tentang masalah hukum dalam Islam kami
sangat tegas, tetapi dalam hal yang berkenaan dengan keutamaan
akhlaq kami bersikap mudah, khususnya yang berkenaan dengan qisasqisas Isrâîliyyât.
Ahmad Muhammad Syakir mengomentari hal itu dalam bukunya,
Umdah At-Tafsir, dan berkata dengan amat baik, “Bolehnya mengambil
berita dari mereka (yang tidak ada dalil atas kebenaran dan dustanya
pada kita).104
Al-Biqa‟i dalam Al-Munâsabat berpendapat boleh mengambil
ayat-ayat dari kitab suci Ahli Kitab yang ada konfirmasinya dalam AlQuran. Al-Biqa‟i juga berpendapat bahwa kitab suci Ahli Kitab dapat
dijadikan pembuktian kebenran Al-Quran (yastadillu), dan bisa pula
untuk memperkuat ide penafsiran Al-Quran (yasta‟nisu).105
2. Ulama yang Menolak Periwayatan Isrâîliyyât
Al-Dahlawi (1114-1176) menilai bahwa pertanyaan sahabat
kepada ahli kitab mengenai cerita-cerita Isrâîliyyât adalah bagian dari
Tadyi‟al-qaqt (menyia-nyiakan waktu).
106
Imam As-Sayuthi sebagai ahli peneliti sejarah, mereka telah
melakukan penelitian, lalu mereka mengambil kesimpulan bahwa
kisah-kisah Isrâîliyyât itu tidak dapat diterima. Sebagai alasan mereka
menunjukkan pernyataan Ibnu Hambal yang mengatakan: Tiga faktor
yang tidak ada asalnya yaitu tafsir, kisah-kisah peperangan, sanjungan
pahlawan perang. Imam Ibnu Hambal mengemukakan, membicarakan
tafsir yang tiada asalnya yaitu tafsir Quran yang berhubungan dengan
dongeng-dongeng (legenda) serta cerita peperangan yang ditulis secara
Panjang lebar.107
Al-Qasimy dalam Mahsin At-Ta‟wil, berpendapat bahwa semua
Isrâîliyyât baik yang berasal dari kitab sucinya maupun bukan, tidak
bisa dipegangi. Karena adanya kebohongan dan pertentangan di
dalamnya.108
Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha dalam Tafsir
Al-Manâr, berpendapat bahwa Isrâîliyyât adalah semua riwayat Ahli
Kitab yang bukan berasal dari kitab sucinya, tapi dari dongengdongeng dan budayanya, oleh karenanya harus ditolak.
109 Rasyid Ridha
adalah seorang modernis yang sangat anti dengan segala hal yang
berbau mistik, takhayul, khurafat, dan sejenisnya, apalagi tentang
Isrâîliyyât.
110 Walaupun ia menyerang dengan pedas Mufassir yang
menghidangkan Isrâîliyyât. Terkadang Rasyid Ridha termasuk mufassir
yang terperangkap dalam situasi serupa dalam artian bahwa tanpa
disadari dia menampilkan kisah Isrâîliyyât dalam tafsirnya.111
Di kalangan ulama khalaf seperti Mustafa Al-Maraghi,
Muhammad Syaltut, Abu zahrah. Bagi Muhammad Syaltut Isrâîliyyât
hanya menghalangi umat Islam menemukan petunjuk Al-Quran,
kesibukan mempelajarinya telah memalingkan mereka dari intan dan
mutiara yang terkandung dalam Al-Quran. Abu Zahra mengatakan,
Isrâîliyyât harus dibuang karena tidak berguna dalam memahami AlQuran.112
Seperti yang penulis sudah sampaikan di atas, menurut Hamka
Isrâîliyyât itu adalah sebagai dinding yang menghambat orang dari
kebenaran Al-Quran. Kalau di dalam tafsir ini (Tafsir Al-Azhar) ada kita bawakan riwayat-riwayat Isrâîliyyât, tidak lain ialah untuk
peringatan saja.113
3. Ulama yang Men-tawaquf-kan Periwayatan Isrâîliyyât/ menerima
dengan Syarat.
Sebagaian dari cerita-cerita Isrâîliyyât ada yang tidak diketahui
status kebenaran dan kedustaanya karena tidak ada dalil yang/ajaran
agama yang menegaskan kebenaran atau kedustaaan riwayat tersebut.
Maka, Fayed dan Muhammad Husyam Adz-Dzahabi (1915-1977)
berpendapat tidak boleh meriwayatkan Isrâîliyyât jenis ini, dan lebih
baik men-tawaquf-kannya (membiarkanya) seraya mengatakan, “kami
beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami”.114
Adz-Dzahabi dalam At-Tafsir Al- mufassirûn, membagi Isrâîliyyât
menjadi 3, pertama: yang ada konfirmasinya dengan hukum syara‟
(diterima), kedua: yang bertentangan dengan syara‟ dan akal sehat
(ditolak), ketiga: di luar kedua hal diatas (ditawaqufkan).
115
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari berpendapat bahwa Isrâîliyyât yang
sesuai dengan syara‟ dapat diterima, yang bertentangan dengan syara
harus ditolak, sedangkan yang bersifat muhtamal harus bersifat
tawaquf. Ibnu Hajar sama seperti golongan salaf yang banyak
menggunkan Isrâîliyyât.
Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Quran Al-Adzhîm berpendapat ada 3
macam Isrâîliyyât, pertama: Yang diterima, karena kebenarannya ada
konfirmasi dalam syari‟at. Kedua: Yang ditolak, karena kesalahannya dikonfirmasi oleh syari‟at. Ketiga: Yang tidak diterima dan juga tidak
di tolak, tapi boleh diriwayatkan dengan menyebut statusnya.
Ibnu Arabi dalam Ahkâm Al-Quran berpendapat, pertama: jika
Isrâîliyyât menyangkut hukum syara‟ maka dilarang menerimanya,
kedua; jika Isrâîliyyât menyangkut cerita mengenai bukan Ahli Kitab
sendiri bisa diterima, ketiga: cerita mengenai bukan Ahli Kitab perlu
diperiksa perawinya dan apakah positif bagi Islam atau tidak.
Ibnu Taimiyah dalam Muqaddimah Fi Ushul At-Tafsir,
mengatakan segala riwayat dari Ahli Kitab termasuk kitab sucinya, bila
tidak ada bukti kebathilannya kita harus bertawaquf menerimanya,
sedangkan apabila ada bukti kebathilan kita harus menolaknya.
Deskripsi Kisah Isa a.s
Kata (ٝسَ ١ػِ ( Isa terambil dari bahasa Ibrani, yaitu (عٛس٠ (Yasû‟ atau
(عٛش٠ (Yasyû‟ yang dilafalkan oleh lidah Arab dengan Isa karena kata
aslinya berat mereka ucapkan.
