Tampilkan postingan dengan label Yudaisme ibu kekristenan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yudaisme ibu kekristenan. Tampilkan semua postingan

Yudaisme ibu kekristenan

 


Yudaisme ibu kekristenan


Pengajaran Yudaisme sering dipandang sebelah mata, seolah-olah sebagai suatu 

pengajaran yang tidak memiliki nilai-nilai yang baik sama sekali. Sedangkan 

pengajaran Yesus yang hari ini dikenal sebagai kekristenan menganggap dirinya 

sebagai pengajaran yang jauh lebih mulia daripada pengajaran Yudaisme. Sikap 

yang seperti itu adalah sikap intoleran, bahkan sombong. Sikap seperti itu 

membutakan mata banyak orang Kristen sehingga mereka tidak menyadari 

bahwa sesungguhnya Yudaisme mewariskan banyak kebenaran yang menjadi 

fondasi yang kuat bagi kekristenan. Bahkan sesungguhnya yang diajarkan oleh 

Yesus adalah Yudaisme. Kitab-kitab Yudaismelah yang memberikan 

pengharapan kepada orang Kristen hari ini tentang akan datangnya hari 

kemenangan Allah. Di mana nantinya setelah kemenangan itu, orang Kristen 

akan tinggal bersama dengan Allah. Kitab-kitab mereka pula yang pada akhirnya 

akan memperkenalkan kepada orang Kristen bahwa Yesus adalah Mesias, Yang 

Diurapi, yang penuh dengan Roh dan kerajaanNya akan berlangsung selamanya. 

Yudaisme pasti berbeda dengan pengajaran Yesus? Apa saja kitab-kitab 

Dalam tulisan yang disajikan oleh Kompas.com dengan judul Intoleransi Politik 

Diperkirakan Semakin Menguat Jelang Pemilu, disajikan bahwa Peneliti Lembaga Ilmu 

Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amin Mudzakkir memaparkan adanya intoleransi politik di 

Indonesia yang semakin menguat. Pendapat Amin didasarkan pada temuan survei LIPI 

terhadap seribu delapan ratus responden di provinsi-provinsi Indonesia. Dipaparkan bahwa 

lebih dari lima puluh persen responden mengatakan bahwa mereka hanya akan memilih 

pemimpin yang seagama. Dipaparkan juga bahwa bahkan hanya secara pasif mereka 

memilih orang seagama, tapi secara aktif mereka mencegah orang lain memilih pemimpin 

yang berbeda agama. Diantaranya sebagaimana nampak dalam pemilihan kepala daerah DKI 

Jakarta. Dimana nampak bahwa orang secara aktif menolak untuk menyalatkan jenazah 

orang yang berbeda pilihan politik. 

Intoleransi yang demikian adalah sesuatu yang sangat disayangkan. sebab  tidak 

seharusnya kelompok agama saling menganggap bahwa kelompok agama yang lain lebih 

rendah martabatnya. Namun demikian yang lebih disayangkan lagi adalah sebab  ternyata 

kekristenan sesungguhnya memiliki pula perasaan intoleran. Diantaranya sebab  adanya 

perasaan bahwa ajaran kekristenan yang diajarkan oleh Yesus lebih mulia daripada 

pengajaran Yudaisme sebagaimana dituangkan dalam kitab-kitab mereka. Pandangan seperti 

ini diantaranya diungkapkan oleh peneliti dan apologis Kristen terkenal J. Dwight Pentecost 

dalam bukunya The Words and Works of Jesus Christ. Dalam buku tersebut diantaranya 

dikatakan olehnya.  -tulisan dalam Mishna dan Gemara (dua bagian dari Talmud) 

menunjukkan bahwa mereka adalah koleksi menjemukan yang berisi penjelasan 

yang terputus-putus atas banyak pokok persoalan. Ajaran mereka sempit, dogmatis, 

Yesus justru adalah sebaliknya, dengan pengertian intuitif yang cepat menembus 

lubuk hati manusia yang paling dalam, menggerakkan kesadaran dan kehendak untuk 

-kata yang begitu indah keluar dari bibir-Nya, diucapkan dengan cara 

yang ramah, sehingga dunia berkata: Tidak ada manusia yang berbicara seperti orang 


 

Pada kesempatan lain Pentecost, mengutip Frederick Farrar, menulis:  -muji Talmud. Saat ini literatur 

yang diberi nama Talmud itu terdiri atas dua belas volume tebal seukuran folio; dan 

adalah aneh jika dari literatur setebal ensiklopedia ini kita tidak dapat mengutip 

barang sepotong pun bagian yang mengesankan, ilustrasi yang menarik, atau 

sejumlah perasaan moral yang membangkitkan pemikiran mulia. Tetapi apa yang 

terlihat oleh saya tidak dapat disangkal, dan orang lain juga bisa menilainya sendiri, 

bahwa apa yang benar-benar berharga dalam Talmud sangat sedikit sekali 

dibandingkan dengan tumpukan sampah di dalamnya yang hampir tidak terhitung 

MXPODKQ\D´(Pentecost, 1981) 

 

Pandangan Pentecost, dan Farrar dalam diskursus teologis sering sekali dikutip oleh 

teolog dan praktisi Kristen yang tidak menghargai ajaran Yudaisme. Ajaran Yudaisme 

dianggap sebagai ajaran Farisi dan sebab  itu pasti tidak berharga. Dengan pemikiran 

demikian sampailah tokoh-tokoh tersebut pada kesimpulan bahwa ajaran Yesus atau ajaran 

kekristenan berbeda secara keseluruhan dengan pengajaran Yudaisme. Kemudian tidak ada 

ajaran Yudaisme yang mengandung nilai-nilai moral seperti dalam ajaran Yesus. Lebih 

39 

lanjut mereka menganggap bahwa ajaran-ajaran Yudaisme mengandung nilai-QLODL³second 

hand´'DQVHGLNLWVHNDOLKDO-hal yang berharga di dalam ajaran itu. 

