Yudaisme ibu kekristenan
Pengajaran Yudaisme sering dipandang sebelah mata, seolah-olah sebagai suatu
pengajaran yang tidak memiliki nilai-nilai yang baik sama sekali. Sedangkan
pengajaran Yesus yang hari ini dikenal sebagai kekristenan menganggap dirinya
sebagai pengajaran yang jauh lebih mulia daripada pengajaran Yudaisme. Sikap
yang seperti itu adalah sikap intoleran, bahkan sombong. Sikap seperti itu
membutakan mata banyak orang Kristen sehingga mereka tidak menyadari
bahwa sesungguhnya Yudaisme mewariskan banyak kebenaran yang menjadi
fondasi yang kuat bagi kekristenan. Bahkan sesungguhnya yang diajarkan oleh
Yesus adalah Yudaisme. Kitab-kitab Yudaismelah yang memberikan
pengharapan kepada orang Kristen hari ini tentang akan datangnya hari
kemenangan Allah. Di mana nantinya setelah kemenangan itu, orang Kristen
akan tinggal bersama dengan Allah. Kitab-kitab mereka pula yang pada akhirnya
akan memperkenalkan kepada orang Kristen bahwa Yesus adalah Mesias, Yang
Diurapi, yang penuh dengan Roh dan kerajaanNya akan berlangsung selamanya.
Yudaisme pasti berbeda dengan pengajaran Yesus? Apa saja kitab-kitab
Dalam tulisan yang disajikan oleh Kompas.com dengan judul Intoleransi Politik
Diperkirakan Semakin Menguat Jelang Pemilu, disajikan bahwa Peneliti Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amin Mudzakkir memaparkan adanya intoleransi politik di
Indonesia yang semakin menguat. Pendapat Amin didasarkan pada temuan survei LIPI
terhadap seribu delapan ratus responden di provinsi-provinsi Indonesia. Dipaparkan bahwa
lebih dari lima puluh persen responden mengatakan bahwa mereka hanya akan memilih
pemimpin yang seagama. Dipaparkan juga bahwa bahkan hanya secara pasif mereka
memilih orang seagama, tapi secara aktif mereka mencegah orang lain memilih pemimpin
yang berbeda agama. Diantaranya sebagaimana nampak dalam pemilihan kepala daerah DKI
Jakarta. Dimana nampak bahwa orang secara aktif menolak untuk menyalatkan jenazah
orang yang berbeda pilihan politik.
Intoleransi yang demikian adalah sesuatu yang sangat disayangkan. sebab tidak
seharusnya kelompok agama saling menganggap bahwa kelompok agama yang lain lebih
rendah martabatnya. Namun demikian yang lebih disayangkan lagi adalah sebab ternyata
kekristenan sesungguhnya memiliki pula perasaan intoleran. Diantaranya sebab adanya
perasaan bahwa ajaran kekristenan yang diajarkan oleh Yesus lebih mulia daripada
pengajaran Yudaisme sebagaimana dituangkan dalam kitab-kitab mereka. Pandangan seperti
ini diantaranya diungkapkan oleh peneliti dan apologis Kristen terkenal J. Dwight Pentecost
dalam bukunya The Words and Works of Jesus Christ. Dalam buku tersebut diantaranya
dikatakan olehnya. -tulisan dalam Mishna dan Gemara (dua bagian dari Talmud)
menunjukkan bahwa mereka adalah koleksi menjemukan yang berisi penjelasan
yang terputus-putus atas banyak pokok persoalan. Ajaran mereka sempit, dogmatis,
Yesus justru adalah sebaliknya, dengan pengertian intuitif yang cepat menembus
lubuk hati manusia yang paling dalam, menggerakkan kesadaran dan kehendak untuk
-kata yang begitu indah keluar dari bibir-Nya, diucapkan dengan cara
yang ramah, sehingga dunia berkata: Tidak ada manusia yang berbicara seperti orang
Pada kesempatan lain Pentecost, mengutip Frederick Farrar, menulis: -muji Talmud. Saat ini literatur
yang diberi nama Talmud itu terdiri atas dua belas volume tebal seukuran folio; dan
adalah aneh jika dari literatur setebal ensiklopedia ini kita tidak dapat mengutip
barang sepotong pun bagian yang mengesankan, ilustrasi yang menarik, atau
sejumlah perasaan moral yang membangkitkan pemikiran mulia. Tetapi apa yang
terlihat oleh saya tidak dapat disangkal, dan orang lain juga bisa menilainya sendiri,
bahwa apa yang benar-benar berharga dalam Talmud sangat sedikit sekali
dibandingkan dengan tumpukan sampah di dalamnya yang hampir tidak terhitung
MXPODKQ\D´(Pentecost, 1981)
Pandangan Pentecost, dan Farrar dalam diskursus teologis sering sekali dikutip oleh
teolog dan praktisi Kristen yang tidak menghargai ajaran Yudaisme. Ajaran Yudaisme
dianggap sebagai ajaran Farisi dan sebab itu pasti tidak berharga. Dengan pemikiran
demikian sampailah tokoh-tokoh tersebut pada kesimpulan bahwa ajaran Yesus atau ajaran
kekristenan berbeda secara keseluruhan dengan pengajaran Yudaisme. Kemudian tidak ada
ajaran Yudaisme yang mengandung nilai-nilai moral seperti dalam ajaran Yesus. Lebih
39
lanjut mereka menganggap bahwa ajaran-ajaran Yudaisme mengandung nilai-QLODL³second
hand´'DQVHGLNLWVHNDOLKDO-hal yang berharga di dalam ajaran itu.
