Tampilkan postingan dengan label isrâîliyyât dalam al-quran 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label isrâîliyyât dalam al-quran 2. Tampilkan semua postingan

isrâîliyyât dalam al-quran 2

 


unuh pamannya, 

kemudian ia kembali kepada keluarganya. Ketika datang waktu pagi, 

seolah-olah ia mencarai pamannya dan seolah-olah ia tidak 

mengetahui dimana pamannya itu berada, dan berkata, “Kalian 

membunuh pamanku, bayarlah diyatnya.” Kemudian ia menangis 

sambal melempar-lemparkan tanah keatas kepalanya dan berteriak, 

“Wahai Paman!” lalu ia melaporkan persoalannya kepada Nabi Musa, 

dan Nabi Musa menetapkan diyat bagi pedagang tersebut. Mereka 

berkata kepada Nabi Musa, “Wahai Rasulullah, berdoalah engkau 

kepada Allah, mudah-mudahan Allah memberi petunjuk kepada kita, 

siapa yang melakukan hal ini, nanti keputusannya diberikan kepada si 

pelaku. Demi Allah, sesungguhnya membayar diyat itu bagi kami 

adalah sangat mudah, akan tetapi kami sangat malu dengan perbuatan 

tersebut.” Peristiwa itu dinyatakan Allah dalam Al-Quran: 

ََْۚ ُّْٛ

ُْ رَ ْىزُ

زُ

ٌط َِّب ُوْٕ

ِ

ُ ُِ ْشغ

ُْ فِ َٙ١ْب َٚ ّّللا ٰ

َع ْءرُ

ٰ

اسب فَب ّص

ُْ َٔفْ

زُ

ْ

لَزٍَ

َٚ ٦ٕ اِطْ

Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seseorang, lalu kamu tuduh￾menuduh tentang itu. Tetapi Allah menyingkapkan apa yang kamu 

sembunyikan. (Al-Baqarah/2:72)

Berkenaan dengan kisah di atas Al-Hafidzh Ibn Katsir berkata, “kisah 

tersebut diriwayatkan dari „Ubaidah, Abu Al-„Aliyah, As-Suddi dan 

yang lainnya dengan sedikit perbedaan redaksi. Namun yang jelas 

kisah tersebut diambil dari kitab-kitab Bani Israil dan dia itu termasuk 

kisah Isrâîliyyât yang boleh diriwayatkannya, namun tidak boleh 

dibenarkan dan didustakan, karena kisah Isrâîliyyât tidak bisa dijadikan pegangan kecuali jika sesuai dengan syariat kita yang dapat 

diyakini kebenrannya. Allah lah yang lebih mengetahuinya.

31

C. Hukum Meriwayatkan Isrâîliyyât

1. Hukum yang membolehkan

Ayat-ayat Al-Quran ada yang menunjukkan kebolehan 

mengembalikan persoalan kepada kitab Taurat dan memutuskan hukum 

dengannya. Allah telah berfirman dalam Al-Quran:

32

َٕبٓ

ْ

َؼٌ

أَْ

َذ فِ ْٟ َش ٍّه َِِّّّبٓ

فَبِ َذ ُّك ْْ ُوْٕ

ْ

َء َن اٌ

ۤ

َت ِِ ْٓ لَ ْجٍِ َهَۚ ٌَمَ ْض َجب

ٰ

ِىز

ْ

َغ ُء ْٚ َْ اٌ

ِظ٠ْ َٓ َ٠مْ

َّ

ًِ اٌ

َ

 

١ْ َه فَ ْسـ

اٌَِ

ََۙٓ ٠ْ

ِ

ُّّْزَغ

ْ

ِِ ٣ٗ ْٓ َّعثِّ َه فَ َّل رَ ُىَْٔٛ َّٓ ِِ َٓ اٌ

Maka jika engkau (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang 

apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang 

yang membaca kitab sebelummu. Sungguh, telah datang kebenaran 

kepadamu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk 

orang yang ragu. (Yûnus/10:94).

ِ

َّّلل ٰ

ب

ِ

ٰٝ ث

ًْ َوف

ْس َذ ُِ ْغ َساّل لُ

ِظ٠ْ َٓ َوفَ ُغ ْٚا ٌَ

َّ

ْٛ ُي اٌ

َٚ ِت َ٠مُ

ٰ

ِىز

ْ

ُُ اٌ

ْ

َضٖٗ ِػٍ

َٚ َِ ْٓ ِػْٕ

ثَ ِٕ١ْ ْٟ َٚثَ َٕ١ْ ُىَُْۙ

ْۢ

َش ١ِْٙ اضا

ࣖ ٖٗ

Dan orang-orang kafir berkata, “Engkau (Muhammad) bukanlah 

seorang Rasul.” Katakanlah, “Cukuplah Allah dan orang yang 

menguasai ilmu Al-Kitab menjadi saksi antara aku dan kamu.”

(Ar-Ra‟du/13:43).

Ibnu Jarir Ath-Thabari berkata, “Yang dimaksud dengan yang 

mempunyai ilmu Al-Kitab menurut pendapat mayoritas ahli tafsir 

diantaranya Ibn „Abbas R.A adalah setiap Ahli Kitab yang mempunyai 

ilmu Taurat dan Injil dari kalangan Yahudi dan Nasrani.

Itu semua menunjukkan kebolehan menanyakan suatu masalah 

kepada Ahli Kitab dan logikanya tentu kita boleh meriwayatkan kisah￾kisah Isrâîliyyât dari mereka.33

ػٓ ػجض ّللا ثٓ ػّغٚ ثٓ اٌؼبص -عػٟ ّللا ػّٕٙب- لبي: لبي عسٛي ّللا -طٍٝ ّللا 

َّٟ

ْس َغائ١ِ ًَ َََٚل َد َغ َط َٚ َِ ْٓ َوَظ َة َػٍَ

ِ

ُٛا َػ ْٓ ثَِٕٟ إ

َٚ َدِّضص

ْٛ آَ٠خا

ِّ ُغٛا َػِّٕٟ ٌََٚ

ػٗ١ٍ ٚس:ٍُ ثٍَ

بع

َؼَضُٖ ِِ َٓ إٌَّ

َِمْ

ْ

َ١زَجَ َّٛأ

ْ

ُِزَ ، (عٚاٖ اإلِبَ أدّض ٚاٌجشبعٞ ٚاٌزغِظٞ). َؼِّّاضا فٍَ

ٖٗ

Dari Abdullah bin Amr R.A ia mengatakan bahwa Nabi SAW telah 

bersabda, “sampaikanlah olehmu apa yang kalian dapat dariku 

walaupun satu ayat. Barangsiapa yang sengaja berbohong kepadaku, 

maka bersipalah dirinya untuk mendapatkan tempat di dalam neraka 

(H.R. Ahmad. Bukhari. Tirmidzi).

Hadits di atas dengan tegas menjelaskan bahwa kita umat Islam 

dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Untuk menceritakan Bani Israil dan 

dinyatakan bahwa hal itu tidak dosa. Dengan demikian berarti kita 

boleh meriwayatkan kisah-kisah Isrâîliyyât.

35 Ibnu Katsir menyebut 

hadits itu dalam mukadimah tafsir sebagi dalil bolehnya berbicara 

tentang mereka, tentang masalah yang tidak didustakan dalam agama 

kita. 36

2. Hukum yang melarang

Al-Quran sendiri sudah membuka kedok Ahli Kitab secara umum 

orang Yahudi dan secara Khusus, bahwa mereka telah mengubah kitab￾kitab mereka dan mengatakan terhadap Allah tanpa dilandasi ilmu. 

Bahkan sebagian mereka ada yang difirmankan Allah.

ُْ َ٠ ْس َُّؼْٛ َْ َو

٠ْ ٌك ُِِّْٕٙ

ِ

ْٛا ٌَ ُىُْ َٚلَ ْض َوب َْ فَغ

ْط َُّؼْٛ َْ اَ ْْ ُّ٠ ْؤ ُِِٕ

َِ ا ب َفَزَ

ثَ ْؼِض

ْۢ ْٓ ِِ َْٗٗٔٛ

َُّ ُ٠ َذ ِّغفُ

ُ

ِ ص

ّّللا ٰ

َ

َّلَ

َْ ُّْٛ

ُْ َ٠ ْؼٍَ

َُ٘ٚ ُْٖٛ

َػ


Maka apakah kamu (Muslimin) sangat mengharapkan mereka akan 

percaya kepadamu, sedangkan segolongan dari mereka mendengar 

firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, 

padahal mereka mengetahuinya? (Al-Baqarah/2:75).

َْ ْٛ

ُّٕ

ََّل َ٠ظُ

ُْ اِ

ُ٘ ْْ

َِبِٔ َّٟ َٚاِ

ََّلٓ اَ

َت اِ

ٰ

ِىز

ْ

ُّْٛ َْ اٌ

ُّ١ِِّ ْٛ َْ ََل َ٠ ْؼٍَ

ُ

ُْ ا

ْىزُجُ ْٛ َْ َٚ ِِٕ ٦١ ُْٙ

ِظ٠ْ َٓ َ٠

َّ

ٍ

ِّ

ٌ ًٌ ٠َْٛ

فَ

ْٛ َْ ٰ٘ َظا ِِ ْٓ

ُ

ٌْٛ

َُّ َ٠مُ

ُ

ُِْٙ ص

٠ْ ِض٠ْ

بَ

ِ

َت ث

ٰ

ِىز

ِٙ اٌ ُْ ْ

٠ْ ِض٠ْ

ْذ اَ

ُْ َِِّّّب َوزَجَ

ُٙ

َّ

ٌ ًٌ ٠َْٛ

َّٕاب لٍَِ ١ْ اّل فَ

ِ ٖٗ صَ

ْشزَ ُغ ْٚا ث

َ١ٌِ ِ

ِض ّّللا ٰ

ِػْٕ

ْى ِسجُ ْٛ َْ

ُْ َِِّّّب َ٠

ُٙ

َّ

ٌ ًٌ ٠ْ ٦٣ َٚ َٚ

78. Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak memahami Kitab 

(Taurat), kecuali hanya berangan-angan dan mereka hanya menduga￾duga. 79. Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan 

tangan mereka (sendiri), kemudian berkata, “Ini dari Allah,” (dengan 

maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah 

mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena 

apa yang mereka perbuat. (Al-Baqarah/2:78-79).

Masih banyak ayat-ayat lain yang berisi keburukan sifat mereka 

yang diungkapkan Allah.37

Dari Abu Huraira R.A telah berkata, “Sesungguhnya Ahli Kitab itu 

membaca kitab Taurat dengan bahasa Ibarani dan mentafsirkannya 

untuk umat Islam dengan Bahasa Arab.” Lalu Rasulullah SAW 

Bersabda:

ب

ََِّٕ

ُٛا آ

،ُْ ٚ }لٌُٛ

ثُُ٘ٛ

ِىزَب ِة، َََٚل ر َىظِّ

ْ

ْ٘ ًَ اٌ

َ

َٕ١ْب{ ... " )عٚاٖ َظّضلُٛا أ

ٌَ

ِ

َي إ

ِ "ََل رُ

ْٔؼ

ُ

ََّّللِ َٚ َِب أ

ب

ِ

ث

ٖ١ اٌجشبعٞ(

“Janganlah kamu membenarkan (berita-berita yang dibawa) Ahli kitab 

dan jangan pula mendustakannya, tetapi katakanlah, kami beriman 

kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami…” 

(HR. Al-Bukhari).