Sikap menghakimi seperti itu adalah sikap intoleran dan tanpa dasar. Apakah 

memang benar bahwa pengajaran Yudaisme pasti berbeda dengan pengajaran Yesus? Apa 

saja kitab-kitab Yudaisme dan ajaran apa yang diwariskan? 

 

KAJIAN LITERATUR 

Kitab-kitab Yahudi dan Ajaran Yang Diwariskan 

Yudaisme terus berkembang dari waktu ke waktu. Yudaisme pada zaman Yesus tidak 

lagi sama dengan Yudaisme sebagaimana tertulis dalam Perjanjian Lama. Perubahan ini 

terjadi sebab  orang-orang Yahudi harus menghadapi banyak pergolakan dalam zaman-

zaman antara Musa dan zaman Bait Alah kedua. Terdapat juga pengaruh-pengaruh 

pemikiran yang berasal dari dunia lain, bukan dunia Yahudi. Banyak idea-idea baru yang 

bertumbuh. Kemudian tumbuh pula sekte-sekte baru dalam Yudaisme yang semuanya 

memiliki pengaruh dan merubah Yudaisme. Yesus tumbuh dalam situasi di mana Yudaisme 

yang Ia kenal sudah berubah dari Yudaisme Perjanjian Lama. Yesus hidup dalam periode 

yang dikenal dengan istilah periode Bait Allah kedua. Periode ini termasuk dalam periode 

Intertestamental. Dalam pemikiran Kekristenan Protestan, periode ini dikenal dengan 

periode empat ratus tahun di mana terjadi kebisuan. sebab  pada periode ini Allah dianggap 

tidak mewahyukan apapun yang baru kepada umat percaya (Lance, 2018). 

Dalam bukunya berjudul Mind The Gap, Matthias Henze, mengungkapkan bahwa 

ternyata peneliti-peneliti Yahudi sebetulnya tetap menulis banyak kitab dalam periode ini 

yang memengaruhi cara berpikir orang di zaman itu. Tapi tulisan mereka di zaman itu tidak 

diikutkan dalam kitab-kitab Yudaisme, mauupun dalam kitab-kitab Kekristenan. Menurut 

Henze terdapat setidaknya tiga alasan mengapa tulisan-tulisan dalam periode 

Intertestamental perlu dipelajari. Pertama, sebab  Alkitab hanya mencatat sebagian dari 

kitab-kitab Yahudi yang waktu itu beredar di zaman Yudaisme kuno. Kedua, manuskrip 

tertua tentang Perjanjian Lama datang dari periode ini. Manuskrip tersebut ditemukan dalam 

dokumen Dead Sea Scrolls yang ditemukan antara 1940 dan 1950. Ketiga, dokumen 

Intertestamental menjelaskan banyak hal tentang Yudaisme yang menjadi dasar Kekristenan. 

Pada masa inilah timbul pemikiran-pemikiran yang tidak ditemukan penjelasannya dalam 

Perjanjian Lama.  

Sebagai contoh, pada masa inilah mulai timbul pemikiran bahwa Mesias yang akan 

datang pada akhir zaman adalah utusan Allah yang akan membawa restorasi bagi Israel. Pada 

masa ini juga timbul pemikiran mengenai roh-roh jahat, mengenai kehidupan setelah 

kematian, dan lain sebagainya. Dalam kehidupan pelayananNya, Yesus tidak lagi hidup 

dalam pemikiran keagamaan Yudaisme kuno. Ia hidup dalam periode Bait Allah kedua. 

sebab  itu Ia terlibat dalam diskusi-diskusi tentang pengharapan Mesianik, Ia mengusir 

setan-setan, Ia berbicara mengenai akhir zaman, Ia berbicara mengenai kebangkitan daging 

dan Ia berdiskusi tentang kehidupan setelah kematian dengan orang-orang Saduki. Orang 

Saduki tidak dikenal oleh kitab Perjanjian Lama (Henze, 2017).  

Michael White berpendapat bahwa kesalahan orang modern adalah sebab  mereka 

kurang menyadari dunia Yesus sangat berbeda dengan dunia Perjanjian Lama. Pada era 

dimana Yesus hidup, kejayaan Israel sudah lama hilang. Kejatuhan Israel ke tangan kerajaan 

Babilonia pada 586 tahun SM sampai dengan okupasi Roma membawa pengaruh terhadap 

kehidupan politik dan keagamaan di Yudea. Pada masa ini timbul pemikiran-pemikiran 

rohani yang baru, timbul pula kelompok-kelompok agama baru, dan timbul pula ritual-ritual 

keagamaan baru. Dari semua pembaruan ini kemudian timbul dua aliran keagamaan penting, 

yaitu Yudaisme Rabinik dan kekristenan. Tidak semua kitab Yudaisme dapat dibahas dalam 

kesempatan ini, namun demikian beberapa tulisan, terutama tulisan-tulisan yang memiliki 

Missio Eclesiae| Volume 10, Nomor 1, (April, 2021) 

40 

pengaruh besar dalam membentuk sistem keagamaan Yudaisme dan kekristenan akan 

dibahas di bawah ini.  