Sikap menghakimi seperti itu adalah sikap intoleran dan tanpa dasar. Apakah
memang benar bahwa pengajaran Yudaisme pasti berbeda dengan pengajaran Yesus? Apa
saja kitab-kitab Yudaisme dan ajaran apa yang diwariskan?
KAJIAN LITERATUR
Kitab-kitab Yahudi dan Ajaran Yang Diwariskan
Yudaisme terus berkembang dari waktu ke waktu. Yudaisme pada zaman Yesus tidak
lagi sama dengan Yudaisme sebagaimana tertulis dalam Perjanjian Lama. Perubahan ini
terjadi sebab orang-orang Yahudi harus menghadapi banyak pergolakan dalam zaman-
zaman antara Musa dan zaman Bait Alah kedua. Terdapat juga pengaruh-pengaruh
pemikiran yang berasal dari dunia lain, bukan dunia Yahudi. Banyak idea-idea baru yang
bertumbuh. Kemudian tumbuh pula sekte-sekte baru dalam Yudaisme yang semuanya
memiliki pengaruh dan merubah Yudaisme. Yesus tumbuh dalam situasi di mana Yudaisme
yang Ia kenal sudah berubah dari Yudaisme Perjanjian Lama. Yesus hidup dalam periode
yang dikenal dengan istilah periode Bait Allah kedua. Periode ini termasuk dalam periode
Intertestamental. Dalam pemikiran Kekristenan Protestan, periode ini dikenal dengan
periode empat ratus tahun di mana terjadi kebisuan. sebab pada periode ini Allah dianggap
tidak mewahyukan apapun yang baru kepada umat percaya (Lance, 2018).
Dalam bukunya berjudul Mind The Gap, Matthias Henze, mengungkapkan bahwa
ternyata peneliti-peneliti Yahudi sebetulnya tetap menulis banyak kitab dalam periode ini
yang memengaruhi cara berpikir orang di zaman itu. Tapi tulisan mereka di zaman itu tidak
diikutkan dalam kitab-kitab Yudaisme, mauupun dalam kitab-kitab Kekristenan. Menurut
Henze terdapat setidaknya tiga alasan mengapa tulisan-tulisan dalam periode
Intertestamental perlu dipelajari. Pertama, sebab Alkitab hanya mencatat sebagian dari
kitab-kitab Yahudi yang waktu itu beredar di zaman Yudaisme kuno. Kedua, manuskrip
tertua tentang Perjanjian Lama datang dari periode ini. Manuskrip tersebut ditemukan dalam
dokumen Dead Sea Scrolls yang ditemukan antara 1940 dan 1950. Ketiga, dokumen
Intertestamental menjelaskan banyak hal tentang Yudaisme yang menjadi dasar Kekristenan.
Pada masa inilah timbul pemikiran-pemikiran yang tidak ditemukan penjelasannya dalam
Perjanjian Lama.
Sebagai contoh, pada masa inilah mulai timbul pemikiran bahwa Mesias yang akan
datang pada akhir zaman adalah utusan Allah yang akan membawa restorasi bagi Israel. Pada
masa ini juga timbul pemikiran mengenai roh-roh jahat, mengenai kehidupan setelah
kematian, dan lain sebagainya. Dalam kehidupan pelayananNya, Yesus tidak lagi hidup
dalam pemikiran keagamaan Yudaisme kuno. Ia hidup dalam periode Bait Allah kedua.
sebab itu Ia terlibat dalam diskusi-diskusi tentang pengharapan Mesianik, Ia mengusir
setan-setan, Ia berbicara mengenai akhir zaman, Ia berbicara mengenai kebangkitan daging
dan Ia berdiskusi tentang kehidupan setelah kematian dengan orang-orang Saduki. Orang
Saduki tidak dikenal oleh kitab Perjanjian Lama (Henze, 2017).
Michael White berpendapat bahwa kesalahan orang modern adalah sebab mereka
kurang menyadari dunia Yesus sangat berbeda dengan dunia Perjanjian Lama. Pada era
dimana Yesus hidup, kejayaan Israel sudah lama hilang. Kejatuhan Israel ke tangan kerajaan
Babilonia pada 586 tahun SM sampai dengan okupasi Roma membawa pengaruh terhadap
kehidupan politik dan keagamaan di Yudea. Pada masa ini timbul pemikiran-pemikiran
rohani yang baru, timbul pula kelompok-kelompok agama baru, dan timbul pula ritual-ritual
keagamaan baru. Dari semua pembaruan ini kemudian timbul dua aliran keagamaan penting,
yaitu Yudaisme Rabinik dan kekristenan. Tidak semua kitab Yudaisme dapat dibahas dalam
kesempatan ini, namun demikian beberapa tulisan, terutama tulisan-tulisan yang memiliki
Missio Eclesiae| Volume 10, Nomor 1, (April, 2021)
40
pengaruh besar dalam membentuk sistem keagamaan Yudaisme dan kekristenan akan
dibahas di bawah ini.