1 Bahasa Ibrani dan Arab adalah serumpun
dari bahasa Samy (Samiet). Dalam bahasa Yunani disebut Yezuz.2
Isa adalah nama salah satu nabi dan rasul Allah. Nama Isa disebut
dalam Al-Quran tidak kurang dari 24 kali. Nabi Isa adalah putra Maryam
binti Imran3
. Ia tidak memiliki ayah karena Maryam hamil tanpa melalui
berhubungan dengan laki-laki.4 Maryam bukan perempuan biasa, Dia
berasal dari keluarga baik dan diasuh oleh keluarga terhormat pula. Allah
mempersiapkannya untuk menjadi ibu seorang nabi.5
Ditegaskan pula bahwa Isa Al-Masih bukan Tuhan, bukan anak Tuhan
dan bukan oknum ketiga atau salah satu dari oknum Tuhan.
6 Al-Quran
juga menegaskan bahwa Isa tidak dibunuh dan tidak disalib, tetapi yang
mereka bunuh adalah orang yang diserupakan oleh Isa.Hikmah Dari Kisah Isa a.s
Apa yang Allah kisahkan kepada kita sebagaimana yang disebut
dalam Al-Quran adalah sebaik-baik Kisah.8
َظ ِض
مَ
ْ
ْد َس َٓ اٌ
١ْ َه اَ
ُّض َػٍَ
َٔ ْذ ُٓ َٔم ... ٖ ُ
“Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) sebaik-baik kisah…
(Yusûf/12:3)
Tujuan terpenting dari kisah dan bahkan menduduki sebagai tujuan
utama menurut Al-Quran adalah meringankan beban jiwa atau tekanan
jiwa para nabi dan orang-orang yang beriman. Dengan kisah-kisah
demikian diharapkan agar jiwa-jiwa mereka tenang dan tetap tegar
sehingga tidak meninggalkan dakwah Islam walaupun menghadapi banyak
rintangan dan cobaan.9
Maka hikmah kisah Nabi Isa di dalam Al-Quran di antaranya ialah,
membuktikan kenabian Nabi Muhammad SAW, bahwa ia mengetahui
berita ghaib, tidak diterima dari orang lain, tetapi diwahyukan langsung
kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian di tekankan lagi peringatan
Allah akan kesucian Maryam, yang langsung diberitakan kepada Nabi
Muhammad SAW. Dan dikatakan bahwa engkau (Muhammad) wahai
utusan-Ku, tidak hadir dalam perundingan itu dan tidak di dekat mereka
ketika mereka berbantahan, berebut Maryam karena sayang kepada anak
itu.10 tetapi Nabi Muhammad dapat menceritakan berita itu dengan sebaikbaik berita, karena itu semua adalah firman Allah.
Hikmah selanjutnya keterangan dari Nabi Isa Al-Masih sendiri bahwa
beliau adalah utusan Allah kepada Bani Israil, khusus kepada mereka, bukan kepada yang lain. Dijelaskan pula bahwa Nabi Isa anak Maryam
telah memberikan kabar gembira kepada murid-muridnya atau yang
disebut Hawari-nya, bahwa sesudah dia kelak akan datang lagi seorang
utusan Allah, seorang rasul. Telah beliau tunjukkan pula namanya, yaitu
Ahmad.11
C. Sebelum Isa Lahir
1. Silsilah Keturunan Isa a.s
a. Tafsir Al-Azhar
ََۙٓ ١ِّْ
ٰؼٍَ
ْ
َي ِػ ّْ ٰغ َْ َػٍَٝ اٌ
ٰ
َ َٚا
َي اِ ْث ٰغ ُ١ِْ٘
ٰ
ْٛ ادب َّٚا
َُٔٚ َ
َصَ
ٰ
ٝٓ ا
ٰ
َ ا ْططَف
اِ ٖٖ ْۢ ثَ ْؼ ُؼَٙب َّْ ّّللا ٰ
ِّعَّ٠خا
طُ
ُ َس ١ِّْ ٌغ َػٍِ ٌَُۚ١ْ
َٚ ّّللا ٰ
غ
ثَ ْؼ
ْۢ ْٓ ٖٗ ِِ
33. Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga
Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (pada masa
masing-masing). 34. (sebagai) satu keturunan, sebagiannya adalah
(keturunan) dari sebagian yang lain. Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui. (Âli Imrân/3:33-34)
(Tafsir Âli Imrân/3:33-34). Adam sebagai bapak manusia.
Dialah yang terlebih dahulu terpilih menerima wahyu dan
menyampaikan wahyu itu kepada anak cucunya. Dari keturunan
Adam ialah Nuh. Diantara Adam dan Nuh adalagi seorang nabi,
yaitu Idris. Tetapi di dalam ayat ini lebih dikemukakan Nabi Nuh
sebab dia telah mulai membawa syari‟at yang tegas kepada umat
manusia (lihat surat As-Syûrâ/42:13). Di antara anak Nuh yang
terkenal dalam catatan sejarah ialah Ham, Sam dan Yafits. Dari
keturunan Nuh yang bernama Sam itulah kemudian lahir Ibrahim.
Ibrahim disebut pada ayat 33 ini “Keluarga Ibrahim”. Sebab Ibrahim dengan beroleh kedua putranya Ismail dan Ishak, telah menurunkan
keluarga yang besar.12
Ismail anak yang tertua telah mengembangkan Bangsa Arab
Adnani dan Ishak telah mengembangkan Bani Israil. Berpuluh Nabi
dan Rasul telah ditimbulkan pada Bani Israil. Kemudian timbullah
dari keturunan Bani Israil itu keluarga Imran.
Di dalam Al-Quran ada tersebut dua Imran, tetapi jaraknya lebih
kurang 1.800 tahun. Imran yang pertama adalah ayah nabi Musa,
dan Imran yang kedua ialah ayah dari Maryam, dan Maryam ini ibu
dari Isa Al-Masih. Adapun satu cabang dari keluarga Ibrahim yang
dari putranya Ismail tadi, dari sanalah dipilih dan diutus pula Nabi
Muhammad SAW. Maka keluarga-keluarga yang mulia ini telah
diberikan kemuliaan nubuwwât dan risâlâh, mengatasi sekalian
manusia. Sehingga bolehlah dikatakan bahwasannya pimpinan
rohani sebagian terbesar dari umat manusia didatangkan Allah
melalui keluarga-keluarga ini. Oleh semua keluarga itu adalah satu
dari keturunan, yaitu Adam dan Nuh, itulah sebab dijelaskan di ayat
34 bahwa yang sebahagian adalah keturunan dari yang sebahagian.13
b. Bibel
Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.
Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub,
Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda
memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan
Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan
Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason
memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai,
Isai memperanakkan Raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari
istri Uria, Salomo memperanakkan Rahabeam, Rahabeam
memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, Asa
memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkanYoram, Yoram
memperanakkan Uzia, Uzia memperanakkan Yotam, Yotam
memperanakkan, Ahas memperanakkan Hizkia, Hizkia
memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon
memperanakkan Yosia, Yosia memperanakkan Yekhonya dan
saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. Sesudah
pembuangan ke Babel Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel
memperanakkan Zerubabel, Zerubabael memperanakkan Abihud,
Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor,
Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim,
Akhim memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan Eleazar,
Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub,
Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus
yang disebut Kristus.
Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham
sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan
ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel
sampai Kristus. (Matius, Pasal 1: 1-17).
14
Sedangkan di dalam Injil Lukas silsilah Yesus sebagai berikut:
Ketika Yesus memulai Pekerjaa-Nya, Ia berumur kira-kira tiga
puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf,
anak Eli, anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yani, anak
Yusuf, anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak
Nagai, anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak
Yoda, anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, anak Sealtiel,
anak Neri, anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam,
anak Er, anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak
Lewi, anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak
Elyakim, anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak
Daud, anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak
Nahason, anak Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak Hezron,
anak Peres, anak Yehuda, anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham,
anak Terah, anak Nahor, anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak
Eber, anak Salmon, anak Kenan, anak Arpakhsad, anak Sem, anak
Nuh, anak Lamekh, anak Metusalah, anak Henokh, anak Yared,
anak Mahalaleel, anak Kenan, anak Enos, anak Set, anak Adam,
anak Allah. (Lukas, Pasal 3: 23-38).15
c. Pandangan Ulama
Menurut Wahbah Zuhaili, yang dimaksud dengan Imran di sini
adalah ayah Siti Maryam ibu kandung Nabi Isa a.s. Nama
lengkapnya adalah Imran bin Yasyim bin Misya bin Hazqiya bin
Ibrahim dan Nasabnya berakhir sampai ke Nabi Sulaiman bin Daud
a.s. Jadi, Nabi Isa a.s adalah berasal dari keturunan Nabi Ibrahim
a.s.
Analisis Penulis
Dari penjelasan kedua kitab suci di atas tentunya kita dapat
mengambil analisisnya, baik dari kesamaan, perbedaan maupun hal
yang bertentangan.
Al-Quran tidak pernah merinci nama keluarga atau asal usul
seseorang,
17 di dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 33-34 yang di
jelaskan oleh Hamka dalam Tafsir Al-Azhar secara garis besar
disebutkan Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran adalah
keluarga-keluarga pilihan yang dari keluarga ini banyak muncul nabi
dan rasul Allah. Termasuk Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW
merupakan satu garis keturunan dari Nabi Ibrahim, Nuh dan Adam.
Hal inilah yang di jelaskn Al-Quran bahwa “Satu dengan yang lain
adalah satu garis keturunan”, satu garis keturunan ini juga
mengajarkan Allah Tuhan Yang Esa. Tidak satupun ayat Al-Quran
yang mengatakan bahwa Isa anak Tuhan atau anak Yusuf tunangan
Maryam dalam Bibel, hal ini akan penulis jelaskan di bawah.
Lain halnya dengan Bibel yang menceritakan secara detail
silsilah keturunan Yesus (Matius, Pasal 1: 1-17) dan (Lukas, Pasal 3: 23-
38), yang sebenarnya diragukan kebenarannya, di Bibel sendiri
terdapat perbedaan antara Injil Matius dan Injil Lukas. Injil Matius
menyebutkan silsilah Yesus sampai Ibrahim saja sedangkan Injil
Lukas menyebutkan sampai anak adam, anak Allah. Tentunya
sangat jelas perbedaan antara dua Injil tersebut, di dalam Injil
Matius jika kita lihat silsilah Yesus: yaitu Daud memperanakkan
Salomo. Sedangkan Injil Lukas silsilah Yesus: yaitu Daud
memperanakkan Natan. Penulis mencoba naik ke atas melihat
silsilah Yesus dari Daud sampai Ibrahim terdapat nama yang
berbeda dalam jalur silsilah ini, di dalam Injil Matius terdapat nama
Ram, dan Injil Lukas terdapat nama Arni dan Admin yang diantara
keduanya berbeda, satu sama lain tidak mencantumkan.
Perbedaan besar antara Injil Matius dengan Injil Lukas itu
pernah mengundang diskusi dan perdebatan panjang di kalangan
beberapa pemuka gereja, dan tampaknya sukar dipertemukan.18
Yang perlu kita perhatikan adalah bahwa silsilah keturunan laki-laki
tidak ada artinya sama sekali bagi Yesus. Jika orang ingin
memberikan silsilah keturunan kepada Yesus, anak tunggal dari
Maryam, tanpa bapa, maka silsilah keturunan itu harus silsilah
keturunan Maryam, Ibunya.19
2. Kehamilan Maryam Sang Wanita Suci
a. Tafsir Al-Azhar
َٓ ١ِّْ
ٰؼٍَ
ْ
ِء اٌ
ۤ
ٰٝ ِٔ َسب
ة ِه َػٍ
ٰ
َغ ِن َٚا ْططَف
ة ِه َٚؽََّٙ
ٰ
َ ا ْططَف
َّْ ّّللا ٰ
َّ ْغَ٠ ُُ اِ
َىخُ ٠ٰ
ِ
ة
ۤ
ٰ
ٍَّ
ْ
ِذ اٌ
لَبٌَ
َٚ ٕٗ اِطْ
Dan (ingatlah) ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam!
Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan
melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada
masa itu). (Âli Imrân/3:42)
Ayat ini ialah melanjutkan cerita tentang pertumbuhan diri
Marayam yang dikala kecil-nya itu dalam asuhan Zakaria. Dia mulai
besar dan akan dewasa. Maka, Allah telah mengingatkannya bahwa
dia telah menjadi pilihan Allah, termasuk orang-orang yang terpilih
sebagaimana Adam, Nuh, Keluarga Ibrahim, dan rasul serta nabinabi yang lain tadi, dan nabi kita Muhammad SAW. dan ia tetap
keadaan yang suci sehingga dia melahirkan Isa kelak dan kesucian
itu, tidak disentuh laki-laki.20
Suatu kemuliaan juga baginya karena nadzar ibunya yang ingin
anaknya menjadi pengkhidmat rumah suci, dan suatu kemuliaan
juga baginya karena pengasuhnya adalah seorang nabi. Akan tetapi,
ada juga ahli tafsir menjelaskan bahwasannya kemuliaan Maryam di
atas segala perempuan di alam, bukanlah buat seluruh zaman,
malainkan di zamannya saja.