 

a. Talmud, Mishnah dan Gemara 

Menurut Adin Steinsaltz, Talmud -  yang secara harfiah berarti instruction-

petunjuk, atau learning ± pelajaran, adalah naskah sentral dari para rabi Yudaisme dan 

sumber utama dari hukum-hukum Yudaisme dan teologi mereka (Steinsaltz, 2006). Definisi 

Talmud seperti yang ditulis oleh Adin Steinsaltz tersebut membingungkan. sebab  dengan 

definisi yang demikian, kemudian Talmud seolah-olah sama dengan Taurat yang juga dapat 

diterjemahkan sebagai instruction ± petunjuk. Brad Young memberikan definisi yang lebih 

Dalam sejarahnya kemudian terdapat dua jenis Talmud yang berbeda. Yaitu Talmud 

Babyloni (Talmud Bavli) dan Jerusalem Talmud (Talmud Yerushalmi). Talmud yang 

berbeda tersebut lahir sebab  latar belakang sejarah. Yaitu sebab  setelah gagalnya dua 

perlawanan terhadap Roma pada tahun 66-70 M dan pada tahun 132-135 M. Pengaruh para 

imam dan Farisi memudar dan digantikan oleh cendekiawan dari Babilonia. Sebagian dari 

para Farisi kemudian mengungsi ke Persia dan menetap di sana. Mereka yang mengungsi ke 

Babilonia dan Persia menghasilkan Talmud Babilonia. Sedangkan mereka yang tetap tinggal 

di Yerusalem menghasilkan Talmud Yerusalem (Young, 2007). Sampai zaman modern, 

Talmud selalu menjadi bagian utama dari kultur Yahudi dan tonggak utama dari pemikiran 

dan aspirasi Yahudi (Safrai, 1976).  

Kitab Talmud terbagi menjadi dua bagian utama: Pertama,  Mishnah dapat 


subyek pembahasan tertentu. Kewibawaan Mishnah dalam tradisi Yahudi memberikannya 

tempat sebagai undang-undang kedua atau second law, sesudah Taurat (Kanzul Marshud fi 

Qawaid Talmud, 1:29). Para rabbiyang ikut serta dalam penyusunan Mishnah sejak matinya 

Hillel di tahun 10 Masehi hingga selesainya penyusunan kitab Mishnah sekitar tahun 200 

Masehi disebut sebagai 

bagi ulama bangsa Yahudi setelah kematian Hillel dan Shamai, yaitu pada tahun ke 10 SM 

sampai menginggalnya Judah Hanasi, sekitar tahun 200 M. Jumlah ulama Tannaim 

mencapai 200 orang ulama Yahudi, sebagian besar bergelar Hakhom yang juga berarti guru 

atau orang bijak. Jika seorang ilmuan Yahudi itu menjabat sebagai Paderi di kuil mereka, 

maka ia diberi gelar Rabbi yang berarti guru kita. Sementara Amoraim berasal dari kata 

Salah seorang yang terkemuka adalah Rabbi Judah HaNasi. Ia adalah keturunan 

dari Hillel dan dalam hidupnya ia mengumpulkan tulisan-tulisan dari para rabbi yang hidup 

antara 300 tahun SM sampai dengan tahun 220 M. Hampir seluruh Mishnah yang 

dikumpulkannya ditulis dalam bahasa Ibrani. Hal ini menujukkan bahwa pada periode 

pengumpulan itu bahasa yang digunakan adalah bahasa Ibrani.  

Tulisan dalam Mishnah dibagi dalam divisi yang dalam bahasa Ibrani disebut 

sedarim. Kemudian divisi tersebut dibagi lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang 

disebut massekhtot atau traktat (Young, 2007). Divisi yang ada dalam Mishnah adalah 

sebagai berikut. Zeraim, yaitu mengenai hasil-hasil agrikultur dan persembahan. Moed, yaitu 

mengenai perayaan agama. Nashim, yaitu pembahasan mengenai hukum dan wanita. 

Nazikim, yaitu mengenai hak-hak milik dan cara berperkara secara hukum. Kodashim, yaitu 

mengenai barang-barang yang dikhususkan untuk digunakan di Bait Allah. Tohoroth, yaitu 

mengenai hukum-hukum tentang kesucian. Pembagian pembahasan ini kemudian dibagi lagi 

menjadi traktat-traktat. Secara total ada enam puluh tiga pembagian pembahasan dalam 

Mishnah , Gemara. Menurut Z.I. Levine kata ini dapat diterjemahkan menjadi 

³to finish, to complete, or to perfect ± untuk mengakhiri, untuk melengkapi, atau untuk 

menyempurnakan (Levine, 2016). Gemara adalah rangkuman dari butir-butir penting 

pembahasan para rabbi mengenai Mishnah. Perkembangan dari bahan-bahan yang 

digunakan dalam Gemara berasal dari dua sumber. Sumber pertama adalah dari Palestina 

dimulai sejak abad 3 atau 4 Masehi, utamanya dari daerah Tiberias. Sumber kedua berasal 

dari kota Pumbedetha, Sura, dan Nehardea di Babilonia pada abad 3 sampai dengan akhir 

abad 5 Masehi. Gemara adalah suatu kulminasi dari hikmat para rabbi mengenai Mishnah. 

Dimana Gemara adalah usaha untuk mencarikan jalan keluar terhadap perbedaan interpretasi 

dari para rabbi. Apabila terdapat pendapat-pendapat yang tidak jelas dari para rabbi 

terdahulu, maka rabbi-rabbi yang kemudian berusaha untuk mencarikan solusinya, dan 

inilah yang kemudian dicatat dalam Gemara (W. A. Elwell, 1988).  