Hadits ini dapat memberikan pengertian hilangnya kepercayaan 

terhadap apa yang diriwayatkan oleh Ahli Kitab tentang kitab Taurat. 

Sesuatu yang tidak dapat dipercaya, tentu tidak boleh pula 

meriwayatkanya.39

D. Masuknya Isrâîliyyât Dalam Tafsir

Sejarah masuknya Isrâîliyyât ke dalam agama Islam berkaitan erat 

dengan masuknya agama Yahudi ke wilayah Jazirah Arab. Jauh sebelum 

datangnya agama Islam.40 Sebelum Islam datang, ada satu golongan yang 

disebut dengan kaum Yahudi, yaitu kelompok kaum yang dikenal 

mempunyai peradaban yang tinggi dibanding dengan bangsa Arab pada 

waktu itu.41

Sejak tahun 70 M terjadi imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke 

Jazirah Arab karena adanya ancaman dan siksaan dari penguasa Romawi

yang bernama Titus. Mereka pindah bersama dengan kebudayaan yang 

mereka ambil dari nabi dan ulama mereka. Mereka memiliki tempat yang 

bernama Midras sebagai pusat pengajian kebudayaan warisan yang telah 

mereka terima. Mereka juga menemukan tempat tertentu sebagai tempat 

beribadah dan penyebaran agama mereka.42

Upaya untuk memahami pesan-pesan Al-Quran sudah dimulai sejak 

masa Rasulullah SAW dimana beliau sendiri sebagai mubayyin 

(penjelasnya). Pada masa ini tidak terdapat perbedaan dalam upaya 

memahami kandungan makna ayat Al-Quran.43 Setelah Rasulullah wafat, 

tidak seorang pun berhak menjadi penjelas wahyu Allah, dalam kondisi 

seperti ini sahabat mencari sumber hadits. Apabila tidak menjumpai, 

mereka berijtihad, riwayat Ahli Kitab juga menjadi rujukan.44

Sebagaimana masuknya riwayat-riwayat palsu ke dalam tafsir, masuk pula 

banyak Isrâîliyyât, hal ini bermula sejak masa sahabat.

45

Permulaan masuknya Isrâîliyyât ke dalam tafsir adalah ketika para 

sahabat ini berijtihad dengan keterangan-keterangan orang Yahudi dan 

Nasrani yang menunjuk kepada kebenaran Nabi dan menguatkan 

keterangan dalam menentang orang Yahudi. Akan tetapi yang disesali 

sesudah lama masa berlalu beralih fungsi Israiliyyah dari fungsi ijtihâd

kepada fungsi takwil, takhrij dan tafsir sehingga memalingkan maksud 

Al-Quran kepada riwayat itu.46 Inilah yang merupakan benih lahirnya 

Isrâîliyyât.

47 Padahal sahabat juga menjaga diri terhadap Isrâîliyyât, 

mereka tidak menanayakan kepada Ahli Kitab kecuali mengenai 

penjelasan yang mubham dan mujmal, yang belum dikemukakan oleh 

Rasulullah SAW. Mereka juga tidak menyibukan diri bertanya mengenai 

hal-hal remeh yang lebih mirip dengan bermain-main.

48

Sejatinya kisah-kisah dalam Al-Quran tidaklah dimaksud sebagai 

tujuan untuk mengungkapkan sejarah lengkap tentang umat baik 

bangsanya maupun pribadi mereka, tapi sebagai i‟tibâr, pelajaran bagi 

umat manusia. Tujuan utama dan paling penting ungkapan di dalam kisah￾kisah dalam Al-Quran adalah menjelaskan tentang sunnatullah yang 

berlaku dalam masyarakat manusia.

49 Sedang Taurat dan Injil 


mengemukakan secara panjang lebar dengan menjelaskan rincian dan 

bagian-bagiannya.50

Yang harus kita sesali dari pertumbuhan tafsir ialah sikap sebagian 

tabi‟in yang sangat besar perhatiannya kepada Isrâîliyyât dan 

Nasrâniyyât.

51 Ketika tiba masa tabi‟in dan banyaknya pula Ahli Kitab 

yang masuk Islam, maka tabi‟in banyak mengambil berita-berita dari 

mereka. Kemudian perhatian dan atensi para mufassir sesudah tabi‟in 

terhadap Isrâîliyyât semakin besar.52

Para tabi‟in meriwayatkan segala apa yang diterangkan sahabat 

kepada tabi‟it-tabi‟in, kemudian datang pula thabaqat yang mengiringai 

mereka, kemudian meriwayatkan apa yang diterima dari tabi‟in itu. 

Demikianlah terus menerus berangsur-angsur dari thabaqat ke thabaqat 

dan tiap-tiap thabaqat itu tetap menghubungi orang Nasrani dan Yahudi 

yang masuk Islam.53

Penafsiran seperti itu terus berkembang sejalan dengan perkembangan 

pemikiran manusia dan kebutuhannya akan urgensi Al-Quran sebagai 

petunjuk bagi kehidupannya, sampai-sampai tanpa disadari bercampurlah 

hadits-hadits shahih dengan Isrâîliyyât. Kehadiran Isrâîliyyât dalam 

penafsiran Al-Quran itulah yang menjadi ajang polemik dikalangan para 

ahli tafsir Al-Quran.

Begitulah Isrâîliyyât telah masuk ke dalam ilmu tafsir. Padahal, umat 

Islam sebagaimana dikatakan Ibn Katsir tidak membutuhkan sedikitpun 

hal-hal yang dimiliki Ahli kitab.

55

E. Penyebaran Isrâîliyyât Dalam Tafsir Serta Dampaknya

Telah banyak Isriliyyat dan Nasrâniyyât yang masuk tafsir. Hal ini 

dipacu oleh masuknya banyak Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) ke dalam 

Islam.56

Midras (Suatu tempat atau Lembaga yang mengkaji ajaran-ajaran 

Yahudi) juga memegang peranan dalam penyebaran Isrâîliyyât. Para 

sahabat seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab pun sering datang ke tempat 

tersebut untuk mendengarkan apa yang sedang dibahas dimajelis tersebut 

oleh para rahib dan pendeta Yahudi, meskipun kemudian berdakwah dan 

mengajak mereka untuk masuk Islam.57

Riwayat yang berasal dari Ahli kitab jika sejalan maka akan tidak ada 

alasan untuk mendustkannya, jika bertentangn dengan syariat tidak akan 

dibenarkan, itulah sikap dipegang teguh sahabat. Tabi‟in telah bersikap 

longgar dan berlebihan dalam mengambil dari Ahli Kitab, sehingga 

Isrâîliyyât menjadi banyak sekali dalam tafsir.58 Para mufassir pada masa 

itu juga sangat berbaik sangka kepada segala pemberitaan yang 

menyampaikan khabar, mereka beranggapan bahwa orang yang sudah 

masuk Islam tentu tidak mau berdusta.

Walaupun mereka telah masuk Islam, pemikiran mereka masih 

menyimpan berita-berita yang tidak bertalian dengan ketentuan-ketentuan 

syariat. Kemudian semacam ada dorongan bagi jiwa-jiwa umat Islam saat 

itu untuk mendengarkan perincian yang diisyaratkan Al-Quran dari para 

tokoh Yahudi dan Nasrani yang baru masuk Islam pada saat itu.60

Sekitar permulaan abad kedua hijriah, muncul periode awal kodifikasi 

terhadap tafsir dan hadits secara khusus. Tafsir yang mula-mula masih 

termasuk cabang dari ilmu hadits, memisahkan diri dan menjadi ilmu 

tersendiri. Tafsir pada era ini masih berupa tafsir yang mengandalkan 

riwayat (ma‟tsur). Semua hadits yang berhubungan dengan tafsir 

dikumpulkan dan disadari atau tidak, Isrâîliyyât masuk ke dalamnya 

hingga tercampur aduk dan tidak diketahui lagi kevalidan sebuah riwayat 

Isrâîliyyât, mana yang berasal dari Nabi dan mana yang datang dari Ahli 

Kitab. Akhirnya satu-satunya jalan untuk mengetahui keotentikan sebuah 

riwayat adalah menyelidiki orang-orang yang meriwayatkan Hadits

(Al-Jarh wa Al-Ta‟dil).

61

Dalam kitab-kitab tafsir, kisah-kisah Isrâîliyyât ini sangat berlimpah, 

dan kebanyakan di antaranya oleh para penukilnya tidak disebutkan 

sumbernya dan tidak disebutkan orang yang membacakannya, sehingga 

menimbulkan keraguan, serangan, cacian terhadap Islam dan Nabi SAW.62

Di samping itu, juga merusak akidah umat Islam, memberi kesan 

bahwa Islam agama yang khurafat, takhayul dan menyesatkan. Sehingga 

memalingkan perhatian umat Islam dalam mengkaji soal-soal keilmuan Islam,

63 dan keasyikan menikmati kisah-kisah Isrâîliyyât, misalnya: sibuk 

dengan nama dan anjing Ashabul Kahfi, jenis kayu dari tongkat Nabi 

Musa a.s, nama binatang yang ikut serta dalam perahu Nabi Nuh a.s dan 

sebagainya. Perincian itu tidak dinamakan dalam Al-Quran karena 

memang tidak bermanfaat.64 Seperti disebutkan dalam penjelasan 

sebelumnya bahwa bukan itu tujuan Al-Quran.

Menurut Husain Adz-Dzahabi juga menghilangkan kepercayaan pada 

ulama salaf, baik dari kalangan sahabat maupun tab‟in.65 Sehingga 

menyebabkan ditinggalkannya banyak riwayat dari kaum salaf dan 

riwayat-riwayat yang shahih dari mereka. Sebab keraguan telah 

menghilangkan kepercayaan kita terhadap banyak riwayat dari mereka 

karena sedikit sebab kelemahan, yang terkadang kenyataannya adalah 

shahih.66

Dari uraian di atas jelaslah bahwa masuknya Isrâîliyyât, khususnya 

pada masa tabi‟in dan sesudahnya, telah meghilangkan kepercayaan 

kepada sejumlah besar kitab tafsir dan membawa konsekuensi munculnya 

ketitik terhadap khazanh tafsir, muncul tuduhan negatif dan pengaitannya 

kepada sebagian sahabat dan imam, serta menjadi kesempatan bagi musuh 

Islam untuk melancarkan tuduhan miring, disamping banyaknya riwayat 

shahih yang telah tercampur dengan berita-berita dusta tanpa pemilahan.67

Langkah alternatif bagi pemecahan masalah di atas, dilaksanakan oleh 

orang yang hendak menafsirkan Al-Quran harus kritis dan selektif terhadap riwayat Isriliyyat atau dengan cara menyeleksi kitab-kitab tafsir 

dari pengaruh atau susupan kisah Isriliiyat yang berbahaya itu.68

F. Tokoh yang Meriwayatkan Tentang Isrâîliyyât

1. Sahabat yang meriwayatkan Isrâîliyyât

Tersebar luasnya Isrâîliyyât di kalangan umat Islam, tidak 

diragukan lagi merupakan peran dari beberapa tokoh Islam yang 

banyak meriwayatkan cerita-cerita itu.

69 Tercatat beberapa nama 

sahabat yang pernah menukil riwayat dari ahli kitab, di antaranya 

adalah Abû Hurairah, „Abdullah bin „Abbâs, „Amr bin Al-„Ash, 

„Abdullah bin Sallâm dan Tamîm Al-Dârî.