a. Talmud, Mishnah dan Gemara
Menurut Adin Steinsaltz, Talmud - yang secara harfiah berarti instruction-
petunjuk, atau learning ± pelajaran, adalah naskah sentral dari para rabi Yudaisme dan
sumber utama dari hukum-hukum Yudaisme dan teologi mereka (Steinsaltz, 2006). Definisi
Talmud seperti yang ditulis oleh Adin Steinsaltz tersebut membingungkan. sebab dengan
definisi yang demikian, kemudian Talmud seolah-olah sama dengan Taurat yang juga dapat
diterjemahkan sebagai instruction ± petunjuk. Brad Young memberikan definisi yang lebih
Dalam sejarahnya kemudian terdapat dua jenis Talmud yang berbeda. Yaitu Talmud
Babyloni (Talmud Bavli) dan Jerusalem Talmud (Talmud Yerushalmi). Talmud yang
berbeda tersebut lahir sebab latar belakang sejarah. Yaitu sebab setelah gagalnya dua
perlawanan terhadap Roma pada tahun 66-70 M dan pada tahun 132-135 M. Pengaruh para
imam dan Farisi memudar dan digantikan oleh cendekiawan dari Babilonia. Sebagian dari
para Farisi kemudian mengungsi ke Persia dan menetap di sana. Mereka yang mengungsi ke
Babilonia dan Persia menghasilkan Talmud Babilonia. Sedangkan mereka yang tetap tinggal
di Yerusalem menghasilkan Talmud Yerusalem (Young, 2007). Sampai zaman modern,
Talmud selalu menjadi bagian utama dari kultur Yahudi dan tonggak utama dari pemikiran
dan aspirasi Yahudi (Safrai, 1976).
Kitab Talmud terbagi menjadi dua bagian utama: Pertama, Mishnah dapat
subyek pembahasan tertentu. Kewibawaan Mishnah dalam tradisi Yahudi memberikannya
tempat sebagai undang-undang kedua atau second law, sesudah Taurat (Kanzul Marshud fi
Qawaid Talmud, 1:29). Para rabbiyang ikut serta dalam penyusunan Mishnah sejak matinya
Hillel di tahun 10 Masehi hingga selesainya penyusunan kitab Mishnah sekitar tahun 200
Masehi disebut sebagai
bagi ulama bangsa Yahudi setelah kematian Hillel dan Shamai, yaitu pada tahun ke 10 SM
sampai menginggalnya Judah Hanasi, sekitar tahun 200 M. Jumlah ulama Tannaim
mencapai 200 orang ulama Yahudi, sebagian besar bergelar Hakhom yang juga berarti guru
atau orang bijak. Jika seorang ilmuan Yahudi itu menjabat sebagai Paderi di kuil mereka,
maka ia diberi gelar Rabbi yang berarti guru kita. Sementara Amoraim berasal dari kata
Salah seorang yang terkemuka adalah Rabbi Judah HaNasi. Ia adalah keturunan
dari Hillel dan dalam hidupnya ia mengumpulkan tulisan-tulisan dari para rabbi yang hidup
antara 300 tahun SM sampai dengan tahun 220 M. Hampir seluruh Mishnah yang
dikumpulkannya ditulis dalam bahasa Ibrani. Hal ini menujukkan bahwa pada periode
pengumpulan itu bahasa yang digunakan adalah bahasa Ibrani.
Tulisan dalam Mishnah dibagi dalam divisi yang dalam bahasa Ibrani disebut
sedarim. Kemudian divisi tersebut dibagi lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang
disebut massekhtot atau traktat (Young, 2007). Divisi yang ada dalam Mishnah adalah
sebagai berikut. Zeraim, yaitu mengenai hasil-hasil agrikultur dan persembahan. Moed, yaitu
mengenai perayaan agama. Nashim, yaitu pembahasan mengenai hukum dan wanita.
Nazikim, yaitu mengenai hak-hak milik dan cara berperkara secara hukum. Kodashim, yaitu
mengenai barang-barang yang dikhususkan untuk digunakan di Bait Allah. Tohoroth, yaitu
mengenai hukum-hukum tentang kesucian. Pembagian pembahasan ini kemudian dibagi lagi
menjadi traktat-traktat. Secara total ada enam puluh tiga pembagian pembahasan dalam
Mishnah , Gemara. Menurut Z.I. Levine kata ini dapat diterjemahkan menjadi
³to finish, to complete, or to perfect ± untuk mengakhiri, untuk melengkapi, atau untuk
menyempurnakan (Levine, 2016). Gemara adalah rangkuman dari butir-butir penting
pembahasan para rabbi mengenai Mishnah. Perkembangan dari bahan-bahan yang
digunakan dalam Gemara berasal dari dua sumber. Sumber pertama adalah dari Palestina
dimulai sejak abad 3 atau 4 Masehi, utamanya dari daerah Tiberias. Sumber kedua berasal
dari kota Pumbedetha, Sura, dan Nehardea di Babilonia pada abad 3 sampai dengan akhir
abad 5 Masehi. Gemara adalah suatu kulminasi dari hikmat para rabbi mengenai Mishnah.