 

b. Henokh 

Tulisan yang disebut dengan 1 Henokh adalah bagian dari tulisan apokaliptik. Kata 

apokakaliptik berasal dari bahasa Yunani apocalyptein yang berarti menyingkapkan. Akar 

katanya dalam bahasa Yunani adalah kata benda apocalypsis yang diterjemahkan kedalam 

bahasa Inggris sebagai apocalypse. Maknanya adalah sesuatu yang disingkapkan atau 

penyingkapan. Tulisan ini menjadi suatu genre yang penting dalam banyak karya tulisan 

Yudaisme dan kekrtistenan. Biasanya penyingkapan itu disajikan dalam bentuk penglihatan 

atau mimpi yang menceritakan suatu pertemuan dengan seorang yang benar, biasanya 

malaikat. Yang bermimpi adalah tokoh yang disegani, atau tokoh pahlawan yang kemudian 

menceritakan mimpinya tentang hal-hal yang akan terjadi di kemudian hari.  

Yang paling terkenal dari genre ini adalah tulisan Kitab Wahyu dalam Perjanjian 

Baru (Collins, John, 1998). Akar dari tulisan apokaliptik berasal dari zaman pembuangan di 

Persia, utamanya dalam tulisan Yehezkiel dan Yesaya 56-66. Yang diharapkan dalam 

tulisan-tulisan apokaliptik adalah kembalinya kepemimpinan Allah dalam bentuk suatu 

negara Teokratis sekaligus mengembalikan masa kejayaan Israel. 

Arti penting dari tulisan yang terdapat dari 1 Henokh pada masa itu adalah mengenai 

tatanan yang Allah sudah ciptakan dalam penciptaan seluruh alam semesta sehingga sebagai 

mahluk ciptaan, manusia harus hidup dalam ketertundukan terhadap tatanan tersebut. 

Manusia yang menundukkan dirinya dalam tatanan tersebut memiliki komitmen yang besar 

terhadap hukum-hukum Allah. Dan pada kepercayaan bahwa Allah dengan tanganNya yang 

kuat akan selalu menang dalam menghadapi kekuatan-kekuatan jahat.  

Sumbangan lain dari tulisan 1 Henokh ini adalah sebab  memberikan pemahaman 

mengenai kekuatan-kekuatan baik dan jahat. Termasuk dalam hal ini adalah para malaikat. 

Malaikat ini kemudian terbagi menjadi golongan yang baik dan jahat. Yang jahat dikenal 

sebagai roh-roh jahat dengan penghulunya yang adalah iblis. Iblis adalah tokoh yang ketika 

di surga menentang Allah dengan tatananNya. Tulisan ini juga mengembangkan pengertian 

mengenai surga dan neraka sebagaimana yang hari ini dipercaya oleh banyak manusia. 

Melalui tulisan 1 Henokh ini timbullah pemahaman baru tentang realitas, yaitu suatu 

pandangan apokaliptik mengenai bumi dan jagat raya (E. S. Michael, 1976). 

Dalam pandangannya, Norman Perrin berpendapat bahwa tulisan apokaliptik adalah 

Allah yang tak nampak di dunia yang Ia ciptakan, keputusasaan terhadap kondisi manusia 

hari ini dalam dunia yang diciptakan Allah (Perrin, 1974). Pada akhirnya pemikiran 

kejahatan akan diakhiri dan dimulainya kekuasaan Allah yang membawa kebaikan bagi 

Missio Eclesiae| Volume 10, Nomor 1, (April, 2021) 

42 

seluruh jagat raya. Hari dimana kekuatan Allah menang terhadap kekuasaan iblis (L. W. 

Michael, 2004). 

 

c. Dead Sea Scrolls 

di sebuah daerah yang terkenal dengan nama Qumran. Penemuan ini terjadi pada musim 

dingin tahun 1946-

sebab  di dalamnya ditemukan tulisan-tulisan yang mencerminkan adanya pengharapan 

mesianik yang kuat. Tulisan seperti ini diantaranya ditemukan dalam naskah yang disebut 

dengan istilah 4Q521. Angka 4Q dalam naskah itu menunjukkan bahwa naskah itu 

ditemukan dalam gua nomor empat di Qumran. Sedangkan angka 521 menunjukkan nomor 

naskah. Naskah ini adalah tulisan tangan yang diperkirakan ditulis pada periode Hasmonean 

yang berarti ditulis kurang lebih seratus tahun sebelum kelahiran Yesus.  and all w]hich is in 

them shall not turn away from the commandments of the Holy Ones. 3Strengthen 

yourselves, O you who seek the LORD, in His service! 4Will you not find the LORD 

in this, all those who hope in their heart? 5For the LORD seeks the pious and calls 

the rihteous by name, 6and His spirit hovers over the poor, and He renews the faithful 

with His strength. 7For He will honor the pious upon the th[ro]ne of an eternal 

kingdom, 8freeing prisoners, giving sight to the blind, straightening out the twis[ted.] And the LORD will perform 

marvelous acts such as have not existed, just as He sa[id]. 12For he shall heal the 

badly wounded, He shall make the dead live, he will proclaim good news to the poor, 

13He shall sati[sfy] the [poo]r, He shall lead the uprooted, and the hungry He shall 


 

Baris pertama dari teks tersebut menjelaskan suatu situasi pada akhir zaman dimana 

pada saat Mesias yang dari Allah itu datang maka surga dan bumi akan tunduk padaNya. 

identitasnya, tapi dengan memerhatikan apa yang ditulis dalam Daniel 7, ataupun bagian lain 

dari teks Dead Sea Scroll, kemungkinan menunjuk kepada para SalehNya yang akan datang 

bersama dengan Sang Mesias pada akhir zaman. Sedangkan bagian lainnya dari teks itu 

adalah bagian di mana peneliti mengingatkan agar orang-orang yang mencari Allah berjaga-

jaga dan selalu menjaga kekudusan agar mereka layak pada saat janji Allah digenapi. Yaitu 

bahwa Allah akan membebaskan orang yang ditawan, memberikan penglihatan kepada yang 

buta, meluruskan orang yang bengkok, menyembuhkan yang luka, membangkitkan orang 

mati, memberitakan kabar baik kepada mereka yang miskin, dan memberi makan kepada 

orang lapar.  