70

a. Abu Hurairah

Abu Hurairah datang ke Madinah lalu masuk Islam pada awal 

tahun 7 Hijriyah, yaitu pada perang Khaibar.71 Abu Hurairah R.A 

adalah nama gelar yang diberikan Rasulullah SAW. Semenjak ia 

membawa kucing kecil dihadapan beliau, yang berarti “Bapak 

kucing kecil”. Nama aslinya di zaman jahiliah Abdus Syamsi, 

kemudian setelah masuk Islam, ia berganti nama Abdurrahman 

As Shahri. Berkah doa Nabi SAW ia menjelma menjadi sosok 

sahabat yang paling banyak merawikan hadits di antara kalangan 

sahabat-sahabat Rasul. Ia dapat meriwayatkan sebanyak 5374 hadits

kepada Baqi bin Mukhlad

Ada faktor utama yang berperan besar menimbulkan kesulitan 

bagi Abu Hurairah yang banyak menyampaikan hadits Nabi. Yaitu, 

pada masa yang sama ada seorang yang bernama Ka‟ab Al-Ahbar, 

seorang Yahudi yang masuk Islam, yang juga banyak 

menyampaikan hadits Nabi. Namun, kaum muslimin tidak begitu 

mempercayai hadits tersebut.73 Syu‟bah bin Hajjaj menuduh Abu 

Hurairah telah meriwayatkan hadits dari Ka‟ab Al-Ahbar dan 

menyatakan dari Rasulullah dan juga menuduhnya telah melakukan 

tipu daya, namun di sanggah oleh Bisri bin Said.74 Ia meninggal 

pada tahun 59 H. Di usia ke 78. Jasadnya dikuburkan di pemakaman 

Baqi‟ bersama orang-orang shalih yang lain.75

b. „Abdullah bin „Abbâs

Dia adalah Abdullah Ibn Abbas ibn Abdul Muthalib ibn 

Hasyim, sepupu Nabi SAW. Dia lahir 3 tahun sebelum hijrah. Dan 

dia adalah “Sang Penafsir Al-Quran”. Nabi SAW telah berdoa 

untuknya dengan mengucapkan, “Ya Allah, pandaikanlah dia dalam 

agama dan ajarilah dia takwil.” (HR. Ahmad dan Thabrani).76 Ia 

sangat pandai dan memiliki ilmu pengetahuan yang melimpah dan 

juga sahabat muda yang sangat mencintai ilmu Al-Quran.77

Ibnu mas‟ud berkata: “sebaik-baik penafsir Al-Quran adalah 

Ibnu „Abbas, karena keluasan ilmunya ia dijuluki “Sang Tinta” dan 

“Sang Lautan.” Meskipun demikian para imam hadits yang mengetahui sanad dan cacat-cacat hadits telah mengkritik riwayat 

Ibnu “Abbas dan jalan-jalannya darinya, mana yang berharga dan 

tidak berharga, mana yang diterima dan tertolak, dan mana 

Isrâîliyyât yang dinukilnya dari Ahli Kitab yang masuk Islam dan 

mana yang dinukilnya dari mereka.78

c. „Amr bin Al-‟Ash

Sementara dari Abdullah bin Amru ibn Ash, telah diriwayatkan 

banyak khabar dalam tafsir, terutama hal-hal yang berkaitan dengan 

kisah para Nabi, berita bencana, kondisi hari kiamat. As-Syuyuti 

berkata, “Khabar-khabar tersebut lebih menyerupai dengan apa yang 

diriwayatkan dari Ahli Kitab, yaitu Isrâîliyyât.

79 Ulama telah 

mengkritik semua itu, menjelaskan yang shahih dan cacat, diterima 

dan ditolak.

80

d. Abdullah bin Sallam

Dia adalah Abu Yusuf Abdullah ibn salam ibn Harits, dari Bani 

Qainuqa‟. Dia berasal dari keturunan Yusuf a.s. Nama Abdullah ibn 

Salam pada masa jahiliyah adalah Hushain. Lalu Nabi SAW 

menamakannya Abdullah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn 

Majah. Dia adalah sekutu khazraj dari kaum Anshar. Dia masuk 

Islam ketika pertama kali Nabi Saw tiba di Madinah.81 Abdullah ibn Salam adalah Yahudi yang paling alim dan putra dari Yahudi yang 

paling alim, sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat shahih.

82

Ia juga salah seorang ulama sahabat setelah masuk Islam, salah 

seorang ahli surga dan juga sahabat yang adil. Tidak seorangpun 

ulama keritik hadits yang membicarakanhya kecuali penulis 

kontemporer yang terpengaruh terhadap orientalis, walaupun kita 

tidak menafikan bahwa Abdullah ibn Salam meriwaytkan sebagian 

pengetahuan dari Ahli Kitab. Abdullah ibn Salam meriwayatkan 

hadits dari Nabi SAW dan yang meriwayatkan hadits darinya adalah 

kedua putranya -yusuf dan Muhammad-, Abu Hurairah, Abu Burdah 

ibn Abu Musa Al-Asy‟ari, Atha‟ ibn Yasar, dan lainnya.

83 Ibnu jarir 

juga banyak menisbatkan kepadanya dalam Tarikhnya.

84

e. Tamim Ad-Dari

Dia merupakan sahabat Rasulullah SAW, Abu Ruqayyah, 

Tamim bin Aus bin Kharijah Al-Lakhmi Al Falistini. Tamim Ad￾Dari diutus sebagai delegasi pada tahun 9 hijriyah, lalu masuk Islam.

selain banyak meriwayatkan hadits, dia juga seorang ahli ibadah dan 

banyak membaca Al-Quran. Ada yang mengatakan bahwa telah 

ditemukan di atas permukaan kuburan Tamim Ad-dari bahwa dia 

wafat tahun 40 Hijriyah.

Sementara dari kalangan tabi‟in terdapat nama-nama yang masyhur 

sebagai periwayat Isrâîliyyât, seperti Ka‟ab Al-Ahbar dan Wahab bin 

Munabbih.86

a. Ka‟ab Al-Ahbar

Nama aslinya adalah Abu Ishak Ka‟ab bin Mani Al-Humairi 

yang terkenal dengan Ka‟ab Al-Ahbar karena pengetahuannya yang 

dalam, ia berasal dari Yahudi Yaman yang memeluk Islam pada 

masa Umar bin Khattab. Dalam perjuangan menegakkan Islam ia 

turut berjuang menuju Syam bersama kaum muslimin lainnya. 

Banyak cerita Isrâîliyyât yang dinisbatkan kepadanya. Riwayat￾riwayatnya diterima oleh Muawiyah, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, 

Malik bin Amir Al-Asbani, Atha bin Abi Rabbah, dan lain-lain.

87

Ka‟ab Al-Ahbar adalah orang yang mulia, riwayatnya terdapat 

pada shahih Bukhari dan lainnya.88 Walaupun keistikhlafannya 

menjadi perdebatan para ulama, bahkan ada yang meragukan 

keagamaannya.89 Para ulama kritik hadits nyaris sepakat untuk 

menganggap Ka‟ab sebagai orang tsiqah, di dalam kitab-kitab ia 

tidak didapatkan termasuk orang-orang yang dhaif (lemah) dan 

ditinggalkan.90 Adapun yang diriwayatkannya, ia tidak menisbatkan 

riwayat itu kepada Nabi dan tidak mendustkan Rasul. Ia 

meriwayatkan Isrâîliyyât dalam statusnya sebagai Isrâîliyyât, yang 

kita tidak dituntut untuk membenarkannyb. Wahab bin Munabbih

Dia adalah Wahab bin Munabbih Ash- Shan‟ani Al-Yamani, 

salah seorang Tabi‟in terbaik. Wahab bin Munabbih lahir pada akhir 

masa kekhalifahan Usman R.A. dia menerima Riwayat dari Abu 

Hurairah, Abu Said Al-khudri, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin 

Umar dan lainnya.92 Ia juga termasuk tabi‟in yang tsiqah dan luas 

Ilmunya.93

Ia banyak menukilkan riwayat dari Ahli Kitab, dan tampaknya 

ia memiliki Ilmu Pengetahuan yang luas tentang kitab-kitab umat 

terdahulu, hikmah-hikmah dan kisah-kisah mereka. Dalam tafsir 

Ibnu Katsir banyak menukilkan dari Wahab riwayat-riwayat yang 

banyak sekali, dan menetapkannya termasuk bagian dari Isrâîliyyât. 

Yang disayangkan ia telah menjadi salah satu perantara orang yang 

menukilkan Isrâîliyyât dan kisah- kisah yang batil kepada kaum 

muslimin dan meletakannya pada tafsir, sedangkan Al-Quran 

tebebas darinya. Namun ia tidak mengarang semua itu dan mengada￾adakannya dari dirinya sendiri.94

3. Tabi‟in-tabi‟in yang meriwayatkan Isrâîliyyât

Sementara generasi Tabi‟-tabi‟in yang terkenal meriwayatkan 

Isrâîliyyât adalah Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij dan Muqatil 

Bin Sulaiman.

95

a. Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij

Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij adalah berbangsa 

Romawi yang beragama Nasrani, kemudian memeluk Islam. di 

antara ulama ada yang menuduh bahwa Ibnu Juraij ini turut 

memalsukan hadits dan pernah menikah mut‟ah sebanyak 90 kali.

96

Ia menjadi salah seorang ulama dan ahli hadits di Mekkah. Dia 

termasuk orang yang pertama kali membukukan hadits dan menulis 

buku. Para ulama berselisih pendapat tentangnya.

97

b. Muqatil Bin Sulaiman

Muqatil bin Sulaiman (w. 150 H). Abu Hatim berkata mengenai 

dirinya bahwa beliau mengambil ilmu-ilmunya tentang Al-Quran 

dari Kaum Yahudi dan Nasarani dan menjadikannya sejalan dengan 

apa yang ada di dalam kitab-kitab mereka.98 Al-Khalili berkata, 

“Adapun tafsir Muqatil bin Sulaiman, Muqatil sendiri dianggap 

dhaif oleh para ulama. Dan ia pernah bertemu dengan para pembesar

tabi‟in. sementara Syafi‟i memberikan isyarat bahwa tafsirnya baik 

untuk dijadikan hujah.

99

Adapun orang yang paling luas dalam mengemukakan kisah￾kisah Isrâîliyyât adalah Ahamad bin Muhammad bin Ibrahim 

Atsa‟laby An-Nisabury pengarang kitab tafsir Al-Kabir.100 Mufasir 

yang sekedar melansir periwayatan Isrâîliyyât tanpa mengkritisinya, 

seperti Al-Husain ibn Mas‟ud Al-Baghawi (w. 516 H) penulis kita Ma‟alim At-Tanzîl dan Ali ibn Muhammad Al-Baghdadi yang 

dikenal dengan sebutan Al-Khazin (w. 741 H), penulis kitab Lubâb 

At-Tanwîl fî Ma‟ânî At-Tanzîl.101

G. Sikap Ulama Terhadap Isrâîliyyât

Dalam menafsirkan Al-Quran, seorang mufassir kerap tersandera oleh 

pra-pemahaman dan latar belakang keilmuan serta ideologinya. 

Akibatnya, ia tidak mampu “membunyikan” Al-Quran secara objektif. 

Ketika objektivitas akan jauh panggang dari api. Walhasil, Al-Quran tidak 

dapat lagi “berbicara” tentang dirinya, tapi semakin menjauh dari pesan￾pesan universalnya.102

Riwayat Isrâîliyyât identik dengan anggapan miring dari para 

pemerhati dan pengkaji ilmu-ilmu Al-Qur‟an dan tafsir. Kendatipun 

demikian, tidak semua ulama menolak mentah-mentah riwayat 

Isrâîliyyât.