Dimana Gemara adalah usaha untuk mencarikan jalan keluar terhadap perbedaan interpretasi
dari para rabbi. Apabila terdapat pendapat-pendapat yang tidak jelas dari para rabbi
terdahulu, maka rabbi-rabbi yang kemudian berusaha untuk mencarikan solusinya, dan
inilah yang kemudian dicatat dalam Gemara (W. A. Elwell, 1988).
b. Henokh
Tulisan yang disebut dengan 1 Henokh adalah bagian dari tulisan apokaliptik. Kata
apokakaliptik berasal dari bahasa Yunani apocalyptein yang berarti menyingkapkan. Akar
katanya dalam bahasa Yunani adalah kata benda apocalypsis yang diterjemahkan kedalam
bahasa Inggris sebagai apocalypse. Maknanya adalah sesuatu yang disingkapkan atau
penyingkapan. Tulisan ini menjadi suatu genre yang penting dalam banyak karya tulisan
Yudaisme dan kekrtistenan. Biasanya penyingkapan itu disajikan dalam bentuk penglihatan
atau mimpi yang menceritakan suatu pertemuan dengan seorang yang benar, biasanya
malaikat. Yang bermimpi adalah tokoh yang disegani, atau tokoh pahlawan yang kemudian
menceritakan mimpinya tentang hal-hal yang akan terjadi di kemudian hari.
Yang paling terkenal dari genre ini adalah tulisan Kitab Wahyu dalam Perjanjian
Baru (Collins, John, 1998). Akar dari tulisan apokaliptik berasal dari zaman pembuangan di
Persia, utamanya dalam tulisan Yehezkiel dan Yesaya 56-66. Yang diharapkan dalam
tulisan-tulisan apokaliptik adalah kembalinya kepemimpinan Allah dalam bentuk suatu
negara Teokratis sekaligus mengembalikan masa kejayaan Israel.
Arti penting dari tulisan yang terdapat dari 1 Henokh pada masa itu adalah mengenai
tatanan yang Allah sudah ciptakan dalam penciptaan seluruh alam semesta sehingga sebagai
mahluk ciptaan, manusia harus hidup dalam ketertundukan terhadap tatanan tersebut.
Manusia yang menundukkan dirinya dalam tatanan tersebut memiliki komitmen yang besar
terhadap hukum-hukum Allah. Dan pada kepercayaan bahwa Allah dengan tanganNya yang
kuat akan selalu menang dalam menghadapi kekuatan-kekuatan jahat.
Sumbangan lain dari tulisan 1 Henokh ini adalah sebab memberikan pemahaman
mengenai kekuatan-kekuatan baik dan jahat. Termasuk dalam hal ini adalah para malaikat.
Malaikat ini kemudian terbagi menjadi golongan yang baik dan jahat. Yang jahat dikenal
sebagai roh-roh jahat dengan penghulunya yang adalah iblis. Iblis adalah tokoh yang ketika
di surga menentang Allah dengan tatananNya. Tulisan ini juga mengembangkan pengertian
mengenai surga dan neraka sebagaimana yang hari ini dipercaya oleh banyak manusia.
Melalui tulisan 1 Henokh ini timbullah pemahaman baru tentang realitas, yaitu suatu
pandangan apokaliptik mengenai bumi dan jagat raya (E. S. Michael, 1976).
Dalam pandangannya, Norman Perrin berpendapat bahwa tulisan apokaliptik adalah
Allah yang tak nampak di dunia yang Ia ciptakan, keputusasaan terhadap kondisi manusia
hari ini dalam dunia yang diciptakan Allah (Perrin, 1974). Pada akhirnya pemikiran
kejahatan akan diakhiri dan dimulainya kekuasaan Allah yang membawa kebaikan bagi
Missio Eclesiae| Volume 10, Nomor 1, (April, 2021)
42
seluruh jagat raya. Hari dimana kekuatan Allah menang terhadap kekuasaan iblis (L. W.
Michael, 2004).
c. Dead Sea Scrolls
di sebuah daerah yang terkenal dengan nama Qumran. Penemuan ini terjadi pada musim
dingin tahun 1946-
sebab di dalamnya ditemukan tulisan-tulisan yang mencerminkan adanya pengharapan
mesianik yang kuat. Tulisan seperti ini diantaranya ditemukan dalam naskah yang disebut
dengan istilah 4Q521. Angka 4Q dalam naskah itu menunjukkan bahwa naskah itu
ditemukan dalam gua nomor empat di Qumran. Sedangkan angka 521 menunjukkan nomor
naskah. Naskah ini adalah tulisan tangan yang diperkirakan ditulis pada periode Hasmonean
yang berarti ditulis kurang lebih seratus tahun sebelum kelahiran Yesus. and all w]hich is in
them shall not turn away from the commandments of the Holy Ones. 3Strengthen
yourselves, O you who seek the LORD, in His service! 4Will you not find the LORD
in this, all those who hope in their heart? 5For the LORD seeks the pious and calls
the rihteous by name, 6and His spirit hovers over the poor, and He renews the faithful
with His strength. 7For He will honor the pious upon the th[ro]ne of an eternal
kingdom, 8freeing prisoners, giving sight to the blind, straightening out the twis[ted.] And the LORD will perform
marvelous acts such as have not existed, just as He sa[id]. 12For he shall heal the
badly wounded, He shall make the dead live, he will proclaim good news to the poor,
13He shall sati[sfy] the [poo]r, He shall lead the uprooted, and the hungry He shall
Baris pertama dari teks tersebut menjelaskan suatu situasi pada akhir zaman dimana
pada saat Mesias yang dari Allah itu datang maka surga dan bumi akan tunduk padaNya.
identitasnya, tapi dengan memerhatikan apa yang ditulis dalam Daniel 7, ataupun bagian lain
dari teks Dead Sea Scroll, kemungkinan menunjuk kepada para SalehNya yang akan datang
bersama dengan Sang Mesias pada akhir zaman. Sedangkan bagian lainnya dari teks itu
adalah bagian di mana peneliti mengingatkan agar orang-orang yang mencari Allah berjaga-
jaga dan selalu menjaga kekudusan agar mereka layak pada saat janji Allah digenapi. Yaitu
bahwa Allah akan membebaskan orang yang ditawan, memberikan penglihatan kepada yang
buta, meluruskan orang yang bengkok, menyembuhkan yang luka, membangkitkan orang
mati, memberitakan kabar baik kepada mereka yang miskin, dan memberi makan kepada
orang lapar.