21
ِّش ُغ
َ ُ٠جَ
َّْ ّّللا ٰ
َّ ْغَ٠ ُُ اِ
َىخُ ٠ٰ
ِ
ة
ۤ
ٰ
ٍَّ
ْ
ِذ اٌ
لَبٌَ
ْ
َ َٚ ِج اِط ٙ١ْاب
َّ ِس١ْ ُخ ِػ١ْ َسٝ اْث ُٓ َِ ْغَُ٠
ْ
ا ْس ُُّٗ اٌ
َّ خ ُُِِّْٕۖٗ
َىٍِ
ِ
ِن ث
ََۙٓ ١ْ
ِ
ُّمَ َّغث
ْ
َٚاْ َٰل ِس َغِح َٚ ِِ َٓ اٌ
َ١ب
فِٝ اٌُّضٔ ٗ٘ ٍِ ِذ١ْ َٓ ْ
َّ ِْٙض َٚ َو ْٙاّل َّٚ ِِ َٓ اٌ ّظ ٰ
ْ
ب َؽ فِٝ اٌ
ُُ إٌَّ
ِّ
ُ٠َٚ َىٍ
ّْ َ٠ ُْ
ُىْٛ ُْ ٌِ ْٟ ٌٌََٚض ٌََّٚ
َ٠ ٝ ٗٙ ٰ
َطا َ ْذ َع ِّة أَّ
لَبٌ ُء اِ
ۤ
ُك َِب َ٠ َشب
ُ
ْشٍ
َ٠ ُ
ٌِ ِه ّّللا ٰ
ٰ
لَب َي َوظ
َس ْسِٕ ْٟ ثَ َش ٌغ
ُىْٛ ُْ
ْٛ ُي ٌَ ٗٗ ُو ْٓ فَ١َ
َّب َ٠مُ
ِْ اغا فَبَِّٔ
لَ ٰؼ ٗ٦ ٝٓ اَ
ِج١ْ ًََۚ
َٚاَْلِْٔ
ْٛ ٰعةخَ
َٚاٌزَّ
ِذ ْىَّخَ
ْ
َت َٚاٌ
ٰ
ِىز
ْ
ُُّٗ اٌ
ِّ
ُ٠َٚ َؼٍ
ٗ١
45. (Ingatlah), ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam!
Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu
tentang sebuah kalimat (firman) dari-Nya (yaitu seorang putra),
Namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia
dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada
Allah), 46. dan dia berbicara dengan manusia (sewaktu) dalam
buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang
yang shaleh.” 47. Dia (Maryam) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana
mungkin aku mempunyai anak, padahal tidak ada seorang lakilakipun yang menyentuhku?” Dia (Allah) berfiman, “Demikianlah
Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak
menetapkan sesuatu, Dia hanya berkatanya kepadanya, “Jadilah!”
Maka jadilah sesuatu itu. 48. Dan Dia (Allah)mengajarkan kepada
(Isa) Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil. (Âli Imrân/3:45-48)
(Tafsir Âli Imrân/3:45). Kalimat Allah artinya ialah perkataan
Allah. Banyaklah terdapat perkataan kalimah atau kalimat itu di
dalam Al-Quran yang simpulan artinya selain dari perkataan Allah,
juga berari kehendak Allah. Seluruh alam ini diciptakan oleh Allah,
baik langit atau bumi, atau apa sajapun dengan kalimat “Kun” itulah.
Diperintahnya jadi, diapun jadi. Maka malaikat Jibrilpun datanglah
kepada Maryam menyampaikan bahwa Kalimat Allah itupun akan
berlaku atas diri Maryam. Tuhan mengatakan “Kun”, sehingga ia
mengandung seorang anak tanpa perantaraan disetubuhi laki-laki.
Dengan kehendak dan ketentuan-Nya sesuai menurut Qudrat IradatNya dia akan mengandung anak laki-laki bernama Al-Masih Isa
anak Maryam yang kedudukannya sama mulia dengan nabi dan
rasul yang lain, mulia di dunia dan akhirat serta termasuk orang
yang Muqarrabîn.
22
Dengan mengetahui kalimat tadi, yaitu bahwa maksudnya ialah
kalimat-taqwîn, yaitu kehendak Allah bila menjadikan sesuatu
dengan kalimat “kun”, jadilah kata Allah, dia pun jadi. Cuma
diistimewakan menyebutkannya karena dia akan terjadi dengan tidak
perantaraan bapak.
Adapun kata-kata Al-Masih, sebagai gelar Dari Isa anak
Maryam itu, adalah kalimat ibrani yang diarabkan pula. Asal
katanya adalah masyikha, yang asal artinya ialah yang diurapi
dengan minyak, sebab raja-raja dinobatkan terlebih dahulu di urapi
(dipercik) badannya dengan minyak suci kemudian kalimat itu
menjadi gelar. Orang yahudi memiliki kepercayaan lain dengan
Nasrani, mereka meyakini masih menunggu kedatangan Al-Masih
lain.
(Tafsir Âli Imrân/3:46). Di surat Maryam akan ditemukan
penjelasan lagi tentang Nabi Isa yang bercakap membela kesucian ibunya, ketika dia masih di dalam buaian atau ayunan. Satu
keterangan yang hanya ada dalam Al-Quran, yang tidak ada di
dalam semua kitab yang dipercayai oleh orang Kristen. Keshalehan
Nabi Isa dan ketawadhu‟annya dicontoh oleh tasawuf Islam,
terutama Imam Ghazali.23
(Tafsir Âli Imrân/3:47). Pertanyaan Maryam bisa berarti
ketakjuban Maryam atas kekuasaan Allah sebagaimana takjubnya
Nabi Zakaria ketika diberi tahu bahwa dia akan diberi putra. Apalagi
Al-Quran terlebih dahulu memberi pengantar kata bahwa Maryam
itu adalah gadis suci.24
Karena dia seorang anak perempuan yang shalehah, dia sangat
percaya bahwa itu akan kejadian pada dirinya, kalau Allah
menghendaki. Ia bertanya bukanlah karena tidak percaya, melainkan
untuk meyakinkan saja, sebagaimana pertanyaan Zakaria tua yang
istrinya mandul dijanjikan akan diberi anak. Lantaran kelahiran yang
luar biasa itu, sekali tidak-tidaklah orang Islam sampai menganggap
Nabi Isa itu anak Allah ataupun Allah sendiri yang menjelma ke
dunia. Dan Islam membantah pula sekeras-kerasnya tuduhan orang
Yahudi bahwa Isa Al-Masih bukan anak Suci.25
(Tafsir Âli Imrân/3:48). Dengan keutamaan ini, orang Islam
percaya bahwa sebelum adanya empat Injil yang dipercayai oleh
orang Kristen yang dikarang oleh Matius, Markus, Lukas, Yohanes,
telah ada terlebih dahulu Injilnya Nabi Isa sendiri, yaitu Injil yang
asli. Bertambah dapatlah dipahamkan juga oleh saudara-saudara kita
orang Kristen jika orang Islam percaya akan adanya satu Injil AlMasih menurut ajaran Quran. Isyarat tentang itupun terdapat dalam kitab mereka sendiri, yaitu diterangkan jelas dalam Injil Markus
pasal 1: 14-15.26
b. Bibel
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: pada waktu
Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung
dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami Istri. Karena
Yusuf suaminya seorang yang tulus hati dan tidak mau
mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud
meceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia
mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya
dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau
takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam
kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak
laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah
yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Hal itu
terjadi suapaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
“Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan
seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Emanuel”-
yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya,
Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu
kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai istrinya, tetapi tidak
bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan
Yusuf menamakan Dia Yesus. (Matius, Pasal 1: 18-25).27
Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel
pergi kesebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang
perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari kalangan Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk
ke rumah Maria. Ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai,
Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu,
lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat
itu kepadanya: “Jangan takut hai Maria, sebab engkau beroleh kasih
karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung
dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau
menamai Dia Yesus. (Lukas, pasal 1: 26-31).