103

1. Ulama yang Menerima Periwayatan Isrâîliyyât

Imam Ahmad bin Hambal menyatakan:

ِ

ْس َغٞ اٌمِ َظ َٕ٠ْب ْض َٚ ا َع َطإ

بألُ

ِ

َٕب فَج

ْ

َسبٍَ٘

َؼبئِ ًَ رَ

َطا َع َٕ٠َْٚب فِٟ اٌفَ

ِ

َٚ إ

َِ َشَضْصَٔب

ْد َىب

فِٟ األَ

Dalam kami meriwayatkan tentang masalah hukum dalam Islam kami 

sangat tegas, tetapi dalam hal yang berkenaan dengan keutamaan 

akhlaq kami bersikap mudah, khususnya yang berkenaan dengan qisas￾qisas Isrâîliyyât.

Ahmad Muhammad Syakir mengomentari hal itu dalam bukunya, 

Umdah At-Tafsir, dan berkata dengan amat baik, “Bolehnya mengambil 

berita dari mereka (yang tidak ada dalil atas kebenaran dan dustanya 

pada kita).104

Al-Biqa‟i dalam Al-Munâsabat berpendapat boleh mengambil 

ayat-ayat dari kitab suci Ahli Kitab yang ada konfirmasinya dalam Al￾Quran. Al-Biqa‟i juga berpendapat bahwa kitab suci Ahli Kitab dapat 

dijadikan pembuktian kebenran Al-Quran (yastadillu), dan bisa pula 

untuk memperkuat ide penafsiran Al-Quran (yasta‟nisu).105

2. Ulama yang Menolak Periwayatan Isrâîliyyât

Al-Dahlawi (1114-1176) menilai bahwa pertanyaan sahabat 

kepada ahli kitab mengenai cerita-cerita Isrâîliyyât adalah bagian dari 

Tadyi‟al-qaqt (menyia-nyiakan waktu).

106

Imam As-Sayuthi sebagai ahli peneliti sejarah, mereka telah 

melakukan penelitian, lalu mereka mengambil kesimpulan bahwa 

kisah-kisah Isrâîliyyât itu tidak dapat diterima. Sebagai alasan mereka 

menunjukkan pernyataan Ibnu Hambal yang mengatakan: Tiga faktor 

yang tidak ada asalnya yaitu tafsir, kisah-kisah peperangan, sanjungan 

pahlawan perang. Imam Ibnu Hambal mengemukakan, membicarakan 

tafsir yang tiada asalnya yaitu tafsir Quran yang berhubungan dengan 

dongeng-dongeng (legenda) serta cerita peperangan yang ditulis secara 

Panjang lebar.107

Al-Qasimy dalam Mahsin At-Ta‟wil, berpendapat bahwa semua 

Isrâîliyyât baik yang berasal dari kitab sucinya maupun bukan, tidak 

bisa dipegangi. Karena adanya kebohongan dan pertentangan di 

dalamnya.108

Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha dalam Tafsir 

Al-Manâr, berpendapat bahwa Isrâîliyyât adalah semua riwayat Ahli 

Kitab yang bukan berasal dari kitab sucinya, tapi dari dongeng￾dongeng dan budayanya, oleh karenanya harus ditolak.

109 Rasyid Ridha

adalah seorang modernis yang sangat anti dengan segala hal yang 

berbau mistik, takhayul, khurafat, dan sejenisnya, apalagi tentang 

Isrâîliyyât.

110 Walaupun ia menyerang dengan pedas Mufassir yang 

menghidangkan Isrâîliyyât. Terkadang Rasyid Ridha termasuk mufassir 

yang terperangkap dalam situasi serupa dalam artian bahwa tanpa 

disadari dia menampilkan kisah Isrâîliyyât dalam tafsirnya.111

Di kalangan ulama khalaf seperti Mustafa Al-Maraghi, 

Muhammad Syaltut, Abu zahrah. Bagi Muhammad Syaltut Isrâîliyyât

hanya menghalangi umat Islam menemukan petunjuk Al-Quran, 

kesibukan mempelajarinya telah memalingkan mereka dari intan dan 

mutiara yang terkandung dalam Al-Quran. Abu Zahra mengatakan, 

Isrâîliyyât harus dibuang karena tidak berguna dalam memahami Al￾Quran.112

 

Seperti yang penulis sudah sampaikan di atas, menurut Hamka 

Isrâîliyyât itu adalah sebagai dinding yang menghambat orang dari 

kebenaran Al-Quran. Kalau di dalam tafsir ini (Tafsir Al-Azhar) ada kita bawakan riwayat-riwayat Isrâîliyyât, tidak lain ialah untuk 

peringatan saja.113

3. Ulama yang Men-tawaquf-kan Periwayatan Isrâîliyyât/ menerima 

dengan Syarat.

Sebagaian dari cerita-cerita Isrâîliyyât ada yang tidak diketahui 

status kebenaran dan kedustaanya karena tidak ada dalil yang/ajaran 

agama yang menegaskan kebenaran atau kedustaaan riwayat tersebut. 

Maka, Fayed dan Muhammad Husyam Adz-Dzahabi (1915-1977) 

berpendapat tidak boleh meriwayatkan Isrâîliyyât jenis ini, dan lebih 

baik men-tawaquf-kannya (membiarkanya) seraya mengatakan, “kami 

beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami”.114

Adz-Dzahabi dalam At-Tafsir Al- mufassirûn, membagi Isrâîliyyât

menjadi 3, pertama: yang ada konfirmasinya dengan hukum syara‟ 

(diterima), kedua: yang bertentangan dengan syara‟ dan akal sehat 

(ditolak), ketiga: di luar kedua hal diatas (ditawaqufkan).

115

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari berpendapat bahwa Isrâîliyyât yang 

sesuai dengan syara‟ dapat diterima, yang bertentangan dengan syara 

harus ditolak, sedangkan yang bersifat muhtamal harus bersifat 

tawaquf. Ibnu Hajar sama seperti golongan salaf yang banyak 

menggunkan Isrâîliyyât.

Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Quran Al-Adzhîm berpendapat ada 3 

macam Isrâîliyyât, pertama: Yang diterima, karena kebenarannya ada 

konfirmasi dalam syari‟at. Kedua: Yang ditolak, karena kesalahannya dikonfirmasi oleh syari‟at. Ketiga: Yang tidak diterima dan juga tidak 

di tolak, tapi boleh diriwayatkan dengan menyebut statusnya.

Ibnu Arabi dalam Ahkâm Al-Quran berpendapat, pertama: jika 

Isrâîliyyât menyangkut hukum syara‟ maka dilarang menerimanya, 

kedua; jika Isrâîliyyât menyangkut cerita mengenai bukan Ahli Kitab 

sendiri bisa diterima, ketiga: cerita mengenai bukan Ahli Kitab perlu 

diperiksa perawinya dan apakah positif bagi Islam atau tidak.

Ibnu Taimiyah dalam Muqaddimah Fi Ushul At-Tafsir, 

mengatakan segala riwayat dari Ahli Kitab termasuk kitab sucinya, bila 

tidak ada bukti kebathilannya kita harus bertawaquf menerimanya, 

sedangkan apabila ada bukti kebathilan kita harus menolaknya.


Deskripsi Kisah Isa a.s

Kata (ٝسَ ١ػِ ( Isa terambil dari bahasa Ibrani, yaitu (عٛس٠ (Yasû‟ atau 

(عٛش٠ (Yasyû‟ yang dilafalkan oleh lidah Arab dengan Isa karena kata 

aslinya berat mereka ucapkan.

1 Bahasa Ibrani dan Arab adalah serumpun 

dari bahasa Samy (Samiet). Dalam bahasa Yunani disebut Yezuz.2

Isa adalah nama salah satu nabi dan rasul Allah. Nama Isa disebut 

dalam Al-Quran tidak kurang dari 24 kali. Nabi Isa adalah putra Maryam 

binti Imran3

. Ia tidak memiliki ayah karena Maryam hamil tanpa melalui 

berhubungan dengan laki-laki.4 Maryam bukan perempuan biasa, Dia

berasal dari keluarga baik dan diasuh oleh keluarga terhormat pula. Allah 

mempersiapkannya untuk menjadi ibu seorang nabi.5

Ditegaskan pula bahwa Isa Al-Masih bukan Tuhan, bukan anak Tuhan 

dan bukan oknum ketiga atau salah satu dari oknum Tuhan.

6 Al-Quran

juga menegaskan bahwa Isa tidak dibunuh dan tidak disalib, tetapi yang 

mereka bunuh adalah orang yang diserupakan oleh Isa.Hikmah Dari Kisah Isa a.s

Apa yang Allah kisahkan kepada kita sebagaimana yang disebut 

dalam Al-Quran adalah sebaik-baik Kisah.8

َظ ِض

مَ

ْ

ْد َس َٓ اٌ

١ْ َه اَ

ُّض َػٍَ

َٔ ْذ ُٓ َٔم ... ٖ ُ

“Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) sebaik-baik kisah…

(Yusûf/12:3)

Tujuan terpenting dari kisah dan bahkan menduduki sebagai tujuan 

utama menurut Al-Quran adalah meringankan beban jiwa atau tekanan 

jiwa para nabi dan orang-orang yang beriman. Dengan kisah-kisah 

demikian diharapkan agar jiwa-jiwa mereka tenang dan tetap tegar 

sehingga tidak meninggalkan dakwah Islam walaupun menghadapi banyak 

rintangan dan cobaan.9

Maka hikmah kisah Nabi Isa di dalam Al-Quran di antaranya ialah, 

membuktikan kenabian Nabi Muhammad SAW, bahwa ia mengetahui 

berita ghaib, tidak diterima dari orang lain, tetapi diwahyukan langsung 

kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian di tekankan lagi peringatan 

Allah akan kesucian Maryam, yang langsung diberitakan kepada Nabi

Muhammad SAW. Dan dikatakan bahwa engkau (Muhammad) wahai 

utusan-Ku, tidak hadir dalam perundingan itu dan tidak di dekat mereka 

ketika mereka berbantahan, berebut Maryam karena sayang kepada anak 

itu.10 tetapi Nabi Muhammad dapat menceritakan berita itu dengan sebaik￾baik berita, karena itu semua adalah firman Allah.

Hikmah selanjutnya keterangan dari Nabi Isa Al-Masih sendiri bahwa 

beliau adalah utusan Allah kepada Bani Israil, khusus kepada mereka, bukan kepada yang lain. Dijelaskan pula bahwa Nabi Isa anak Maryam 

telah memberikan kabar gembira kepada murid-muridnya atau yang 

disebut Hawari-nya, bahwa sesudah dia kelak akan datang lagi seorang 

utusan Allah, seorang rasul. Telah beliau tunjukkan pula namanya, yaitu 

Ahmad.11

C. Sebelum Isa Lahir

1. Silsilah Keturunan Isa a.s

a. Tafsir Al-Azhar

ََۙٓ ١ِّْ

ٰؼٍَ

ْ

َي ِػ ّْ ٰغ َْ َػٍَٝ اٌ

ٰ

َ َٚا

َي اِ ْث ٰغ ُ١ِْ٘

ٰ

ْٛ ادب َّٚا

َُٔٚ َ

َصَ

ٰ

ٝٓ ا

ٰ

َ ا ْططَف

اِ ٖٖ ْۢ ثَ ْؼ ُؼَٙب َّْ ّّللا ٰ

ِّعَّ٠خا

طُ

ُ َس ١ِّْ ٌغ َػٍِ ٌَُۚ١ْ

َٚ ّّللا ٰ

 

 غ

ثَ ْؼ

ْۢ ْٓ ٖٗ ِِ

33. Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga 

Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (pada masa 

masing-masing). 34. (sebagai) satu keturunan, sebagiannya adalah 

(keturunan) dari sebagian yang lain. Allah Maha Mendengar, Maha 

Mengetahui. (Âli Imrân/3:33-34)

(Tafsir Âli Imrân/3:33-34). Adam sebagai bapak manusia. 