Naskah ini menuliskan mengenai seorang tokoh Mesias yang mulia dan ilahi yang
akan melakukan banyak perkara ajaib pada saat Ia datang ke dunia. Diantaranya Ia akan
membebaskan tawanan, membuka mata orang yang buta, menghidupkan orang mati,
memberitakan kabar baik kepada orang miskin, dan memberi makan kepada mereka yang
lapar. Nampaknya naskah tersebut berhubungan erat dengan tulisan yang terdapat dalam
kitab apokripa Mazmur Salomo 17:21-25,32 tentang keluh kesah Israel yang pada waktu itu
ada dibawah penjajahan Roma. Dalam catatan kitab tersebut penulis meminta supaya Allah
mengirimkan seorang Mesias yang ilahi yang akan membawa mereka keluar dari
kesengsaraan sebagai bangsa yang dijajah. Nampaknya kitab ini mengacu juga pada 2
Samuel 7 yang mencatat janji Allah bahwa kerajaan Daud akan berlangsung selamanya.
43
Yang diharapkan untuk dilakukan oleh Allah adalah sebagaimana ditulis dalam
Mazmur 146:7-8. Yaitu supaya Allah yang menegakkan keadilan, memberi roti kepada yang
lapar, membebaskan orang-orang yang terkurung, membuka mata orang buta, dan
menegakkan orang yang tertunduk. Kemudian teks 4Q521 ini juga terkait erat dengan tulisan
Yesaya 61:1-2. Yaitu mengenai ucapan dari seorang yang namanya tidak disebut, namun
menggunakan kata ganti orang pertama. Ia mengatakan:
³Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh sebab TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah
mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat
orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang
tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk
memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur
semua orang berkabung´
Kemudian pada akhirnya harus dipertimbangkan bahwa sebagaimana dapat
ditemukan dalam Lukas 4:14-20, ketika sedang berada di sinagog, kepadaNya diberikan
kitab nabi Yesaya. Kitab itu dibukaNya, kemudian Yesus membaca nats yang diberikan
kepadaNya tersebut. Dari apa yang ditulis dalam Lukas 4:14-20 dimengerti bahwa yang
dibaca oleh Yesus adalah teks yang terdapat dalam Yesaya 61:1-2. Setelah Ia membacanya,
kemudian Ia mengatakan kepada semua yang hadir di sana bahwa pada hari itu janji tersebut
sudah digenapi. Sehingga kemudian Henze menyimpulkan bahwa ketika Lukas menuliskan
tulisannya tersebut, pastilah ia mengetahui adanya tulisan 4Q521. Tulisan itu penting untuk
ditulis oleh Lukas sebab ia hendak menjelaskan kepada pembacanya bahwa Yesus adalah
Dia yang diurapi, yang dari Alah, Mesias yang selama ini ditunggu-tunggu, yang dipenuhi
dengan Roh, yang akan membebaskan Israel (Henze, 2017).
Pandangan Henze tersebut didukung juga oleh John J. Collins yang mengatakan :
³4Q521 describes the expected activity of a prophetic Messiah, which fits well with Isaiah
61 ± dokumen 4Q521 menjelaskan mengenai hal-hal yang akan dilakukan oleh Mesias yang
akan datang dan hal itu sesuai
John, 1998) Selain itu Craig A Evans juga berpendapat bahwa dokumen ini secara signifikan
membuktikan bahwa memang Yesus memandang diriNya sebagai Mesias
Pengajaran Yudaisme dan Pengajaran Yesus
Segala sesuatu perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dengan baik. Tanpa
pertimbangan yang cukup maka yang akan timbul hanya sikap intoleran. Mengenai ajaran
Yudaisme yang tertulis dalam Talmud harus diperhatikan dan dipertimbangkan bahwa
sesungguhnya Talmud adalah saripati dari karya filosofi orang Farisi. Kebanyakan berasal
dari masa sebelum Yesus. Dengan mempelajari Talmud dan membandingkannya dengan
kata-kata Yesus justru dapat ditemukan bahwa ajaran para Farisi dan Yesus tidak bertolak-
belakang. Justru terdapat kesamaan diantara keduanya. Kesamaan tersebut diantaranya
disajikan dalam tabel berikut ini :
Ajaran Yesus Ajaran Farisi Dalam Talmud
Hari Sabat diadakan untuk manusia dan
bukan manusia untuk hari Sabat. Markus
2:27
Hari Sabat diserahkan ke dalam tanganmu,
bukan kamu diserahkan ke dalam tangannya.