Naskah ini menuliskan mengenai seorang tokoh Mesias yang mulia dan ilahi yang 

akan melakukan banyak perkara ajaib pada saat Ia datang ke dunia. Diantaranya Ia akan 

membebaskan tawanan, membuka mata orang yang buta, menghidupkan orang mati, 

memberitakan kabar baik kepada orang miskin, dan memberi makan kepada mereka yang 

lapar. Nampaknya naskah tersebut berhubungan erat dengan tulisan yang terdapat dalam 

kitab apokripa Mazmur Salomo 17:21-25,32 tentang keluh kesah Israel yang pada waktu itu 

ada dibawah penjajahan Roma. Dalam catatan kitab tersebut penulis meminta supaya Allah 

mengirimkan seorang Mesias yang ilahi yang akan membawa mereka keluar dari 

kesengsaraan sebagai bangsa yang dijajah. Nampaknya kitab ini mengacu juga pada 2 

Samuel 7 yang mencatat janji Allah bahwa kerajaan Daud akan berlangsung selamanya.  

43 

Yang diharapkan untuk dilakukan oleh Allah adalah sebagaimana ditulis dalam 

Mazmur 146:7-8. Yaitu supaya Allah yang menegakkan keadilan, memberi roti kepada yang 

lapar, membebaskan orang-orang yang terkurung, membuka mata orang buta, dan 

menegakkan orang yang tertunduk. Kemudian teks 4Q521 ini juga terkait erat dengan tulisan 

Yesaya 61:1-2. Yaitu mengenai ucapan dari seorang yang namanya tidak disebut, namun 

menggunakan kata ganti orang pertama. Ia mengatakan: 

³Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh sebab  TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah 

mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat 

orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang 

tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk 

memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur 

semua orang berkabung´ 

 

Kemudian pada akhirnya harus dipertimbangkan bahwa sebagaimana dapat 

ditemukan dalam Lukas 4:14-20, ketika sedang berada di sinagog, kepadaNya diberikan 

kitab nabi Yesaya. Kitab itu dibukaNya, kemudian Yesus membaca nats yang diberikan 

kepadaNya tersebut. Dari apa yang ditulis dalam Lukas 4:14-20 dimengerti bahwa yang 

dibaca oleh Yesus adalah teks yang terdapat dalam Yesaya 61:1-2. Setelah Ia membacanya, 

kemudian Ia mengatakan kepada semua yang hadir di sana bahwa pada hari itu janji tersebut 

sudah digenapi. Sehingga kemudian Henze menyimpulkan bahwa ketika Lukas menuliskan 

tulisannya tersebut, pastilah ia mengetahui adanya tulisan 4Q521. Tulisan itu penting untuk 

ditulis oleh Lukas sebab  ia hendak menjelaskan kepada pembacanya bahwa Yesus adalah 

Dia yang diurapi, yang dari Alah, Mesias yang selama ini ditunggu-tunggu, yang dipenuhi 

dengan Roh, yang akan membebaskan Israel (Henze, 2017). 

  Pandangan Henze tersebut didukung juga oleh John J. Collins yang mengatakan : 

³4Q521 describes the expected activity of a prophetic Messiah, which fits well with Isaiah 

61 ± dokumen 4Q521 menjelaskan mengenai hal-hal yang akan dilakukan oleh Mesias yang 

akan datang dan hal itu sesuai

John, 1998) Selain itu Craig A Evans juga berpendapat bahwa dokumen ini secara signifikan 

membuktikan bahwa memang Yesus memandang diriNya sebagai Mesias 


Pengajaran Yudaisme dan Pengajaran Yesus 

Segala sesuatu perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dengan baik. Tanpa 

pertimbangan yang cukup maka yang akan timbul hanya sikap intoleran. Mengenai ajaran 

Yudaisme yang tertulis dalam Talmud harus diperhatikan dan dipertimbangkan bahwa 

sesungguhnya Talmud adalah saripati dari karya filosofi orang Farisi. Kebanyakan berasal 

dari masa sebelum Yesus. Dengan mempelajari Talmud dan membandingkannya dengan 

kata-kata Yesus justru dapat ditemukan bahwa ajaran para Farisi dan Yesus tidak bertolak-

belakang. Justru terdapat kesamaan diantara keduanya. Kesamaan tersebut diantaranya 

disajikan dalam tabel berikut ini :

Ajaran Yesus Ajaran Farisi Dalam Talmud 

Hari Sabat diadakan untuk manusia dan 

bukan manusia untuk hari Sabat. Markus 

2:27 

Hari Sabat diserahkan ke dalam tanganmu, 

bukan kamu diserahkan ke dalam tangannya. 