Dialah yang terlebih dahulu terpilih menerima wahyu dan 

menyampaikan wahyu itu kepada anak cucunya. Dari keturunan 

Adam ialah Nuh. Diantara Adam dan Nuh adalagi seorang nabi, 

yaitu Idris. Tetapi di dalam ayat ini lebih dikemukakan Nabi Nuh

sebab dia telah mulai membawa syari‟at yang tegas kepada umat 

manusia (lihat surat As-Syûrâ/42:13). Di antara anak Nuh yang 

terkenal dalam catatan sejarah ialah Ham, Sam dan Yafits. Dari 

keturunan Nuh yang bernama Sam itulah kemudian lahir Ibrahim. 

Ibrahim disebut pada ayat 33 ini “Keluarga Ibrahim”. Sebab Ibrahim dengan beroleh kedua putranya Ismail dan Ishak, telah menurunkan 

keluarga yang besar.12

Ismail anak yang tertua telah mengembangkan Bangsa Arab 

Adnani dan Ishak telah mengembangkan Bani Israil. Berpuluh Nabi 

dan Rasul telah ditimbulkan pada Bani Israil. Kemudian timbullah 

dari keturunan Bani Israil itu keluarga Imran. 

Di dalam Al-Quran ada tersebut dua Imran, tetapi jaraknya lebih 

kurang 1.800 tahun. Imran yang pertama adalah ayah nabi Musa, 

dan Imran yang kedua ialah ayah dari Maryam, dan Maryam ini ibu 

dari Isa Al-Masih. Adapun satu cabang dari keluarga Ibrahim yang 

dari putranya Ismail tadi, dari sanalah dipilih dan diutus pula Nabi 

Muhammad SAW. Maka keluarga-keluarga yang mulia ini telah 

diberikan kemuliaan nubuwwât dan risâlâh, mengatasi sekalian 

manusia. Sehingga bolehlah dikatakan bahwasannya pimpinan 

rohani sebagian terbesar dari umat manusia didatangkan Allah 

melalui keluarga-keluarga ini. Oleh semua keluarga itu adalah satu 

dari keturunan, yaitu Adam dan Nuh, itulah sebab dijelaskan di ayat 

34 bahwa yang sebahagian adalah keturunan dari yang sebahagian.13

 

b. Bibel

Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.

Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, 

Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda 

memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan 

Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan 

Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason 

memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai,

Isai memperanakkan Raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari 

istri Uria, Salomo memperanakkan Rahabeam, Rahabeam 

memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, Asa 

memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkanYoram, Yoram 

memperanakkan Uzia, Uzia memperanakkan Yotam, Yotam 

memperanakkan, Ahas memperanakkan Hizkia, Hizkia 

memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon 

memperanakkan Yosia, Yosia memperanakkan Yekhonya dan 

saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. Sesudah 

pembuangan ke Babel Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel 

memperanakkan Zerubabel, Zerubabael memperanakkan Abihud, 

Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, 

Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, 

Akhim memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan Eleazar, 

Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, 

Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus 

yang disebut Kristus.

Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham 

sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan 

ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel 

sampai Kristus. (Matius, Pasal 1: 1-17).

14

Sedangkan di dalam Injil Lukas silsilah Yesus sebagai berikut:

Ketika Yesus memulai Pekerjaa-Nya, Ia berumur kira-kira tiga 

puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, 

anak Eli, anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yani, anak 

Yusuf, anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak 

Nagai, anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak 

Yoda, anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, anak Sealtiel, 

anak Neri, anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, 

anak Er, anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak 

Lewi, anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak 

Elyakim, anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak 

Daud, anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak 

Nahason, anak Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak Hezron, 

anak Peres, anak Yehuda, anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham, 

anak Terah, anak Nahor, anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak 

Eber, anak Salmon, anak Kenan, anak Arpakhsad, anak Sem, anak 

Nuh, anak Lamekh, anak Metusalah, anak Henokh, anak Yared, 

anak Mahalaleel, anak Kenan, anak Enos, anak Set, anak Adam, 

anak Allah. (Lukas, Pasal 3: 23-38).15

c. Pandangan Ulama

Menurut Wahbah Zuhaili, yang dimaksud dengan Imran di sini 

adalah ayah Siti Maryam ibu kandung Nabi Isa a.s. Nama 

lengkapnya adalah Imran bin Yasyim bin Misya bin Hazqiya bin 

Ibrahim dan Nasabnya berakhir sampai ke Nabi Sulaiman bin Daud 

a.s. Jadi, Nabi Isa a.s adalah berasal dari keturunan Nabi Ibrahim 

a.s.

Analisis Penulis

Dari penjelasan kedua kitab suci di atas tentunya kita dapat 

mengambil analisisnya, baik dari kesamaan, perbedaan maupun hal 

yang bertentangan. 

Al-Quran tidak pernah merinci nama keluarga atau asal usul 

seseorang,

17 di dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 33-34 yang di 

jelaskan oleh Hamka dalam Tafsir Al-Azhar secara garis besar 

disebutkan Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran adalah 

keluarga-keluarga pilihan yang dari keluarga ini banyak muncul nabi 

dan rasul Allah. Termasuk Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW 

merupakan satu garis keturunan dari Nabi Ibrahim, Nuh dan Adam. 

Hal inilah yang di jelaskn Al-Quran bahwa “Satu dengan yang lain 

adalah satu garis keturunan”, satu garis keturunan ini juga 

mengajarkan Allah Tuhan Yang Esa. Tidak satupun ayat Al-Quran 

yang mengatakan bahwa Isa anak Tuhan atau anak Yusuf tunangan 

Maryam dalam Bibel, hal ini akan penulis jelaskan di bawah.

Lain halnya dengan Bibel yang menceritakan secara detail

silsilah keturunan Yesus (Matius, Pasal 1: 1-17) dan (Lukas, Pasal 3: 23-

38), yang sebenarnya diragukan kebenarannya, di Bibel sendiri 

terdapat perbedaan antara Injil Matius dan Injil Lukas. Injil Matius 

menyebutkan silsilah Yesus sampai Ibrahim saja sedangkan Injil 

Lukas menyebutkan sampai anak adam, anak Allah. Tentunya 

sangat jelas perbedaan antara dua Injil tersebut, di dalam Injil 

Matius jika kita lihat silsilah Yesus: yaitu Daud memperanakkan

Salomo. Sedangkan Injil Lukas silsilah Yesus: yaitu Daud 

memperanakkan Natan. Penulis mencoba naik ke atas melihat 

silsilah Yesus dari Daud sampai Ibrahim terdapat nama yang 

berbeda dalam jalur silsilah ini, di dalam Injil Matius terdapat nama 

Ram, dan Injil Lukas terdapat nama Arni dan Admin yang diantara 

keduanya berbeda, satu sama lain tidak mencantumkan.

Perbedaan besar antara Injil Matius dengan Injil Lukas itu 

pernah mengundang diskusi dan perdebatan panjang di kalangan 

beberapa pemuka gereja, dan tampaknya sukar dipertemukan.18

Yang perlu kita perhatikan adalah bahwa silsilah keturunan laki-laki 

tidak ada artinya sama sekali bagi Yesus. Jika orang ingin 

memberikan silsilah keturunan kepada Yesus, anak tunggal dari 

Maryam, tanpa bapa, maka silsilah keturunan itu harus silsilah 

keturunan Maryam, Ibunya.19

2. Kehamilan Maryam Sang Wanita Suci

a. Tafsir Al-Azhar

َٓ ١ِّْ

ٰؼٍَ

ْ

ِء اٌ

ۤ

ٰٝ ِٔ َسب

ة ِه َػٍ

ٰ

َغ ِن َٚا ْططَف

ة ِه َٚؽََّٙ

ٰ

َ ا ْططَف

َّْ ّّللا ٰ

َّ ْغَ٠ ُُ اِ

َىخُ ٠ٰ

ِ

 

ة

ۤ

ٰ

ٍَّ

ْ

ِذ اٌ

لَبٌَ

َٚ ٕٗ اِطْ

Dan (ingatlah) ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! 

Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan 

melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada 

masa itu). (Âli Imrân/3:42) 

Ayat ini ialah melanjutkan cerita tentang pertumbuhan diri 

Marayam yang dikala kecil-nya itu dalam asuhan Zakaria. Dia mulai 

besar dan akan dewasa. Maka, Allah telah mengingatkannya bahwa 

dia telah menjadi pilihan Allah, termasuk orang-orang yang terpilih

sebagaimana Adam, Nuh, Keluarga Ibrahim, dan rasul serta nabi￾nabi yang lain tadi, dan nabi kita Muhammad SAW. dan ia tetap 

keadaan yang suci sehingga dia melahirkan Isa kelak dan kesucian 

itu, tidak disentuh laki-laki.20

Suatu kemuliaan juga baginya karena nadzar ibunya yang ingin 

anaknya menjadi pengkhidmat rumah suci, dan suatu kemuliaan 

juga baginya karena pengasuhnya adalah seorang nabi. Akan tetapi, 

ada juga ahli tafsir menjelaskan bahwasannya kemuliaan Maryam di 

atas segala perempuan di alam, bukanlah buat seluruh zaman, 

malainkan di zamannya saja.

21

ِّش ُغ

َ ُ٠جَ

َّْ ّّللا ٰ

َّ ْغَ٠ ُُ اِ

َىخُ ٠ٰ

ِ

 

ة

ۤ

ٰ

ٍَّ

ْ

ِذ اٌ

لَبٌَ

ْ

َ َٚ ِج اِط ٙ١ْاب

َّ ِس١ْ ُخ ِػ١ْ َسٝ اْث ُٓ َِ ْغَُ٠

ْ

ا ْس ُُّٗ اٌ

َّ خ ُُِِّْٕۖٗ

َىٍِ

ِ

ِن ث

ََۙٓ ١ْ

ِ

ُّمَ َّغث

ْ

َٚاْ َٰل ِس َغِح َٚ ِِ َٓ اٌ

َ١ب

فِٝ اٌُّضٔ ٗ٘ ٍِ ِذ١ْ َٓ ْ

َّ ِْٙض َٚ َو ْٙاّل َّٚ ِِ َٓ اٌ ّظ ٰ

ْ

ب َؽ فِٝ اٌ

ُُ إٌَّ

ِّ

ُ٠َٚ َىٍ

ّْ َ٠ ُْ

ُىْٛ ُْ ٌِ ْٟ ٌٌََٚض ٌََّٚ

َ٠ ٝ ٗٙ ٰ

َطا َ ْذ َع ِّة أَّ

لَبٌ ُء اِ

ۤ

ُك َِب َ٠ َشب

ُ

ْشٍ

َ٠ ُ

ٌِ ِه ّّللا ٰ

ٰ

 لَب َي َوظ

َس ْسِٕ ْٟ ثَ َش ٌغ

ُىْٛ ُْ

ْٛ ُي ٌَ ٗٗ ُو ْٓ فَ١َ

َّب َ٠مُ

ِْ اغا فَبَِّٔ

لَ ٰؼ ٗ٦ ٝٓ اَ

ِج١ْ ًََۚ

َٚاَْلِْٔ

ْٛ ٰعةخَ

َٚاٌزَّ

ِذ ْىَّخَ

ْ

َت َٚاٌ

ٰ

ِىز

ْ

ُُّٗ اٌ

ِّ

ُ٠َٚ َؼٍ

ٗ١

45. (Ingatlah), ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! 

Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu 

tentang sebuah kalimat (firman) dari-Nya (yaitu seorang putra), 

Namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia 

dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada 

Allah), 46. dan dia berbicara dengan manusia (sewaktu) dalam 

buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang 

yang shaleh.” 47. Dia (Maryam) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana 

mungkin aku mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki￾lakipun yang menyentuhku?” Dia (Allah) berfiman, “Demikianlah 

Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak 

menetapkan sesuatu, Dia hanya berkatanya kepadanya, “Jadilah!” 

Maka jadilah sesuatu itu. 48. Dan Dia (Allah)mengajarkan kepada 

(Isa) Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil. (Âli Imrân/3:45-48)

(Tafsir Âli Imrân/3:45). Kalimat Allah artinya ialah perkataan 

Allah. Banyaklah terdapat perkataan kalimah atau kalimat itu di 

dalam Al-Quran yang simpulan artinya selain dari perkataan Allah, 

juga berari kehendak Allah. Seluruh alam ini diciptakan oleh Allah, 

baik langit atau bumi, atau apa sajapun dengan kalimat “Kun” itulah. 

Diperintahnya jadi, diapun jadi. Maka malaikat Jibrilpun datanglah 

kepada Maryam menyampaikan bahwa Kalimat Allah itupun akan 

berlaku atas diri Maryam. Tuhan mengatakan “Kun”, sehingga ia 

mengandung seorang anak tanpa perantaraan disetubuhi laki-laki. 

Dengan kehendak dan ketentuan-Nya sesuai menurut Qudrat Iradat￾Nya dia akan mengandung anak laki-laki bernama Al-Masih Isa 

anak Maryam yang kedudukannya sama mulia dengan nabi dan 

rasul yang lain, mulia di dunia dan akhirat serta termasuk orang 

yang Muqarrabîn.

22

Dengan mengetahui kalimat tadi, yaitu bahwa maksudnya ialah 

kalimat-taqwîn, yaitu kehendak Allah bila menjadikan sesuatu 

dengan kalimat “kun”, jadilah kata Allah, dia pun jadi. Cuma 

diistimewakan menyebutkannya karena dia akan terjadi dengan tidak 

perantaraan bapak. 

Adapun kata-kata Al-Masih, sebagai gelar Dari Isa anak 

Maryam itu, adalah kalimat ibrani yang diarabkan pula. Asal 

katanya adalah masyikha, yang asal artinya ialah yang diurapi 

dengan minyak, sebab raja-raja dinobatkan terlebih dahulu di urapi 

(dipercik) badannya dengan minyak suci kemudian kalimat itu 

menjadi gelar. Orang yahudi memiliki kepercayaan lain dengan 

Nasrani, mereka meyakini masih menunggu kedatangan Al-Masih 

lain.

(Tafsir Âli Imrân/3:46). Di surat Maryam akan ditemukan 

penjelasan lagi tentang Nabi Isa yang bercakap membela kesucian ibunya, ketika dia masih di dalam buaian atau ayunan. Satu 

keterangan yang hanya ada dalam Al-Quran, yang tidak ada di 

dalam semua kitab yang dipercayai oleh orang Kristen. Keshalehan 

Nabi Isa dan ketawadhu‟annya dicontoh oleh tasawuf Islam, 

terutama Imam Ghazali.23

(Tafsir Âli Imrân/3:47). Pertanyaan Maryam bisa berarti 

ketakjuban Maryam atas kekuasaan Allah sebagaimana takjubnya 

Nabi Zakaria ketika diberi tahu bahwa dia akan diberi putra. Apalagi 

Al-Quran terlebih dahulu memberi pengantar kata bahwa Maryam 

itu adalah gadis suci.24

Karena dia seorang anak perempuan yang shalehah, dia sangat 

percaya bahwa itu akan kejadian pada dirinya, kalau Allah 

menghendaki. Ia bertanya bukanlah karena tidak percaya, melainkan 

untuk meyakinkan saja, sebagaimana pertanyaan Zakaria tua yang 

istrinya mandul dijanjikan akan diberi anak. Lantaran kelahiran yang 

luar biasa itu, sekali tidak-tidaklah orang Islam sampai menganggap 

Nabi Isa itu anak Allah ataupun Allah sendiri yang menjelma ke 

dunia. Dan Islam membantah pula sekeras-kerasnya tuduhan orang 

Yahudi bahwa Isa Al-Masih bukan anak Suci.25

(Tafsir Âli Imrân/3:48). Dengan keutamaan ini, orang Islam 

percaya bahwa sebelum adanya empat Injil yang dipercayai oleh 

orang Kristen yang dikarang oleh Matius, Markus, Lukas, Yohanes, 

telah ada terlebih dahulu Injilnya Nabi Isa sendiri, yaitu Injil yang 

asli. Bertambah dapatlah dipahamkan juga oleh saudara-saudara kita 

orang Kristen jika orang Islam percaya akan adanya satu Injil Al￾Masih menurut ajaran Quran. Isyarat tentang itupun terdapat dalam kitab mereka sendiri, yaitu diterangkan jelas dalam Injil Markus 

pasal 1: 14-15.26

b. Bibel

Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: pada waktu 

Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung 

dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami Istri. Karena 

Yusuf suaminya seorang yang tulus hati dan tidak mau 

mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud 

meceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia 

mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya 

dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau 

takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam 

kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak 

laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah 

yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Hal itu 

terjadi suapaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: 

“Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan 

seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Emanuel”-

yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya,

Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu 

kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai istrinya, tetapi tidak 

bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan 

Yusuf menamakan Dia Yesus. (Matius, Pasal 1: 18-25).27

Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel 

pergi kesebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang 

perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari kalangan Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk 

ke rumah Maria. Ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, 

Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, 

lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat 

itu kepadanya: “Jangan takut hai Maria, sebab engkau beroleh kasih 

karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung

dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau 

menamai Dia Yesus. (Lukas, pasal 1: 26-31).

28

Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin 

terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: 

“Roh Kudus akan turun atasmu dan Kuasa Allah Yang Maha Tinggi 

akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu 

akan disebut kudus, Anak Allah. (Lukas, Pasal 1: 34-35).

29

c. Pandangan Ulama

Menurut wahbah Zuahili, Maryam tersucikan dari haid dan 

nifas, tersucikan dari berbagai bentuk aib, baik yang bersifat indrawi 

dan maknawi. Hal ini seperti yang dialami oleh Sayyidah Fathimah 

Az-Zahra yang tidak pernah mengalami haid, oleh karena itu, ia 

dijuluki dengan nama Az-Zahra.30

Menurut sebuah hadits dari Nabi kita Muhammad SAW, ada 

tiga perempuan yang amat mulia, pertama Maryam binti Imran, 

kedua Khadijah binti Khualid (Istri Rasulullah SAW yang pertama), 

ketiga Fathimah binti Muhammad SAW. 31

Beberapa Ulama Islam, di antaranya Ibnu Hazmin Al-Andalusi 

berpendapat bahwa Maryam itu Nabiyah. Menurut dia, perempuan-

perempuan yang menjadi nabiyah ialah Hawa, Sarah istri Ibrahim, 

Hajar istri Ibrahim, ibu Nabi Musa, dan Asiah istri Fir‟aun. Abul 

Hasan Al-Asy‟ari, Ibnu Abdil Barr dan As-Suhaili juga berkata

demikian bahwa di kalangan perempuan ada nabiyah. Tentang 

Maryam ini, Al-Qurthubi bekata, “Yang shahih ialah bahwa 

Maryam itu adalah seorang nabiyah karena malaikat menyampaikan 

wahyu kepadanya, mengandung perintah Allah dan perkabaran.

Namun sekedar nabiyah, bukan rasul sebab sudah ditegaskan 

bahwa yang menjadi rasul yang menyampaikan syari‟at (balagh, 

tabligh) hanya rasul yang laki-laki, sebagaimana yang dijelaskan 

dalam surat An-Nahl ayat 43.32 Tetapi ini adalah masalah khilafiyah 

jua adanya.33

Beberapa mufasir seperti Abus-Su‟ud, Ismail Haqqi, dan Alusi 

berdasarkan riwayat yang masyhur Maryam bukan seorang Nabi.34

d. Analisis Penulis

Injil dan Al-Quran memberikan kita riwayat yang sama 

mengenai asal-usul biologis Yesus. Membesarnya Yesus dalam 

kandungan ibunya di luar hukum-hukum alam yang berlaku bagi

seluruh manusia.35

Tafsir Al-Azhar menjelaskan, bahwa dengan kalimat-Nya Isa 

diciptakan, maksud kalimat di sini ialah dengan Kekuasaan Allah, 

ketika Allah berkehendak maka jadilah. Namun berbeda dengan 

Bibel yang mengatakan bahwa Maryam akan mengandung dari Roh 

Kudus yang mereka maksud adalah anak Allah. Hal itupun diceritakan dalam Bibel melalui mimpi Yusuf anak Daud yang 

merupakan tunangannya, kemudian silsilah Isa di ambil dari Yusuf.

Maryam yang dijelaskan Al-Quran adalah wanita suci, mulia 

dan terjaga, tidak memiliki tunangan ataupun suami, pendapat 

sebagian ulama yang dicantumkan di dalam Tafsir Al-Azhar juga 

mengatakan bahwa Maryam adalah seorang nabiyah. Anak yang 

lahir nanti akan menjadi seorang Nabi dan Rasul yang mulia, 

dibekali dengan Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. Dengan ini umat 

Islam percaya terhadap Injil asli yang diturunkan kepada Isa, bukan

Injil yang ditulis oleh Matius, Lukas, Markus dan Yohanes. Al￾Quran merupakan satu-satunya kitab yang menjelaskan Isa akan 

membela kesucian ibunya di hadapan orang Kristen, dan 

mengatakan bahwa ia adalah hamba Allah.

Bibel mengatakan dalam Injil Lukas, berita kehamilan Maryam 

diberitakannya pada bulan yang keenam. Tidak ada penjelasan 

dalam Al-Quran maupun Tafsir Al-Azhar tahun atau bulan apa berita 

tersebut disampaikan oleh malaikat Jibril.

Walaupun jelas perbedaan dan bertentangan dengan keyakinan 

Islam, ada persamaan antara Al-Quran dan cerita dari Bibel, 

walaupun demikian tidak mengurangi kemuliaan Al-Quran itu 

sendiri. Al-Quran dan Bibel menjelaskan bahwa Maryam bertanya 

kepada malaikat, Al-Quran menyebutnya malaikat Jibril sedangkan 

Bibel malaikat Gabriel. Maryam bertanya bagaimana mungkin aku 

bisa hamil, sedangkan aku belum pernah bersuami, Tafsir Al-Azhar

memberikan penjelasan bahwa maksud Maryam bertanya adalah 

untuk memastikan apakah itu benar akan terjadi, layaknya orang 

yang terkejut atas ucapan malaikat tersebut, tentunya bertanya balik 

untuk memastikanAl-Quran dan Bibel sama-sama memberikan kabar anak itu 

akan diberi nama Isa Al-Masih, namun ada perbedaan bahasa, Bibel

menyebutnya dengan Yesus, diambil dari bahasa Yunani seperti 

yang dijelaskan dalam pembahasan di atas.