- Yoma 85b
Sesungguhnya segala sesuatu yang tidak
kamu lakukan untuk sesamamu, kamu tidak
melakukannya juga untuk Tuhan. ± Matius
25:45
Seseorang yang mengkhianati sesamanya,
sama saja seperti ia telah mengkhianati
Tuhan ± 7RVHIWD6K¶YXRWSDVDO
Menghina seseorang sama halnya dengan
membunuh. ± Matius 5:21-22
Seseorang yang membuat malu sesamanya,
sama saja seperti ia telah membunuhnya. ±
Bava Mezia 58b
Setiap orang yang memandang perempuan
dengan penuh nafsu, sudah berzinah dengan
dia di dalam hatinya. ± Matius 5:28
Seseorang yang memandang seorang
perempuan dengan penuh nafsu, sama saja
ia telah berzinah dengannya. ± Kallah pasal
1
Tuhan menurunkan hujan bagi orang yang
benar dan orang yang tidak benar. ± Matius
5:45
Tuhan menurunkan hujan bagi orang yang
benar dan orang yang tidak benar. ± Taanit
7a
Jangan melakukan kewajiban agamamu di
hadapan orang supaya dilihat mereka. ±
Matius 6:1
Jangan melakukan kewajiban agamamu di
hadapan orang supaya dilihat mereka. ±
Berachot 17b
Jika engkau memberi sedekah, lakukanlah
dengan rahasia; janganlah diketahui tangan
kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.
± Matius 6:3
Pemberian sedekah yang terbaik ialah ketika
kamu memberi tanpa mengetahui siapa yang
menerimanya, dan yang menerima tidak
tahu dari siapa itu berasal. ± Bava Batra 10b
Janganlah kamu bertele-tele dalam berdoa. ±
Matius 6:7
Seseorang yang berdoa terlalu dalam dan
terlalu panjang membuat dirinya sendiri
sakit kepala. ± Berachot 55a
Janganlah kuatir akan apa yang hendak
kamu makan atau minum. ± Matius 6:25-31
Seseorang yang mempunyai makanan untuk
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari
besok, sebab hari besok mempunyai
kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari
cukuplah untuk sehari. ± Matius 6:25-31
Setiap hari mempunyai kesusahannya
sendiri. ± Berachot 9b
Bila ya katakan ya dan tidak katakan tidak. ±
Matius 5:34-37
Sebuah Ya yang benar adalah Ya; sebuah
Tidak yang benar adalah Tidak. ± Bava
Batra 49b
Sikap intoleran orang Kristen terhadap ajaran Yudaisme diantaranya juga timbul
sebab pandangan yang keliru terhadap Farisi sebagai pengajar Yudaisme. The Oxford
Dictionary of Jewish Religion menjelaskan bahwa kata Farisi berasal dari bahasa Ibrani
dari kata parush, yang berarti penjelasan.(Wugoder, 1997) Sedangkan
Shaye J.D. Cohen berpendapat bahwa kata ini berasal dari kata parushi yang berarti mereka
yang terpisah.(Cohen, 1987) Kaum Farisi lahir sebagai akibat dari perkembangan sejarah
Yahudi pasca pembuangan ke Babilon yang dimulai sejak 597 SM.(Coogan, Michael, 1999)
Yang dilanjutkan dengan dihancurkannya Bait Allah pada tahun 587 SM. Kedua peristiwa
tersebut menimbulkan perubahan dramatis dari kultur dan keagamaan Yudaisme. Selama
pembuangan di Babilon, rumah-rumah ibadah Yudaisme yang dikenal dengan istilah beit
45
knesset atau dalam bahasa Yunani disebut dengan sinagog, dan tempat doa mereka yang
dikenal dengan istilah beit tefilah, menjadi tempat utama yang digunakan oleh penganut
Yudaisme untuk melakukan ibadah mereka. Sekembali mereka ke Yudea setelah
pembuangan, mereka kembali mendirikan Bait Allah, tapi Raja Koresh yang berkuasa saat
itu tidak mengijinkan mereka untuk merestorasi kerajaan Yudea.
Tanpa adanya kerajaan, maka imam-imam menjadi tokoh yang sentral dalam
kehidupan sosial. Pada saat inilah kaum Saduki lahir sebagai fraksi yang berkuasa dan dekat
dengan para elit di masyarakat. Sekalipun Bait Allah kedua selesai direstorasi pada 515
tahun SM, kehidupan keagamaan tetap berpusat di sinagog. Menurut Josephus orang-orang
Farisi adalah orang-orang yang paling ahli dan akurat dalam pemahaman mereka terhadap
hukum-hukum Yahudi. Di luar sinagog yang berperan adalah para rabbi Yahudi. Mereka
memegang peran dalam mengajar Taurat. Mereka memelihara tradisi lisan yang dianggap
disampaikan oleh Allah di Gunung Sinai (Cohen, 1987).
Orang Farisi, berkegiatan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Ada yang
aktif dalam kelompok partai politik, dalam hal ini, gerakan ini berlawanan dengan kefarisian
Yesus. Ada juga Farisi yang menjadi bagian dari gerakan sosial. Dalam hal ini gerakan ini
tidak berbeda dengan gerakan yang Yesus lakukan, artinya Yesus adalah Farisi dalam arti
orang yang membawa gerakan sosial. Kemudian ada juga Farisi yang menjadi bagian dari
aliran pemikiran di antara orang-orang Yahudi yang berkembang pada masa Bait Suci Kedua
(536 SM±70 M).(Wugoder, 2011) Yesus adalah seorang yang membawa aliran pemikiran
baru dalam Yudaisme, sehingga Yesus juga bisa dikatakan sebagai Farisi.