28
Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin
terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya:
“Roh Kudus akan turun atasmu dan Kuasa Allah Yang Maha Tinggi
akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu
akan disebut kudus, Anak Allah. (Lukas, Pasal 1: 34-35).
29
c. Pandangan Ulama
Menurut wahbah Zuahili, Maryam tersucikan dari haid dan
nifas, tersucikan dari berbagai bentuk aib, baik yang bersifat indrawi
dan maknawi. Hal ini seperti yang dialami oleh Sayyidah Fathimah
Az-Zahra yang tidak pernah mengalami haid, oleh karena itu, ia
dijuluki dengan nama Az-Zahra.30
Menurut sebuah hadits dari Nabi kita Muhammad SAW, ada
tiga perempuan yang amat mulia, pertama Maryam binti Imran,
kedua Khadijah binti Khualid (Istri Rasulullah SAW yang pertama),
ketiga Fathimah binti Muhammad SAW. 31
Beberapa Ulama Islam, di antaranya Ibnu Hazmin Al-Andalusi
berpendapat bahwa Maryam itu Nabiyah. Menurut dia, perempuan-
perempuan yang menjadi nabiyah ialah Hawa, Sarah istri Ibrahim,
Hajar istri Ibrahim, ibu Nabi Musa, dan Asiah istri Fir‟aun. Abul
Hasan Al-Asy‟ari, Ibnu Abdil Barr dan As-Suhaili juga berkata
demikian bahwa di kalangan perempuan ada nabiyah. Tentang
Maryam ini, Al-Qurthubi bekata, “Yang shahih ialah bahwa
Maryam itu adalah seorang nabiyah karena malaikat menyampaikan
wahyu kepadanya, mengandung perintah Allah dan perkabaran.
Namun sekedar nabiyah, bukan rasul sebab sudah ditegaskan
bahwa yang menjadi rasul yang menyampaikan syari‟at (balagh,
tabligh) hanya rasul yang laki-laki, sebagaimana yang dijelaskan
dalam surat An-Nahl ayat 43.32 Tetapi ini adalah masalah khilafiyah
jua adanya.33
Beberapa mufasir seperti Abus-Su‟ud, Ismail Haqqi, dan Alusi
berdasarkan riwayat yang masyhur Maryam bukan seorang Nabi.34
d. Analisis Penulis
Injil dan Al-Quran memberikan kita riwayat yang sama
mengenai asal-usul biologis Yesus. Membesarnya Yesus dalam
kandungan ibunya di luar hukum-hukum alam yang berlaku bagi
seluruh manusia.35
Tafsir Al-Azhar menjelaskan, bahwa dengan kalimat-Nya Isa
diciptakan, maksud kalimat di sini ialah dengan Kekuasaan Allah,
ketika Allah berkehendak maka jadilah. Namun berbeda dengan
Bibel yang mengatakan bahwa Maryam akan mengandung dari Roh
Kudus yang mereka maksud adalah anak Allah. Hal itupun diceritakan dalam Bibel melalui mimpi Yusuf anak Daud yang
merupakan tunangannya, kemudian silsilah Isa di ambil dari Yusuf.
Maryam yang dijelaskan Al-Quran adalah wanita suci, mulia
dan terjaga, tidak memiliki tunangan ataupun suami, pendapat
sebagian ulama yang dicantumkan di dalam Tafsir Al-Azhar juga
mengatakan bahwa Maryam adalah seorang nabiyah. Anak yang
lahir nanti akan menjadi seorang Nabi dan Rasul yang mulia,
dibekali dengan Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. Dengan ini umat
Islam percaya terhadap Injil asli yang diturunkan kepada Isa, bukan
Injil yang ditulis oleh Matius, Lukas, Markus dan Yohanes. AlQuran merupakan satu-satunya kitab yang menjelaskan Isa akan
membela kesucian ibunya di hadapan orang Kristen, dan
mengatakan bahwa ia adalah hamba Allah.
Bibel mengatakan dalam Injil Lukas, berita kehamilan Maryam
diberitakannya pada bulan yang keenam. Tidak ada penjelasan
dalam Al-Quran maupun Tafsir Al-Azhar tahun atau bulan apa berita
tersebut disampaikan oleh malaikat Jibril.
Walaupun jelas perbedaan dan bertentangan dengan keyakinan
Islam, ada persamaan antara Al-Quran dan cerita dari Bibel,
walaupun demikian tidak mengurangi kemuliaan Al-Quran itu
sendiri. Al-Quran dan Bibel menjelaskan bahwa Maryam bertanya
kepada malaikat, Al-Quran menyebutnya malaikat Jibril sedangkan
Bibel malaikat Gabriel. Maryam bertanya bagaimana mungkin aku
bisa hamil, sedangkan aku belum pernah bersuami, Tafsir Al-Azhar
memberikan penjelasan bahwa maksud Maryam bertanya adalah
untuk memastikan apakah itu benar akan terjadi, layaknya orang
yang terkejut atas ucapan malaikat tersebut, tentunya bertanya balik
untuk memastikanAl-Quran dan Bibel sama-sama memberikan kabar anak itu
akan diberi nama Isa Al-Masih, namun ada perbedaan bahasa, Bibel
menyebutnya dengan Yesus, diambil dari bahasa Yunani seperti
yang dijelaskan dalam pembahasan di atas.