- Yoma 85b 

Sesungguhnya segala sesuatu yang tidak 

kamu lakukan untuk sesamamu, kamu tidak 

melakukannya juga untuk Tuhan. ± Matius 

25:45 

Seseorang yang mengkhianati sesamanya, 

sama saja seperti ia telah mengkhianati 

Tuhan ± 7RVHIWD6K¶YXRWSDVDO 

Menghina seseorang sama halnya dengan 

membunuh. ± Matius 5:21-22 

Seseorang yang membuat malu sesamanya, 

sama saja seperti ia telah membunuhnya. ± 

Bava Mezia 58b 

Setiap orang yang memandang perempuan 

dengan penuh nafsu, sudah berzinah dengan 

dia di dalam hatinya. ± Matius 5:28 

Seseorang yang memandang seorang 

perempuan dengan penuh nafsu, sama saja 

ia telah berzinah dengannya. ± Kallah pasal 

Tuhan menurunkan hujan bagi orang yang 

benar dan orang yang tidak benar. ± Matius 

5:45 

Tuhan menurunkan hujan bagi orang yang 

benar dan orang yang tidak benar. ± Taanit 

7a 

Jangan melakukan kewajiban agamamu di 

hadapan orang supaya dilihat mereka. ± 

Matius 6:1 

Jangan melakukan kewajiban agamamu di 

hadapan orang supaya dilihat mereka. ± 

Berachot 17b 

Jika engkau memberi sedekah, lakukanlah 

dengan rahasia; janganlah diketahui tangan 

kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. 

± Matius 6:3 

Pemberian sedekah yang terbaik ialah ketika 

kamu memberi tanpa mengetahui siapa yang 

menerimanya, dan yang menerima tidak 

tahu dari siapa itu berasal. ± Bava Batra 10b 

Janganlah kamu bertele-tele dalam berdoa. ± 

Matius 6:7 

Seseorang yang berdoa terlalu dalam dan 

terlalu panjang membuat dirinya sendiri 

sakit kepala. ± Berachot 55a 

Janganlah kuatir akan apa yang hendak 

kamu makan atau minum. ± Matius 6:25-31 

Seseorang yang mempunyai makanan untuk 

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari 

besok, sebab  hari besok mempunyai 

kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari 

cukuplah untuk sehari. ± Matius 6:25-31 

Setiap hari mempunyai kesusahannya 

sendiri. ± Berachot 9b 

Bila ya katakan ya dan tidak katakan tidak. ± 

Matius 5:34-37 

Sebuah Ya yang benar adalah Ya; sebuah 

Tidak yang benar adalah Tidak. ± Bava 

Batra 49b 

 

Sikap intoleran orang Kristen terhadap ajaran Yudaisme diantaranya juga timbul 

sebab  pandangan yang keliru terhadap Farisi sebagai pengajar Yudaisme. The Oxford 

Dictionary of Jewish Religion menjelaskan bahwa kata Farisi berasal dari bahasa Ibrani 

 dari kata parush, yang berarti penjelasan.(Wugoder, 1997) Sedangkan 

Shaye J.D. Cohen berpendapat bahwa kata ini berasal dari kata parushi yang berarti mereka 

yang terpisah.(Cohen, 1987) Kaum Farisi lahir sebagai akibat dari perkembangan sejarah 

Yahudi pasca pembuangan ke Babilon yang dimulai sejak 597 SM.(Coogan, Michael, 1999)  

Yang dilanjutkan dengan dihancurkannya Bait Allah pada tahun 587 SM. Kedua peristiwa 

tersebut menimbulkan perubahan dramatis dari kultur dan keagamaan Yudaisme. Selama 

pembuangan di Babilon, rumah-rumah ibadah Yudaisme yang dikenal dengan istilah beit 

45 

knesset atau dalam bahasa Yunani disebut dengan sinagog, dan tempat doa mereka yang 

dikenal dengan istilah beit tefilah, menjadi tempat utama yang digunakan oleh penganut 

Yudaisme untuk melakukan ibadah mereka. Sekembali mereka ke Yudea setelah 

pembuangan, mereka kembali mendirikan Bait Allah, tapi Raja Koresh yang berkuasa saat 

itu tidak mengijinkan mereka untuk merestorasi kerajaan Yudea.  

Tanpa adanya kerajaan, maka imam-imam menjadi tokoh yang sentral dalam 

kehidupan sosial. Pada saat inilah kaum Saduki lahir sebagai fraksi yang berkuasa dan dekat 

dengan para elit di masyarakat. Sekalipun Bait Allah kedua selesai direstorasi pada 515 

tahun SM, kehidupan keagamaan tetap berpusat di sinagog. Menurut Josephus orang-orang 

Farisi adalah orang-orang yang paling ahli dan akurat dalam pemahaman mereka terhadap 

hukum-hukum Yahudi. Di luar sinagog yang berperan adalah para rabbi Yahudi. Mereka 

memegang peran dalam mengajar Taurat. Mereka memelihara tradisi lisan yang dianggap 

disampaikan oleh Allah di Gunung Sinai (Cohen, 1987).  

Orang Farisi, berkegiatan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Ada yang 

aktif dalam kelompok partai politik, dalam hal ini, gerakan ini berlawanan dengan kefarisian 

Yesus.  Ada juga Farisi yang menjadi bagian dari gerakan sosial. Dalam hal ini gerakan ini 

tidak berbeda dengan gerakan yang Yesus lakukan, artinya Yesus adalah Farisi dalam arti 

orang yang membawa gerakan sosial. Kemudian ada juga Farisi yang menjadi bagian dari 

aliran pemikiran di antara orang-orang Yahudi yang berkembang pada masa Bait Suci Kedua 

(536 SM±70 M).(Wugoder, 2011) Yesus adalah seorang yang membawa aliran pemikiran 

baru dalam Yudaisme, sehingga Yesus juga bisa dikatakan sebagai Farisi.  