Orang Farisi adalah para ahli tafsir tradisi dari mulut ke mulut yang berasal dari para
rabi. Menurut sejarawan Yahudi bernama Yosephus dalam bukunya Antiquites XII.x.5
kebanyakan orang Yahudi akan meminta nasihat dan pertimbangan untuk kasus-kasus pelik
dalam hidup mereka kepada orang-orang Farisi daripada kepada raja ataupun imam besar.
sebab kepercayaan masyarakat yang besar terhadap mereka, maka mereka menempati
kedudukan penting dalam masyarakat yaitu sebagai Sanhedrin atau majelis agama.
Penekanan yang penting dari seluruh uraian di atas adalah bahwa Yesus juga seorang Farisi
dengan beberapa cirinya sebagaimana telah disebutkan di atas.
Sebenarnya istilah Farisi bukan sebuah istilah yang jahat. Rasul Paulus juga seorang
yang berasal dari mazhab Farisi (Fil 3:5). Nikodemus yang terlibat percakapan dengan Yesus
pun seorang Farisi (Yoh 3:1). Yesus juga seorang Farisi. Ajaran yang disampaikan oleh
Yesus adalah suatu pemahaman baru dari ajaran Farisi sebelumnya, khususnya pembaruan
dari ajaran tokoh Farisi terkemuka saat itu, yaitu Hillel dan Shamai (30±10 SM). Ajaran
Yesus adalah pembaruan ajaran Hillel dalam banyak hal, bahkan hampir semuanya.
Misalnya ketika Yesus melancarkan kritik keras terhadap kebiasaan membayar selasih, adas
manis dan jintan sebagaimana dicatat dalam Matius 23:23. Ajaran yang disampaikan oleh
Yesus tersebut ternyata paralel dengan ajaran Hillel sebagaimana dapat ditemukan dalam
Masarot 4:5-6. Demikian juga mengenai perbuatan Yesus menyembuhkan orang pada hari
Sabat (Mrk 3:2-4). Yang ternyata paralel dengan Tosefta Shabat 7:14. Belum lagi mengenai
pelayanan terhadap orang-orang berdosa dan mengajar mereka. Serta memperbolehkan
mengangkat barang pada hari Sabat sebagaimana dicatat dalam Yohanes 15, paralel dengan
Betsia 26b.(Sumadi, 2002)
Ketimpangan dalam pengertian mengenai Farisi mencatatkan pengertian yang salah
dalam benak manusia hari ini sehingga banyak orang modern menganggap bahwa Farisi
pasti jahat. Sebagai contoh dapat dijabarkan ketidak tepatan pengertian mengenai Farisi
sebagaimana ditemukan dalam kamus The American Heritage Dictionary. Dalam naskah
tersebut terdapat dua pengertian mengenai Farisi yang diuraikan secara kurang tepat (The
American Heritage Dictionary, Second College Edition, 1985). Pertama, dikatakan bahwa
Farisi adalah anggota dari sebuah sekte Yahudi kuno yang menekankan pada penafsiran
Missio Eclesiae| Volume 10, Nomor 1, (April, 2021)
46
yang keras dan ketaatan terhadap hukum Musa. Baik dalam bentuk tertulis maupun lisan.
olah semua Farisi memiliki tafsir yang
keras.
Pandangan seperti ini kurang tepat dan menimbulkan konotasi negatif bagi Farisi.
Semua tafsir terhadap Tanakh dan terhadap Talmud dilaksanakan oleh Farisi dengan
sungguh-sungguh. Lagipula sebagaimana telah diungkapkan di atas, Yesus dan Paulus
adalah Farisi. Mereka memberikan tafsiran kepada hukum-hukum Musa, namun demikian
mereka tidak selalu memberikan tafsir yang keras terhadap hukum Musa. Contohnya adalah
ketika ada seorang Farisi yang bertanya kepada Yesus mengenai hukum yang terutama.
Maka Yesus memberikan tafsirannya yaitu bahwa hukum yang terutama adalah Shema Israel
(Mrk. 12:29-31). Atau ketika Paulus yang adalah Farisi memberikan penafsirannya terhadap
hukum Musa berikut ini:
³6HEDE GDODP KXNXP0XVD DGD WHUWXOLV -DQJDQODK HQJNDXPHPEHUDQJXVPXOXW
lembu yang sedang mengirik!" Lembukah yang Allah perhatikan? Atau kitakah yang
Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak
dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk
Penafsiran sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus dan Paulus sebagai Farisi
tersebut di atas bukanlah pemahaman yang keras. Apalagi dalam penafsiran Yesus yang
dituliskan dalam Markus 12:29-31 tersebut ternyata disetujui oleh Farisi yang bertanya. Pada
kesempatan itu Farisi itu berkata
Kedua, Farisi dikatakan sebagai mereka yang berlaku munafik dalam beribadah.
Definisi demikian keliru dan menyesatkan. Tentunya ada saja Farisi yang berlaku munafik.
Dalam kelompok manapun selalu saja ada yang munafik, namun tidak berarti bahwa seluruh
anggota kelompok itu adalah orang-orang yang munafik. Ada beberapa, bahkan banyak
Farisi yang hidup saleh serta mengasihi Allah.