D. Saat Lahir
1. Proses perjalanan lahirnya Isa a.s
a. Tafsir Al-Azhar
بَۙ
ََِىبٔاب َش ْغلّ١ِا
َظ ْد ِِ ْٓ اَ ٍَِْٙ٘ب
زَجَ
اِ ِط أْ
َۘ
َ
ِت َِ ْغَُ٠
ٰ
ِىز
ْ
َٚ ٔٙ ِ ُِْٙ اطْ ُو ْغ فِٝ اٌ
َشَظ ْد ِِ ْٓ ُص ْٔٚ
فَبرَّ
ب
ًَ ٌََٙب ثَ َش اغا َس ّ٠ِٛا
َّ
َّض
َٙ١ْب ُع ْٚ َدَٕب فَزَ
اٌَِ
َٕبٓ
ْ
ْع َسٍ
فَبَ
ِد َجبثاب ٔ٦ َه
ِِْٕ ِٓ
بٌ َّغ ْد ّٰ
ِ
ث
ْٟٓ اَ ُػ ْٛطُ
لَبٌَ ْذ أِِّ
اِ ب ْْ ُو
َذ رَمّ١ِا
ٕ ٔ١ ب ْ
اّب َػ ِوّ١ا
ٰ
ِه ُغٍ
َِلََ٘ َت ٌَ
َع ُس ْٛ ُي َعثِّ ِهُۖ
۠
أََب
َّبٓ
ُىْٛ ُْ ٌِ ْٟ َّ
لَب َي أِ ٔ٣ ٝ َ٠
ٰ
لَبٌَ ْذ أَّ
ب
ُْ اَ ُن ثَ ِغّ١ا
ُْ َ٠ ّْ َس ْسِٕ ْٟ ثَ َش ٌغ ٌََّٚ
ٌََّٚ ٌُ
ٰ
ٍ
ُغ ٕٓ خا
َ٠
ٰ
ا
ٌََِٕٚ ْج َؼٍَٓٗٗ
َّٟ ِّ١َ٘ ٌَۚٓ
َٛ َػٍَ
ِه ُ٘
لَب َي َعثُّ
ٌِ ِهَۚ
ٰ
لَب َي َوظ
ب
ِؼّ١ا
ِْ اغا َِّمْ
َٚ َوب َْ اَ
َۚ
ب
َِِّّٕ
ِؽ َٚ َع ْد َّخا
ب
ٍَّٕ
ٌ ٕٔ ب ِّ
ِظّ١ا
ِ ٖٗ ََِىبٔاب لَ
َظ ْد ث
زَجَ
۞ فَ ٕٕ َذ ٍََّزُْٗ فَبْٔ
ب
ِسّ١ا
َٚ ُوْٕ ُذ َٔ ْس١اب َِّْٕ
١ْزَِٕ ْٟ ِِ ُّذ لَ ْج ًَ ٰ٘ َظا
لَبٌَ ْذ ٍَ٠ٰ
ِخَۚ
إٌَّ ْشٍَ
ِ
ٰٝ ِجظْع
َّ َشب ُع اٌِ
ْ
َءَ٘ب اٌ
ۤ
فَبَ ٕٖ َجب
فََٕب ب ٰصةَٙب ِِ ْٓ
ّ٠ا
ِ
ِه َسغ
ِه رَ ْذزَ
اَََّل رَ ْذ َؼِٔ ْٟ لَ ْض َج َؼ ًَ َعثُّ
ِخ ٓ
إٌَّ ْش رَ ْذزَِٙب ٕٗ ٍَ
ِ
ِ ِجظْع
١ْ ِه ث
اٌَِ
َُ٘ٚ ِّؼ ْٓٞ
بُۖ
جاب َجّ١ِٕا
١ْ ِه ُعؽَ
رُ ٰسمِ ٕ٘ ْؾ َػٍَ
َۙ
َداضا
اَ
ِ
جَ َشغ
ْ
َّٓ ِِ َٓ اٌ
ِ
َغ٠
ِّغ ْٞ َػٕ١ْابَۚفَبِ َِّب رَ
ِ ْٟ َٚلَ
فَ ُىٍِ ْٟ َٚا ْش َغث
ْٟ
ٌِْٛ ْٟٓ أِِّ
فَم بَۚ ُ
ِسّ١ا
أِْ
َ
َْٛ َ١
ْ
اٌ
َ
ُ
ِّ
َوٍ
ُ
ِٓ َط ْٛ اِب فٍََ ْٓ ا
َٔ َظ ٕٙ ْع ُد ٌٍِ َّغ ْد ّٰ
16. Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Maryam di dalam Kitab
(Al-Quran), (yaitu) ketika ia mengasingkan diri dari keluarganya ke
suatu tempat di sebelah timur (Baitul maqdis), 17. Lalu dia
memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami
mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, maka ia menampakkan diri
di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna. 18. Dia
(Maryam) berkata, “Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang
Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa.”
19. Dia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan
Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak
laki-laki yang suci.” 20. Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana
mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada
orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang
pezina!” 21. Dia (Jibril) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu
befirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar kami menjadikannya
suatu tanda (Kebesaran Allah) bagi manusia dan sebagai rahmat
dari Kami; dan hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.” 22. Maka dia (Maryam) mengandung, lalu dia
megasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.
23. Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar)
pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, “Wahai, betapa
(baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak
diperhatikan dan dilupakan.” 24. Maka dia (Jibril) berseru
kepadanya dari tempat yang rendah, “Janganlah engkau bersedih
hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di
bawahmu. 25. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu,
niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak
kepadamu. 26. Maka makan, minum, dan bersenang hatilah engkau.
Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya
aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih,
maka aku tidak akan berbicara dengan siapapun pada hari ini.”
(Maryam/19:16-26)
(Tafsir Maryam/19:16). Wahyu dari hal Maryam ini telah
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan disuruhlah pula
Nabi Muhammad SAW menceritakannya dan memperingatkannya
kepada kita umatnya. Sejak kecil Maryam dalam asuhan dari Nabi
yang telah tua, yaitu Nabi Zakaria yang menjadi Imam dan
pemelihara Baitul Maqdis. Keluarga Zakaria dengan putranya
Yahya, keluarga Imran dengan istrinya dan putrinya Maryam
terkenal sebagai keluarga beragama yang taat. Maka tersebutlah
dalam ayat ini bahwa dalam rangka ketaatannya kepada Allah,
Maryam pergi ke sebelah timur Baitul Maqdis, mencari tempat
menyisihkan diri dari keluarga supaya lebih tenang beribadah
kepada Allah, sehingga dipasangkan tabir jangan sampai diganggu
orang, sedang dia di waktu itu masih dara.36
(Tafsir Maryam/19:17). Mungkin itu pulalah salah satu teladan
yang menyebabkan timbul dalam kalangan pecinta Nabi Isa di kemudian harinya perempuan-perempuan yang meninggalkan hidup
repot dalam dunia ini lalu menyisihkan diri ke dalam bihara.
Tekunlah Maryam di tempat itu, dipasangkannya tabir atau
dilindungkannya diri di tempat yang tersembunyi supaya jangan
terganggu ibadah. “Lalu Kami utuslah kepadanya Ruh Kami.” Yang
dimaksud dengan Ruh Kami, ialah Jibril. Di dalam beberapa ayat di
dalam Al-Quran telah disebutkan panggilan Jibril itu sebagai Ruh;
kadangkala disebut Rûh saja, kadangkala disebut Ruhul Qudus, atau
Ruhul Amin dan dalam ayat ini Rûhanâ; Ruh Kami. Malaikat Jibril
itu datang dengan izin Allah dapatlah merupakan dirinya sebagai
manusia biasa menyerupai seorang laki-laki muda.37
(Tafsir Maryam/19:18-21). Maryam berdoa kepada Allah,
namun bukan karena takut sebab tidaklah timbul prasangka bahwa
orang muda itu jahat. Malaikat Jibril berkata bahwa ia utusan Allah
maka janganlah ragu dan takut, karena utusan Allah tidaklah akan
berbuat yang tidak senonoh. Maksud kedatangannya menyampaikan
anugerah dari Allah yaitu akan dianugerahi seorang anak laki-laki.