Orang Farisi adalah para ahli tafsir tradisi dari mulut ke mulut yang berasal dari para 

rabi. Menurut sejarawan Yahudi bernama Yosephus dalam bukunya Antiquites XII.x.5 

kebanyakan orang Yahudi akan meminta nasihat dan pertimbangan untuk kasus-kasus pelik 

dalam hidup mereka kepada orang-orang Farisi daripada kepada raja ataupun imam besar. 

sebab  kepercayaan masyarakat yang besar terhadap mereka, maka mereka menempati 

kedudukan penting dalam masyarakat yaitu sebagai Sanhedrin atau majelis agama. 

Penekanan yang penting dari seluruh uraian di atas adalah bahwa Yesus juga seorang Farisi 

dengan beberapa cirinya sebagaimana telah disebutkan di atas.  

Sebenarnya istilah Farisi bukan sebuah istilah yang jahat.  Rasul Paulus juga seorang 

yang berasal dari mazhab Farisi (Fil 3:5). Nikodemus yang terlibat percakapan dengan Yesus 

pun seorang Farisi (Yoh 3:1). Yesus juga seorang Farisi. Ajaran yang disampaikan oleh 

Yesus adalah suatu pemahaman baru dari ajaran Farisi sebelumnya, khususnya pembaruan 

dari ajaran tokoh Farisi terkemuka saat itu, yaitu Hillel dan Shamai (30±10 SM). Ajaran 

Yesus adalah pembaruan ajaran Hillel dalam banyak hal, bahkan hampir semuanya. 

Misalnya ketika Yesus melancarkan kritik keras terhadap kebiasaan membayar selasih, adas 

manis dan jintan sebagaimana dicatat dalam Matius 23:23. Ajaran yang disampaikan oleh 

Yesus tersebut ternyata paralel dengan ajaran Hillel sebagaimana dapat ditemukan dalam 

Masarot 4:5-6. Demikian juga mengenai perbuatan Yesus menyembuhkan orang pada hari 

Sabat (Mrk 3:2-4). Yang ternyata paralel dengan Tosefta Shabat 7:14. Belum lagi mengenai 

pelayanan terhadap orang-orang berdosa dan mengajar mereka. Serta memperbolehkan 

mengangkat barang pada hari Sabat sebagaimana dicatat dalam Yohanes 15, paralel dengan 

Betsia 26b.(Sumadi, 2002) 

Ketimpangan dalam pengertian mengenai Farisi mencatatkan pengertian yang salah 

dalam benak manusia hari ini sehingga banyak orang modern menganggap bahwa Farisi 

pasti jahat. Sebagai contoh dapat dijabarkan ketidak tepatan pengertian mengenai Farisi 

sebagaimana ditemukan dalam kamus The American Heritage Dictionary. Dalam naskah 

tersebut terdapat dua pengertian mengenai Farisi yang diuraikan secara kurang tepat (The 

American Heritage Dictionary, Second College Edition, 1985). Pertama, dikatakan bahwa 

Farisi adalah anggota dari sebuah sekte Yahudi kuno yang menekankan pada penafsiran 

Missio Eclesiae| Volume 10, Nomor 1, (April, 2021) 

46 

yang keras dan ketaatan terhadap hukum Musa. Baik dalam bentuk tertulis maupun lisan. 

olah semua Farisi memiliki tafsir yang 

keras.  

Pandangan seperti ini kurang tepat dan menimbulkan konotasi negatif bagi Farisi. 

Semua tafsir terhadap Tanakh dan terhadap Talmud dilaksanakan oleh Farisi dengan 

sungguh-sungguh. Lagipula sebagaimana telah diungkapkan di atas, Yesus dan Paulus 

adalah Farisi. Mereka memberikan tafsiran kepada hukum-hukum Musa, namun demikian 

mereka tidak selalu memberikan tafsir yang keras terhadap hukum Musa. Contohnya adalah 

ketika ada seorang Farisi yang bertanya kepada Yesus mengenai hukum yang terutama. 

Maka Yesus memberikan tafsirannya yaitu bahwa hukum yang terutama adalah Shema Israel 

(Mrk. 12:29-31). Atau ketika Paulus yang adalah Farisi memberikan penafsirannya terhadap 

hukum Musa berikut ini:  

³6HEDE GDODP KXNXP0XVD DGD WHUWXOLV -DQJDQODK HQJNDXPHPEHUDQJXVPXOXW

lembu yang sedang mengirik!" Lembukah yang Allah perhatikan? Atau kitakah yang 

Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak 

dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk 

 

Penafsiran sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus dan Paulus sebagai Farisi 

tersebut di atas bukanlah pemahaman yang keras. Apalagi dalam penafsiran Yesus yang 

dituliskan dalam Markus 12:29-31 tersebut ternyata disetujui oleh Farisi yang bertanya. Pada 

kesempatan itu Farisi itu berkata

Kedua, Farisi dikatakan sebagai mereka yang berlaku munafik dalam beribadah. 

Definisi demikian keliru dan menyesatkan. Tentunya ada saja Farisi yang berlaku munafik. 

Dalam kelompok manapun selalu saja ada yang munafik, namun tidak berarti bahwa seluruh 

anggota kelompok itu adalah orang-orang yang munafik. Ada beberapa, bahkan banyak 

Farisi yang hidup saleh serta mengasihi Allah.  