J. Dwight Pentecost, selanjutnya juga mengatakan bahwa Yesus mengajarkan
doktrin yang berbeda dengan doktrin orang Farisi. Dengan pernyataan demikian seolah-olah
ajaran Yesus berbeda dengan ajaran Farisi. Seolah-olah ajaran Yesus meninggalkan ajaran
Farisi. Padahal Yesus adalah Farisi yang hidup diantara dua kelompok besar dalam tubuh
Farisi yang didirikan oleh Rabbi Hillel dan Rabbi Shammai. Tabel berikut ini menunjukkan
bahwa terdapat kesamaan ajaran Yesus dengan pengajaran Hillel (Winkler, 1998).
Ajaran Yesus Hillel
Mengkritik kebiasaan membayar selasih,
adas manis dan jintan.
Matius 23:23
Menyembuhkan orang pada hari Sabat
diperbolehkan.
Markus 3:2-4 Tosefta Shabat 7:14
Melayani orang-orang berdosa dan
mengajar mereka.
Lukas 15
Memperbolehkan mengangkat sebuah
barang pada hari Sabat.
Yohanes 15 Betzah 26b
Dalam Perjanjian Baru, ada kesan bahwa seolah-olah semua orang Farisi sama saja,
namun hal itu tidak benar. Bila dicermati apa yang ditulis dalam Markus 14:64 dapat
ditemukan bahwa sekalipun secara aklamasi orang-orang Farisi menjatuhkan hukuman mati
kepada Yesus, ternyata tidak semua Farisi setuju dengan hukuman mati tersebut. Dicatat
oleh Lukas sebagai berikut.
47
"Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar dan seorang yang
baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal
dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Tuhan." (Luk.
23:50-51)
Nikodemus juga menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap hukuman mati tersebut
dan sebelum orang mengetahui apa yang telah diperbuat-
Dengan seluruh penjabaran di atas nampak bahwa Yesus adalah seorang Farisi yang
yang mengajarkan ajaran-ajaran Yudaisme yang dikenalkan oleh para Farisi. Dengan
demikian tidak benar bahwa pengajaran Farisi adalah pengajaran yang nilainya lebih rendah
dari pengajaran Yesus atau kekristenan.
Nilai baik yang dapat dipetik dari kisah pelaksanaan Pemilu 2019 yang penuh dengan
sikap intoleran adalah bahwa intoleransi harus ditinggalkan. Tidak baik bagi suatu agama
menganggap dirinya atau ajarannya sebagai ajaran yang lebih baik dari agama lain. Sehingga
seharusnya orang-orang Kristen yang adalah terang dan garam dunia tidak menunjukkan
sikap yang seperti itu. Pengetahuan bahwa Yesus adalah Mesias bukanlah hasil dari
perenungan orang-orang beragama Kristen. Penemuan itu adalah maha karya orang-orang
penganut Yudaisme yang mendalami kitab-kitab mereka. Tidak baik bagi orang Kristen
untuk memandang rendah kepada Yudaisme. Apalagi menimbulkan sikap permusuhan
kepada mereka. Pengajaran mereka adalah ibu dari pengajaran kekristenan. Orang Kristen
yang menganggap mereka rendah adalah orang Kristen yang tidak menghargai ibu mereka
sendiri.
Selain itu, sebagaimana telah diungkapkan dalam kajian ini, kitab utama Yudaisme
yang disebut dengan Talmud, Mishnah, dan Gemara adalah sumber dari pengajaran yang
menghasilkan ajaran-ajaran yang baik. Yang kemudian melahirkan ajaran-ajaran Hillel dan
Shammai. Selanjutnya juga sudah dituliskan bahwa pengajaran Yesus sebagai guru Yahudi
ternyata adalah pengajaran-pengajaran yang diajarkan oleh para Farisi. sebab Yesus adalah
Farisi dan pengajaran yang disampaikan oleh Yesus ternyata terdapat dalam kitab-kitab
utama itu. Terutama ajaran Yesus memiliki nafas yang sama dengan pengajaran Hillel.
Ditambah lagi bahwa ternyata kitab-kitab lain yang ditulis oleh penganut Yudaisme
menghasilkan kitab 1 Henokh yang mengajarkan kepada orang Kristen hari ini pengharapan
akan adanya dunia yang akan datang. Dunia di mana orang benar akan hidup selamanya
dengan Allah. Kitab ini juga menyumbangkan hikmat yang luar biasa sehingga pada hari ini
orang Kristen dapat memahami tulisan yang terdapat dalam kitab Wahyu.
Pada akhirnya hikmat yang terdapat dalam pengajaran Yudaisme mewariskan kepada
orang Kristen naskah-naskah laut mati. Melalui naskah ini kemudian orang Kristen dapat
mengerti bahwa Yesus adalah Mesias, Yang Diurapi, yang dari Allah, Mesias yang selama
ini ditunggu-tunggu, yang dipenuhi dengan Roh, yang akan membebaskan Israel. Tentunya
Dia adalah Juru Selamat.
Intoleransi hanya akan membutakan mata seseorang sehingga ia tidak mengenali
kebaikan orang lain. Yudaisme adalah ibu kekristenan. Allah mereka adalah Allah
kekristenan, kitab mereka diadopsi sebagai kitab-kitab kekristenan. Mereka berjasa kepada
penemuan penting yang menjadi fondasi kekristenan. Jangan bersikap bermusuhan kepada
mereka. Orang Kristen haruslah menjadi orang-orang yang cerdas, yang gemar mempelajari
kitab suci. Orang-orang yang toleran tapi tidak sama dengan dunia ini.





.jpeg)