Ia percaya bahwa utusan Allah tidak mungkin berdusta, namun
Maryam tidak mengerti bagaimana dia seorang perawan akan diberi
anak. Memang demikianlah yang ditetukan Allah, yaitu supaya
manusia itu sadar akan Kemahakusaan Allah atas makhluknya,
kekuasaan yang mutlak. Lahirnya seorang anak laki-laki yang suci
dari perawan suci bukan hanya Kemahakuasaan Allah saja,
melainkan adalah rahmat, karena ia akan diutus menjadi seorang
Rasul Allah.Tafsir Maryam/19:22). Maka untuk menyelamatkan anak yang
dalam kandungan itu dan menyelamatkan dirinya daripada tuduhantuduhan yang hina. Kata setengah riwayat tempat yang jauh itu ialah
jauh dari mihrab tempat ia beribadah di masjid dalam asuhan
pamannya Zakariya itu. Tempat itu ialah Desa Baitlaham
(Bethlehem), yang jauhnya sekira-kira 8 mil dari Baitul Maqdis.
(Tafsir Maryam/19:23-26). Hidup Maryam pada waktu itu
memang tersisih jauh dari kaum keluarga. Kegelisahan diri karena
merasakan sakit akan beranak menyebabkan dia mencari tempat
yang sunyi dan teduh. Bertemu pohon, lalu berteduhlah dia di situ
menunggu waktu anak lahir. Memang, kalau percobaan telah
memuncak demikian rupa, datang saat manusia merasakan lebih
baik mati saja.39
Saat dekatlah kelahiran anak itu dan kian duka nestapah hati
Maryam memikirkan hebatnya perjuangan yang akan dihadapinya.
Dari tempat yang rendah atau sangat dekat itu Jibril datang kembali,
menyampaikan pesan Allah agar dia jangan bersedih hati bersusah
pikiran. Yang pertama sekali ialah soal air! Sebuah anak sungai
yang kecil dan airnya jernih ada mengalir di dekatnya.
Kemudian tariklah atau raihlah pohon itu yang maksudnya
menggoncangkannya, menilik kepada bunyi ayat, bahwa kurma itu
telah berbuah masak dan ranum, jika ditarik batangnya atau
digoyangkan maka buah yang ranum itu akan jatuh. Hal ini
mencontohkan kepada orang yang beriman, bahwasannya walaupun
pertolongan Allah itu telah disediakan, hendaklah juga disertai
dengan usaha manusia itu sendiri, dan jangan berdiam diri.
“Wa Qarrî „ainan” yang artinya tenangkanlah hatimu.
Walaupun tempat itu tersembunyi dari mata manusia, pasti akan ada
yang tahu atau akan mencari kemana anak dara yang shalehah itu
tidak kelihatan di tempat ibadahnya, bahkan akan ada yang
menyelidiknya atau banyak bertanya. Maka Maryam diperintahkan
janganlah menjawab dengan perkataan, melainkan beri saja isyarat
dengan tangan, bahwa hari ini aku tidak boleh bercakap sepatah
juapun. Sebab aku telah berjanji bernadzar dengan Allah tidak
bercakap-cakap.
Inilah tawakal yang sebesar-besarnya. Kalau pertanyaan itu
datang, lalu Maryam menjawab, hanya pertengkaran saja yang akan
timbul. Orang tidak juga akan percaya bahwa dia mengandung dan
melahirkan anak adalah atas kehendak Qudrat Iradat Allah sematamata, di luar daripada kebiasaan berlaku.41
b. Bibel
Sesudah Yesus dilahirkan di Bethlehem di tanah Yudea pada
Zaman raja Herodes, datanglah orang-orang Majusi dari Timur ke
Yerussalem. (Matius, Pasal 2: 1).42 Maka masuklah mereka ke
dalam rumah itu dan melihat anak itu Bersama Maria, ibu-Nya, lalu
sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta
bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu
emas, kemenyan dan mur. (Matius, Pasal 2: 11).43
Sedangkan di dalam Injil Lukas kelahiran Yesus sebagai
berikut: Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu
perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh Dunia.
Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius
menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang
mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga
Yusuf pergi dari kota Nazerat di Galilea ke Yudea, ke kota Daud
yang bernama Bethlehem, - karena ia berasal dari keluarga dan
keturunan Daud – supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria,
tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ
tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan
seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya
dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak
ada tempat bagi mereka di penginapan. (Lukas, pasal 2:1-7).
44
Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang
menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba
berdirilah seorang Malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan
Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu
kata malaikat itu kepada: “Janganlah takut, sebab sesungguhnya aku
memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari
ini telah lahir bagimu Juru selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota
Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang
bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.”
Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah
besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: “Kemuliaan
bagi Allah di tempat Yang Maha Tinggi dan damai sejahtera di bumi
di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” Setelah malaikatmalaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembalagembala itu berkata seorang kepada yang lain: “Marilah kita pergi
ke Bethlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang
diberitahukan Tuhan kepada kita.” (Lukas, pasal 2: 11-15).
45
c. Pandangan Ulama
Menurut suatu riwayat, Zakaria itu adalah suami dari kakaknya.
Satu riwayat lagi menyatakan bahwa Zakaria suami dari saudara
ibunya.46 Yang di maksud saudara ibunya, berarti Zakaria
pamannya, hal ini dikatakan Hamka bahwa yang mengasuh Maryam
adalah pamannya Zakaria itu.47
Mengenai tempat di sebelah timur, menurut riwayat Ibnu Jarir
yang diterima dari Ibnu Abbas tempat sebelah timur itu ialah suatu
kampung yang bernama Baitlaham (Bethlehem). Menurut
keterangan riwayat Nauf Al-Bikali; dia pergi ke sebelah timur itu
mengambil tempat buat beribadah.48
Apakah sungai kecil saat Maryam melahirkan itu telah ada
sebelumnya, atau diadakan Allah di waktu itu juga, tidaklah ada
keterangnnya dalam urutan ayat. Cuma menurut keterangan sebuah
hadits yang marfu‟ diriwayatkan oleh At-Thabrani, yang diterima
sanadnya oleh Ikrimah, yang didengar dari Abdullah bin Umar,
bahwa beliau pernah mendengar dari Rasulullah SAW mengatakan
bahwa sungai kecil yang disediakan buat Maryam itu ialah istimewa
ditimbulkan Allah.
Menurut suatu riwayat dari Anas bin Malik, selain dari berdiam
diri (nadzarnya untuk tidak bercaka-cakap), Maryam pun memulai
puasanya pada hari itu (puasa untuk tidak bercakap-cakap).50
d. Analisis Penulis
Al-Quran menjelaskan bahwa Maryam di asuh oleh Zakaria
yang dijelaskan oleh Hamka dalam Tafsir Al-Azhar bahwa Zakaria
adalah pamannya. Kemudian Maryam pergi ke sebelah timur, di
dalam Al-Quran memang tidak disebutkan di mana letak sebelah
timur itu, namun dalam Tafsir Al-Azhar dan sebagian ulama
berpendapat bahwa sebelah timur itu adalah Baitlehem, di dalam
Bibel mereka menyebutnya Bethlehem.