 J. Dwight Pentecost, selanjutnya juga mengatakan bahwa Yesus mengajarkan 

doktrin yang berbeda dengan doktrin orang Farisi.  Dengan pernyataan demikian seolah-olah 

ajaran Yesus berbeda dengan ajaran Farisi. Seolah-olah ajaran Yesus meninggalkan ajaran 

Farisi. Padahal Yesus adalah Farisi yang hidup diantara dua kelompok besar dalam tubuh 

Farisi yang didirikan oleh Rabbi Hillel dan Rabbi Shammai.  Tabel berikut ini menunjukkan 

bahwa terdapat kesamaan ajaran Yesus dengan pengajaran Hillel (Winkler, 1998). 

 

Ajaran Yesus Hillel 

Mengkritik kebiasaan membayar selasih, 

adas manis dan jintan.  

Matius 23:23 

Menyembuhkan orang pada hari Sabat 

diperbolehkan. 

Markus 3:2-4 Tosefta Shabat 7:14 

Melayani orang-orang berdosa dan 

mengajar mereka. 

Lukas 15 

Memperbolehkan mengangkat sebuah 

barang pada hari Sabat. 

Yohanes 15 Betzah 26b 

 

Dalam Perjanjian Baru, ada kesan bahwa seolah-olah semua orang Farisi sama saja, 

namun hal itu tidak benar. Bila dicermati apa yang ditulis dalam Markus 14:64 dapat 

ditemukan bahwa sekalipun secara aklamasi orang-orang Farisi menjatuhkan hukuman mati 

kepada Yesus, ternyata tidak semua Farisi setuju dengan hukuman mati tersebut. Dicatat 

oleh Lukas sebagai berikut. 

47 

"Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar dan seorang yang 

baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal 

dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Tuhan."  (Luk. 

23:50-51) 

 

Nikodemus juga menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap hukuman mati tersebut 

dan sebelum orang mengetahui apa yang telah diperbuat-

Dengan seluruh penjabaran di atas nampak bahwa Yesus adalah seorang Farisi yang 

yang mengajarkan ajaran-ajaran Yudaisme yang dikenalkan oleh para Farisi. Dengan 

demikian tidak benar bahwa pengajaran Farisi adalah pengajaran yang nilainya lebih rendah 

dari pengajaran Yesus atau kekristenan. 

  

 Nilai baik yang dapat dipetik dari kisah pelaksanaan Pemilu 2019 yang penuh dengan 

sikap intoleran adalah bahwa intoleransi harus ditinggalkan. Tidak baik bagi suatu agama 

menganggap dirinya atau ajarannya sebagai ajaran yang lebih baik dari agama lain. Sehingga 

seharusnya orang-orang Kristen yang adalah terang dan garam dunia tidak menunjukkan 

sikap yang seperti itu. Pengetahuan bahwa Yesus adalah Mesias bukanlah hasil dari 

perenungan orang-orang beragama Kristen. Penemuan itu adalah maha karya orang-orang 

penganut Yudaisme yang mendalami kitab-kitab mereka. Tidak baik bagi orang Kristen 

untuk memandang rendah kepada Yudaisme. Apalagi menimbulkan sikap permusuhan 

kepada mereka. Pengajaran mereka adalah ibu dari pengajaran kekristenan. Orang Kristen 

yang menganggap mereka rendah adalah orang Kristen yang tidak menghargai ibu mereka 

sendiri.  

Selain itu, sebagaimana telah diungkapkan dalam kajian ini, kitab utama Yudaisme 

yang disebut dengan Talmud, Mishnah, dan Gemara adalah sumber dari pengajaran yang 

menghasilkan ajaran-ajaran yang baik. Yang kemudian melahirkan ajaran-ajaran Hillel dan 

Shammai. Selanjutnya juga sudah dituliskan bahwa pengajaran Yesus sebagai guru Yahudi 

ternyata adalah pengajaran-pengajaran yang diajarkan oleh para Farisi. sebab  Yesus adalah 

Farisi dan pengajaran yang disampaikan oleh Yesus ternyata terdapat dalam kitab-kitab 

utama itu. Terutama ajaran Yesus memiliki nafas yang sama dengan pengajaran Hillel. 

Ditambah lagi bahwa ternyata kitab-kitab lain yang ditulis oleh penganut Yudaisme 

menghasilkan kitab 1 Henokh yang mengajarkan kepada orang Kristen hari ini pengharapan 

akan adanya dunia yang akan datang. Dunia di mana orang benar akan hidup selamanya 

dengan Allah. Kitab ini juga menyumbangkan hikmat yang luar biasa sehingga pada hari ini 

orang Kristen dapat memahami tulisan yang terdapat dalam kitab Wahyu.  

Pada akhirnya hikmat yang terdapat dalam pengajaran Yudaisme mewariskan kepada 

orang Kristen naskah-naskah laut mati. Melalui naskah ini kemudian orang Kristen dapat 

mengerti bahwa Yesus adalah Mesias, Yang Diurapi, yang dari Allah, Mesias yang selama 

ini ditunggu-tunggu, yang dipenuhi dengan Roh, yang akan membebaskan Israel. Tentunya 

Dia adalah Juru Selamat.  

  Intoleransi hanya akan membutakan mata seseorang sehingga ia tidak mengenali 

kebaikan orang lain. Yudaisme adalah ibu kekristenan. Allah mereka adalah Allah 

kekristenan, kitab mereka diadopsi sebagai kitab-kitab kekristenan. Mereka berjasa kepada 

penemuan penting yang menjadi fondasi kekristenan. Jangan bersikap bermusuhan kepada 

mereka. Orang Kristen haruslah menjadi orang-orang yang cerdas, yang gemar mempelajari 

kitab suci. Orang-orang yang toleran tapi tidak sama dengan dunia ini.