D. Saat Lahir

1. Proses perjalanan lahirnya Isa a.s

a. Tafsir Al-Azhar

بَۙ

ََِىبٔاب َش ْغلّ١ِا

َظ ْد ِِ ْٓ اَ ٍَِْٙ٘ب

زَجَ

اِ ِط أْ

َۘ

َ

ِت َِ ْغَُ٠

ٰ

ِىز

ْ

َٚ ٔٙ ِ ُِْٙ اطْ ُو ْغ فِٝ اٌ

َشَظ ْد ِِ ْٓ ُص ْٔٚ

فَبرَّ

ب

ًَ ٌََٙب ثَ َش اغا َس ّ٠ِٛا

َّ

َّض

َٙ١ْب ُع ْٚ َدَٕب فَزَ

اٌَِ

َٕبٓ

ْ

ْع َسٍ

فَبَ

 

ِد َجبثاب ٔ٦ َه

ِِْٕ ِٓ

بٌ َّغ ْد ّٰ

ِ

ث

ْٟٓ اَ ُػ ْٛطُ

لَبٌَ ْذ أِِّ

اِ ب ْْ ُو

َذ رَمّ١ِا

ٕ ٔ١ ب ْ

اّب َػ ِوّ١ا

ٰ

ِه ُغٍ

َِلََ٘ َت ٌَ

َع ُس ْٛ ُي َعثِّ ِهُۖ

۠

أََب

َّبٓ

ُىْٛ ُْ ٌِ ْٟ َّ

لَب َي أِ ٔ٣ ٝ َ٠

ٰ

لَبٌَ ْذ أَّ

ب

ُْ اَ ُن ثَ ِغّ١ا

ُْ َ٠ ّْ َس ْسِٕ ْٟ ثَ َش ٌغ ٌََّٚ

ٌََّٚ ٌُ

ٰ

ٍ

ُغ ٕٓ خا

َ٠

ٰ

ا

ٌََِٕٚ ْج َؼٍَٓٗٗ

َّٟ ِّ١َ٘ ٌَۚٓ

َٛ َػٍَ

ِه ُ٘

لَب َي َعثُّ

ٌِ ِهَۚ

ٰ

لَب َي َوظ

ب

ِؼّ١ا

ِْ اغا َِّمْ

َٚ َوب َْ اَ

َۚ

ب

َِِّّٕ

ِؽ َٚ َع ْد َّخا

ب

ٍَّٕ

ٌ ٕٔ ب ِّ

ِظّ١ا

ِ ٖٗ ََِىبٔاب لَ

َظ ْد ث

زَجَ

۞ فَ ٕٕ َذ ٍََّزُْٗ فَبْٔ

ب

ِسّ١ا

َٚ ُوْٕ ُذ َٔ ْس١اب َِّْٕ

١ْزَِٕ ْٟ ِِ ُّذ لَ ْج ًَ ٰ٘ َظا

لَبٌَ ْذ ٍَ٠ٰ

ِخَۚ

إٌَّ ْشٍَ

ِ

ٰٝ ِجظْع

َّ َشب ُع اٌِ

ْ

َءَ٘ب اٌ

ۤ

فَبَ ٕٖ َجب

فََٕب ب ٰصةَٙب ِِ ْٓ

ّ٠ا

ِ

ِه َسغ

ِه رَ ْذزَ

اَََّل رَ ْذ َؼِٔ ْٟ لَ ْض َج َؼ ًَ َعثُّ

ِخ ٓ

إٌَّ ْش رَ ْذزَِٙب ٕٗ ٍَ

ِ

ِ ِجظْع

١ْ ِه ث

اٌَِ

َُ٘ٚ ِّؼ ْٓٞ

بُۖ

جاب َجّ١ِٕا

١ْ ِه ُعؽَ

رُ ٰسمِ ٕ٘ ْؾ َػٍَ

َۙ

َداضا

اَ

ِ

جَ َشغ

ْ

َّٓ ِِ َٓ اٌ

ِ

َغ٠

ِّغ ْٞ َػٕ١ْابَۚفَبِ َِّب رَ

ِ ْٟ َٚلَ

فَ ُىٍِ ْٟ َٚا ْش َغث

ْٟ

ٌِْٛ ْٟٓ أِِّ

فَم بَۚ ُ

ِسّ١ا

أِْ

َ

َْٛ َ١

ْ

اٌ

َ

ُ

ِّ

َوٍ

ُ

ِٓ َط ْٛ اِب فٍََ ْٓ ا

َٔ َظ ٕٙ ْع ُد ٌٍِ َّغ ْد ّٰ

16. Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Maryam di dalam Kitab 

(Al-Quran), (yaitu) ketika ia mengasingkan diri dari keluarganya ke 

suatu tempat di sebelah timur (Baitul maqdis), 17. Lalu dia 

memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami 

mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, maka ia menampakkan diri 

di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna. 18. Dia 

(Maryam) berkata, “Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang 

Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa.”

19. Dia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan 

Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak 

laki-laki yang suci.” 20. Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana 

mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada 

orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang 

pezina!” 21. Dia (Jibril) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu 

befirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar kami menjadikannya 

suatu tanda (Kebesaran Allah) bagi manusia dan sebagai rahmat 

dari Kami; dan hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.” 22. Maka dia (Maryam) mengandung, lalu dia 

megasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. 

23. Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) 

pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, “Wahai, betapa 

(baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak 

diperhatikan dan dilupakan.” 24. Maka dia (Jibril) berseru 

kepadanya dari tempat yang rendah, “Janganlah engkau bersedih 

hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di

bawahmu. 25. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, 

niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak 

kepadamu. 26. Maka makan, minum, dan bersenang hatilah engkau. 

Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya

aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, 

maka aku tidak akan berbicara dengan siapapun pada hari ini.” 

(Maryam/19:16-26)

(Tafsir Maryam/19:16). Wahyu dari hal Maryam ini telah 

disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan disuruhlah pula 

Nabi Muhammad SAW menceritakannya dan memperingatkannya 

kepada kita umatnya. Sejak kecil Maryam dalam asuhan dari Nabi 

yang telah tua, yaitu Nabi Zakaria yang menjadi Imam dan 

pemelihara Baitul Maqdis. Keluarga Zakaria dengan putranya 

Yahya, keluarga Imran dengan istrinya dan putrinya Maryam

terkenal sebagai keluarga beragama yang taat. Maka tersebutlah 

dalam ayat ini bahwa dalam rangka ketaatannya kepada Allah, 

Maryam pergi ke sebelah timur Baitul Maqdis, mencari tempat 

menyisihkan diri dari keluarga supaya lebih tenang beribadah 

kepada Allah, sehingga dipasangkan tabir jangan sampai diganggu 

orang, sedang dia di waktu itu masih dara.36

 

(Tafsir Maryam/19:17). Mungkin itu pulalah salah satu teladan 

yang menyebabkan timbul dalam kalangan pecinta Nabi Isa di kemudian harinya perempuan-perempuan yang meninggalkan hidup 

repot dalam dunia ini lalu menyisihkan diri ke dalam bihara. 

Tekunlah Maryam di tempat itu, dipasangkannya tabir atau 

dilindungkannya diri di tempat yang tersembunyi supaya jangan 

terganggu ibadah. “Lalu Kami utuslah kepadanya Ruh Kami.” Yang 

dimaksud dengan Ruh Kami, ialah Jibril. Di dalam beberapa ayat di 

dalam Al-Quran telah disebutkan panggilan Jibril itu sebagai Ruh; 

kadangkala disebut Rûh saja, kadangkala disebut Ruhul Qudus, atau 

Ruhul Amin dan dalam ayat ini Rûhanâ; Ruh Kami. Malaikat Jibril 

itu datang dengan izin Allah dapatlah merupakan dirinya sebagai 

manusia biasa menyerupai seorang laki-laki muda.37

(Tafsir Maryam/19:18-21). Maryam berdoa kepada Allah, 

namun bukan karena takut sebab tidaklah timbul prasangka bahwa 

orang muda itu jahat. Malaikat Jibril berkata bahwa ia utusan Allah 

maka janganlah ragu dan takut, karena utusan Allah tidaklah akan 

berbuat yang tidak senonoh. Maksud kedatangannya menyampaikan 

anugerah dari Allah yaitu akan dianugerahi seorang anak laki-laki. 

Ia percaya bahwa utusan Allah tidak mungkin berdusta, namun 

Maryam tidak mengerti bagaimana dia seorang perawan akan diberi 

anak. Memang demikianlah yang ditetukan Allah, yaitu supaya 

manusia itu sadar akan Kemahakusaan Allah atas makhluknya, 

kekuasaan yang mutlak. Lahirnya seorang anak laki-laki yang suci 

dari perawan suci bukan hanya Kemahakuasaan Allah saja, 

melainkan adalah rahmat, karena ia akan diutus menjadi seorang 

Rasul Allah.Tafsir Maryam/19:22). Maka untuk menyelamatkan anak yang 

dalam kandungan itu dan menyelamatkan dirinya daripada tuduhan￾tuduhan yang hina. Kata setengah riwayat tempat yang jauh itu ialah 

jauh dari mihrab tempat ia beribadah di masjid dalam asuhan 

pamannya Zakariya itu. Tempat itu ialah Desa Baitlaham 

(Bethlehem), yang jauhnya sekira-kira 8 mil dari Baitul Maqdis. 

(Tafsir Maryam/19:23-26). Hidup Maryam pada waktu itu 

memang tersisih jauh dari kaum keluarga. Kegelisahan diri karena 

merasakan sakit akan beranak menyebabkan dia mencari tempat 

yang sunyi dan teduh. Bertemu pohon, lalu berteduhlah dia di situ 

menunggu waktu anak lahir. Memang, kalau percobaan telah 

memuncak demikian rupa, datang saat manusia merasakan lebih 

baik mati saja.39

Saat dekatlah kelahiran anak itu dan kian duka nestapah hati 

Maryam memikirkan hebatnya perjuangan yang akan dihadapinya. 

Dari tempat yang rendah atau sangat dekat itu Jibril datang kembali, 

menyampaikan pesan Allah agar dia jangan bersedih hati bersusah 

pikiran. Yang pertama sekali ialah soal air! Sebuah anak sungai 

yang kecil dan airnya jernih ada mengalir di dekatnya. 

Kemudian tariklah atau raihlah pohon itu yang maksudnya 

menggoncangkannya, menilik kepada bunyi ayat, bahwa kurma itu 

telah berbuah masak dan ranum, jika ditarik batangnya atau

digoyangkan maka buah yang ranum itu akan jatuh. Hal ini 

mencontohkan kepada orang yang beriman, bahwasannya walaupun 

pertolongan Allah itu telah disediakan, hendaklah juga disertai 

dengan usaha manusia itu sendiri, dan jangan berdiam diri.

“Wa Qarrî „ainan” yang artinya tenangkanlah hatimu. 

Walaupun tempat itu tersembunyi dari mata manusia, pasti akan ada 

yang tahu atau akan mencari kemana anak dara yang shalehah itu 

tidak kelihatan di tempat ibadahnya, bahkan akan ada yang 

menyelidiknya atau banyak bertanya. Maka Maryam diperintahkan 

janganlah menjawab dengan perkataan, melainkan beri saja isyarat 

dengan tangan, bahwa hari ini aku tidak boleh bercakap sepatah 

juapun. Sebab aku telah berjanji bernadzar dengan Allah tidak 

bercakap-cakap.