Pada pembahasan sebelumnya sudah dibahas, bahwa kehamilan
Maryam merupakan kabar gembira, diciptakannya Isa atas kalimatNya yang disampaikan melalui Jibril, yang di maksud kalimat-Nya
ialah atas Kekuasaan Allah (Lihat Âli Imrân/3:45), pada surat
Maryam ayat 17 Allah pertegas lagi dengan kalimat Ruh Kami, yang
dimaksud dengan Ruh Kami, ialah Jibril. Di dalam beberapa ayat di
dalam Al-Quran telah disebutkan panggilan Jibril itu sebagai Ruh;
kadangkala disebut Ruh saja, kadangkala disebut Ruhul Qudus, atau
Ruhul Amin dan dalam ayat ini Rûhanâ; Ruh Kami, dengan izin
Allah malaikat Jibril menyerupai laki-laki muda. Di dalam Bibel
juga menyebutkan bahwa yang menyampaikan kabar kehamilan itu
adalah Malaikat Gabriel, namun yang di maksud Roh Kudus dalam
Bibel adalah Tuhan dari yang tiga.
Di dalam Tafsir Al-Azhar maupun Bibel tidak disebutkan berapa
lama Maryam hamil, apakah seperti orang pada umumya atau hanya
sesaat kemudian melahirkan. Bibel menyebutkan pada masa
kekuasaan siapa Maryam melahirkan, namun di dalam Al-Quran
maupun Tafsir Al-Azhar tidak menyebutkan pada saat kekuasaan
raja atau kaisar siapa ia melahirkan, ada perbedaan antara Injil
Matius dan Injil Lukas, dalam Injil Matius disebutkan pada zaman
Raja Herodes sedangkan di Injil Lukas pada zaman Kaisar Agustus
sewaktu Kirenius menjadi wali di negeri Siria.
Injil Lukas juga menerangkan bahwa Maria melahirkan saat
Yusuf tunangannya bersama dirinya pergi mendaftarkan namanya
dan Maria atas perintah Kaisar Agustus untuk mendaftarkan semua
orang di dunia. Pergilah Yusuf dan Maryam dari kota Nazerat di
Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Bethlehem.
Sedangkan di Injil Matius tidak menyebutkan ia pergi bersama
Yusuf ke Bethlehem.
Al-Quran serta Tafsir Al-Azhar juga tidak mengatakan bahwa ia
pergi bersama Yusuf tunangannya, karena Maryam yang orang
Islam yakini adalah benar-benar wanita suci yang tidak memiliki
tunangan, suami apalagi sampai disentuh oleh lelaki. Ia adalah
wanita suci dan mulia. Pada saat Maryam mau melahirkan ia pergi
menyendiri menyisihkan diri dari keluarganya menuju tempat yang
jauh yaitu disebalah timur, Tafsir Al-Azhar menerangkan tempat itu
ialah Baitlaham. Antara Tafsir Al-Azhar dan Bibel sama-sama
menerangkan kota Baitlaham (Bethlehem dalam Bibel).
Maryam melahirkan pada saat itu dibawah pohon kurma, tidak
ada seorangpun, namun dengan kuasa Allah, air dan makanan yaitu
buah kurma sudah Allah sediakan untuk Maryam dan diperintahkanNya Maryam untuk memakan buah kurma dan meminum air serta
menenangkan hatinya. Isyarat ini sering dilakukan oleh ibu-ibu kita pada zaman sekarang bahwa setelah melahirkan agar memakan
kurma, karena saat melahirkan banyak mengeluarkan tenaga, dan
membutuhkan gula atau yang manis, dan sebaik-baik gula atau yang
manis ialah yang berasal dari buah kurma.
Bibel mengatakan dalam Injil Lukas bahwa Maria melahirkan
Yesus di sebuah penginapan yang di sekitarnya terdapat pengembala
yang tinggal disekitar padang untuk menjaga kawanan ternak
mereka pada malam hari. Kemudian Maria membungkus Yesus
dengan lampin dan membaringkannya di palungan karena tidak ada
tempat bagi mereka di penginapan. Sedangkan Injil Matius
mengatakan Yesus lahir di dalam rumah, sebab orang Majusi masuk
ke rumah untuk melihat bayi yang baru lahir itu. Walaupun
demikian, masih banyak perbedaan pendapat di mana Yesus
dilahirkan.
Di dalam Al-Quran dan Tafsir Al-Azhar dijelaskan bahwa
setelah Maryam melahirkan ia cemas akan diketahui keberadaanya
oleh orang, apalagi ia memiliki anak tidak seperti orang pada
umumnya. Maka diperintahkan kepada Maryam untuk mengatakan
kepada orang bahwa ia bernadzar untuk tidak bercakap-cakap, yang
kemudian ia menjawab pertanyaan orang-orang dengan isyarat
menunjuk kepada bayi yang baru lahir itu, dan Isa diberi mukjizat
bisa berbicara saat bayi untuk membela kesucian ibunya.
Bibel memiliki versi yang berbeda, di dalam Injil Matius setelah
lahirnya Yesus, datanglah orang Majusi dari Timur ke Yerussalem
untuk bersujud menyembahnya dan memberikan hartanya berupa
emas, kemenyan dan mur. Injil Lukas tidak menceritakan tentang
orang Manjusi, Injil Lukas menceritakan yang datang melihat Yesus
lahir adalah pengembala yang yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka yang mendapat berita dari seorang Malaikat
Tuhan dan mengatakan bahwa telah lahir Kristus, Tuhan di kota
Daud, dengan ciri-ciri dibungkus lampin dan di baringkan palungan.
Apa yang tertulis dalam Bibel bertolak belakang dengan
keyakinan umat Islam. Karena umat Islam meyakini bahwa yang
lahir itu adalah Isa a.s, bukan Tuhan apalagi anak Tuhan. Karena
Tuhan tidak beranak dan tidak pula dipernakkan.
2. Penciptaan Isa Seperti Penciptaan Adam
a. Tafsir Al-Azhar
ُىْٛ ُْ
َُّ لَب َي ٌَٗٗ ُو ْٓ فَ١َ
ُ
َغا ة ص
َ َسٍَمَٗٗ ِِ ْٓ رُ
َصَ
ٰ
ًِ ا
َوَّضَ
ِ
َض ّّللا ٰ
ًَ ِػ١ْ ٰسٝ ِػْٕ
اِ ٘٣ َّْ َِضَ
Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti
(penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia
berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. (ÂliImrân/3:59).
Ayat ini membantah kedua pihak. Pertama yang tidak percaya
sama sekali bahwa Isa lahir tidak dengan perantaraan bapak,
sehingga menuduh yang tidak-tidak, yaitu orang Yahudi. Dengan
ayat ini orang Yahudi disadarkan bahwa penolakan itu tidaklah
jujur. Mereka percaya bahwa Adam langsung dicipta Allah dari
tanah, sedangkan terhadap Isa tidak. Paradahal kejadian Isa separuh
ganjil dari kejadian Adam. Yang kedua ialah penyadaran bagi orang
yang oleh karena Isa tercipta dengan perantaraan Ruh Allah, yaitu
kalam-Nya yang menjelma menyerupai diri sebagai manusia, sebab
itulah mereka tuhankan dia. Maka, kalau karena kejadian yang luar
biasa itu dia dituhankan, niscaya Adam





.jpeg)