Inilah tawakal yang sebesar-besarnya. Kalau pertanyaan itu 

datang, lalu Maryam menjawab, hanya pertengkaran saja yang akan 

timbul. Orang tidak juga akan percaya bahwa dia mengandung dan 

melahirkan anak adalah atas kehendak Qudrat Iradat Allah semata￾mata, di luar daripada kebiasaan berlaku.41

 

b. Bibel

Sesudah Yesus dilahirkan di Bethlehem di tanah Yudea pada 

Zaman raja Herodes, datanglah orang-orang Majusi dari Timur ke 

Yerussalem. (Matius, Pasal 2: 1).42 Maka masuklah mereka ke 

dalam rumah itu dan melihat anak itu Bersama Maria, ibu-Nya, lalu 

sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta 

bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu 

emas, kemenyan dan mur. (Matius, Pasal 2: 11).43

Sedangkan di dalam Injil Lukas kelahiran Yesus sebagai 

berikut: Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu 

perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh Dunia. 

Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius 

menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang 

mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga 

Yusuf pergi dari kota Nazerat di Galilea ke Yudea, ke kota Daud 

yang bernama Bethlehem, - karena ia berasal dari keluarga dan 

keturunan Daud – supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, 

tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ 

tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan 

seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya 

dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak 

ada tempat bagi mereka di penginapan. (Lukas, pasal 2:1-7).

44

Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang 

menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba 

berdirilah seorang Malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan 

Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu 

kata malaikat itu kepada: “Janganlah takut, sebab sesungguhnya aku 

memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari

ini telah lahir bagimu Juru selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota 

Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang 

bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.”

Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah 

besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: “Kemuliaan 

bagi Allah di tempat Yang Maha Tinggi dan damai sejahtera di bumi 

di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” Setelah malaikat￾malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala￾gembala itu berkata seorang kepada yang lain: “Marilah kita pergi 

ke Bethlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang 

diberitahukan Tuhan kepada kita.” (Lukas, pasal 2: 11-15).

45

c. Pandangan Ulama

Menurut suatu riwayat, Zakaria itu adalah suami dari kakaknya. 

Satu riwayat lagi menyatakan bahwa Zakaria suami dari saudara 

ibunya.46 Yang di maksud saudara ibunya, berarti Zakaria 

pamannya, hal ini dikatakan Hamka bahwa yang mengasuh Maryam 

adalah pamannya Zakaria itu.47

Mengenai tempat di sebelah timur, menurut riwayat Ibnu Jarir 

yang diterima dari Ibnu Abbas tempat sebelah timur itu ialah suatu 

kampung yang bernama Baitlaham (Bethlehem). Menurut 

keterangan riwayat Nauf Al-Bikali; dia pergi ke sebelah timur itu 

mengambil tempat buat beribadah.48

Apakah sungai kecil saat Maryam melahirkan itu telah ada 

sebelumnya, atau diadakan Allah di waktu itu juga, tidaklah ada 

keterangnnya dalam urutan ayat. Cuma menurut keterangan sebuah 

hadits yang marfu‟ diriwayatkan oleh At-Thabrani, yang diterima 

sanadnya oleh Ikrimah, yang didengar dari Abdullah bin Umar, 

bahwa beliau pernah mendengar dari Rasulullah SAW mengatakan 

bahwa sungai kecil yang disediakan buat Maryam itu ialah istimewa 

ditimbulkan Allah.

Menurut suatu riwayat dari Anas bin Malik, selain dari berdiam 

diri (nadzarnya untuk tidak bercaka-cakap), Maryam pun memulai 

puasanya pada hari itu (puasa untuk tidak bercakap-cakap).50

d. Analisis Penulis

Al-Quran menjelaskan bahwa Maryam di asuh oleh Zakaria 

yang dijelaskan oleh Hamka dalam Tafsir Al-Azhar bahwa Zakaria 

adalah pamannya. Kemudian Maryam pergi ke sebelah timur, di

dalam Al-Quran memang tidak disebutkan di mana letak sebelah 

timur itu, namun dalam Tafsir Al-Azhar dan sebagian ulama 

berpendapat bahwa sebelah timur itu adalah Baitlehem, di dalam 

Bibel mereka menyebutnya Bethlehem.

Pada pembahasan sebelumnya sudah dibahas, bahwa kehamilan 

Maryam merupakan kabar gembira, diciptakannya Isa atas kalimat￾Nya yang disampaikan melalui Jibril, yang di maksud kalimat-Nya 

ialah atas Kekuasaan Allah (Lihat Âli Imrân/3:45), pada surat 

Maryam ayat 17 Allah pertegas lagi dengan kalimat Ruh Kami, yang 

dimaksud dengan Ruh Kami, ialah Jibril. Di dalam beberapa ayat di 

dalam Al-Quran telah disebutkan panggilan Jibril itu sebagai Ruh; 

kadangkala disebut Ruh saja, kadangkala disebut Ruhul Qudus, atau 

Ruhul Amin dan dalam ayat ini Rûhanâ; Ruh Kami, dengan izin 

Allah malaikat Jibril menyerupai laki-laki muda. Di dalam Bibel

juga menyebutkan bahwa yang menyampaikan kabar kehamilan itu 

adalah Malaikat Gabriel, namun yang di maksud Roh Kudus dalam 

Bibel adalah Tuhan dari yang tiga. 

Di dalam Tafsir Al-Azhar maupun Bibel tidak disebutkan berapa 

lama Maryam hamil, apakah seperti orang pada umumya atau hanya 

sesaat kemudian melahirkan. Bibel menyebutkan pada masa 

kekuasaan siapa Maryam melahirkan, namun di dalam Al-Quran 

maupun Tafsir Al-Azhar tidak menyebutkan pada saat kekuasaan 

raja atau kaisar siapa ia melahirkan, ada perbedaan antara Injil 

Matius dan Injil Lukas, dalam Injil Matius disebutkan pada zaman 

Raja Herodes sedangkan di Injil Lukas pada zaman Kaisar Agustus

sewaktu Kirenius menjadi wali di negeri Siria.

Injil Lukas juga menerangkan bahwa Maria melahirkan saat 

Yusuf tunangannya bersama dirinya pergi mendaftarkan namanya

dan Maria atas perintah Kaisar Agustus untuk mendaftarkan semua 

orang di dunia. Pergilah Yusuf dan Maryam dari kota Nazerat di 

Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Bethlehem. 

Sedangkan di Injil Matius tidak menyebutkan ia pergi bersama 

Yusuf ke Bethlehem. 

Al-Quran serta Tafsir Al-Azhar juga tidak mengatakan bahwa ia 

pergi bersama Yusuf tunangannya, karena Maryam yang orang

Islam yakini adalah benar-benar wanita suci yang tidak memiliki 

tunangan, suami apalagi sampai disentuh oleh lelaki. Ia adalah 

wanita suci dan mulia. Pada saat Maryam mau melahirkan ia pergi

menyendiri menyisihkan diri dari keluarganya menuju tempat yang 

jauh yaitu disebalah timur, Tafsir Al-Azhar menerangkan tempat itu 

ialah Baitlaham. Antara Tafsir Al-Azhar dan Bibel sama-sama 

menerangkan kota Baitlaham (Bethlehem dalam Bibel).

Maryam melahirkan pada saat itu dibawah pohon kurma, tidak 

ada seorangpun, namun dengan kuasa Allah, air dan makanan yaitu 

buah kurma sudah Allah sediakan untuk Maryam dan diperintahkan￾Nya Maryam untuk memakan buah kurma dan meminum air serta 

menenangkan hatinya. Isyarat ini sering dilakukan oleh ibu-ibu kita pada zaman sekarang bahwa setelah melahirkan agar memakan 

kurma, karena saat melahirkan banyak mengeluarkan tenaga, dan 

membutuhkan gula atau yang manis, dan sebaik-baik gula atau yang 

manis ialah yang berasal dari buah kurma.

Bibel mengatakan dalam Injil Lukas bahwa Maria melahirkan 

Yesus di sebuah penginapan yang di sekitarnya terdapat pengembala 

yang tinggal disekitar padang untuk menjaga kawanan ternak 

mereka pada malam hari. Kemudian Maria membungkus Yesus 

dengan lampin dan membaringkannya di palungan karena tidak ada 

tempat bagi mereka di penginapan. Sedangkan Injil Matius 

mengatakan Yesus lahir di dalam rumah, sebab orang Majusi masuk 

ke rumah untuk melihat bayi yang baru lahir itu. Walaupun 

demikian, masih banyak perbedaan pendapat di mana Yesus 

dilahirkan.

Di dalam Al-Quran dan Tafsir Al-Azhar dijelaskan bahwa

setelah Maryam melahirkan ia cemas akan diketahui keberadaanya 

oleh orang, apalagi ia memiliki anak tidak seperti orang pada 

umumnya. Maka diperintahkan kepada Maryam untuk mengatakan 

kepada orang bahwa ia bernadzar untuk tidak bercakap-cakap, yang 

kemudian ia menjawab pertanyaan orang-orang dengan isyarat 

menunjuk kepada bayi yang baru lahir itu, dan Isa diberi mukjizat 

bisa berbicara saat bayi untuk membela kesucian ibunya.

Bibel memiliki versi yang berbeda, di dalam Injil Matius setelah 

lahirnya Yesus, datanglah orang Majusi dari Timur ke Yerussalem 

untuk bersujud menyembahnya dan memberikan hartanya berupa 

emas, kemenyan dan mur. Injil Lukas tidak menceritakan tentang 

orang Manjusi, Injil Lukas menceritakan yang datang melihat Yesus

lahir adalah pengembala yang yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka yang mendapat berita dari seorang Malaikat 

Tuhan dan mengatakan bahwa telah lahir Kristus, Tuhan di kota 

Daud, dengan ciri-ciri dibungkus lampin dan di baringkan palungan.

Apa yang tertulis dalam Bibel bertolak belakang dengan 

keyakinan umat Islam. Karena umat Islam meyakini bahwa yang 

lahir itu adalah Isa a.s, bukan Tuhan apalagi anak Tuhan. Karena 

Tuhan tidak beranak dan tidak pula dipernakkan.

2. Penciptaan Isa Seperti Penciptaan Adam

a. Tafsir Al-Azhar

ُىْٛ ُْ

َُّ لَب َي ٌَٗٗ ُو ْٓ فَ١َ

ُ

َغا ة ص

َ َسٍَمَٗٗ ِِ ْٓ رُ

َصَ

ٰ

ًِ ا

َوَّضَ

ِ

َض ّّللا ٰ

ًَ ِػ١ْ ٰسٝ ِػْٕ

اِ ٘٣ َّْ َِضَ

Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti 

(penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia 

berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. (Âli￾Imrân/3:59).

Ayat ini membantah kedua pihak. Pertama yang tidak percaya 

sama sekali bahwa Isa lahir tidak dengan perantaraan bapak, 

sehingga menuduh yang tidak-tidak, yaitu orang Yahudi. Dengan 

ayat ini orang Yahudi disadarkan bahwa penolakan itu tidaklah 

jujur. Mereka percaya bahwa Adam langsung dicipta Allah dari 

tanah, sedangkan terhadap Isa tidak. Paradahal kejadian Isa separuh 

ganjil dari kejadian Adam. Yang kedua ialah penyadaran bagi orang 

yang oleh karena Isa tercipta dengan perantaraan Ruh Allah, yaitu 

kalam-Nya yang menjelma menyerupai diri sebagai manusia, sebab 

itulah mereka tuhankan dia. Maka, kalau karena kejadian yang luar 

biasa itu dia dituhankan, niscaya Adam