Yohanes anak manusia
tulisan ini memusatkan perhatian pada penelitian makna sebutan
Anak Manusia yang sering kali digunakan Yesus untuk menyebut
diri-nya sendiri. dengan menggunakan pendekatan topikal,
penulis berpendapat bahwa ungkapan ini merupakan sebuah
reinterpretasi yang dilakukan oleh Yesus terhadap konsep Mesias
yang dipahami oleh orang israel pada zaman-nya. paradigma
populer mengenai Mesias revolusioner yang dipahami oleh orang
israel ditafsirkan kembali, dikritik, sekaligus dipatahkan oleh Yesus
yang menegaskan klaim mesianis-nya justru melalui kematian
dan kebangkitan-nya. Yesus bukanlah seorang oportunis yang
memanfaatkan situasi untuk menarik simpati dan dukungan massa.
ia memilih jalan yang jauh dari kebiasaan manusia yang haus akan
kuasa, yaitu jalan penderitaan, jalan sejati, jalan Anak Manusia.
kata-kata kunci: Anak Manusia, Mesias, Yesus, bait Allah, perjamuan terakhir
perjanjian baru menceritakan kelangsungan hidup umat israel yang
berada di bawah penjajahan Romawi. keadaan ini dirasakan begitu
menyiksa kehidupan bangsa israel meskipun di dalam beberapa aspek
mereka masih diberi kebebasan, misalnya, dalam melakukan praktik ibadah
di bait Allah. Akan tetapi, penjajahan ini telah mengobarkan semangat
pemberontakan di kalangan masyarakat palestina. salah satu daerah yang
sangat sering melakukan pemberontakan yaitu Galilea. pemberontakan
ini lahir dari semangat untuk melepaskan diri dari cengkeraman
penguasa asing yang telah merampas hak-hak mereka sehingga mereka hidup
menderita dan terbelenggu di tanah mereka sendiri. di tengah-tengah kondisi
yang serbasulit itulah harapan akan kedatangan seorang Mesias yang akan
membebaskan mereka dari penjajahan Roma bergema di dalam hati setiap
orang Yahudi. penantian panjang akan janji-janji Allah yang telah diberikan
beratus-ratus tahun yang lalu kepada nenek moyang mereka tetap tersimpan
dengan harapan bahwa suatu hari nanti Allah akan bertindak dan membawa
umat-nya kembali berjaya seperti pada masa pemerintahan daud.
di dalam kondisi demikian, Yesus hadir di tengah-tengah masyarakat
palestina. pada zaman itu oleh orang-orang di sekitarnya Yesus dikenali sebagai
seorang rabi Yahudi—anak dari Yusuf, seorang tukang kayu. Akan tetapi,
kemunculan-nya yang disertai dengan beberapa tindakan yang mengundang
simpati dari banyak orang lambat laun memunculkan optimisme: perasaan dan
keyakinan yang disertai dengan pertanyaan, “mungkinkah orang ini yaitu dia
yang dinantikan itu?” Orang banyak kemudian mengidentikkan-nya dengan
sosok Mesias, terutama setelah melihat pengajaran, kuasa, dan mukjizat yang
ia lakukan. petrus, sang murid, juga mengakui-nya sebagai Mesias, “engkau
yaitu Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Mat. 16:16). sekalipun ada euforia
orang israel itu Yesus tetap menjalani kehidupan-nya sebagai seorang guru
yang aktif mengajar dan menyembuhkan banyak orang. Akan tetapi, meskipun
pengakuan akan kemesiasan-nya telah keluar dari mulut petrus, yang unik
yaitu Yesus tidak pernah menyebut diri-nya sendiri sebagai Mesias melainkan
secara eksklusif menyebut diri-nya sebagai “Anak Manusia.”
pertanyaan yang muncul yaitu , apa yang Yesus maksudkan dengan
sebutan itu? Apa yang menjadi latar belakang sebutan itu? Mengapa Yesus
sangat sering menggunakan sebutan itu untuk menyebut diri-nya? Apakah
sebutan Anak Manusia yaitu nama samaran untuk Mesias? pertanyaan-
pertanyaan inilah yang akan dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini. untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan ini , tulisan ini akan memanfaatkan
metode topikal. Menurut Andreas subagyo, yang mengutip Merrill C. tenney,
metode ini berusaha “menyarikan topik tertentu dan mengalihkan konteksnya
ke dalam pengajaran yang utuh, termasuk penyelidikan kata dan frasa.”1
selain itu, metode ini juga menyelidiki terjemahan Alkitab dan kata-kata
dalam bahasa asli termasuk “pemakaiannya, asal-usulnya, padanan katanya.”2
tulisan ini akan meneliti sebutan “Anak Manusia” yang digunakan oleh Yesus
untuk menyebut diri-nya sendiri. Oleh karena itu, dengan metode topikal
ini, tulisan ini akan menelusuri asal-usul ungkapan ini (dalam pL dan
literatur dari periode bait Allah kedua) serta tujuan dan makna pemakaian
ini oleh Yesus di dalam kitab-kitab injil.
MesiAs dALAM peRjAnjiAn LAMA
pemahaman mesianis orang Yahudi berakar dari pL. bagi orang Yahudi,
Mesias yaitu tokoh yang dipilih dan diurapi oleh Allah yang akan menjadi raja
atau pemimpin israel. kata “mesias” sendiri berarti “yang diurapi.” Menurut
para ahli, meskipun ungkapan “yang diurapi’ tidak selalu menunjuk kepada
raja sebab imam-imam pL juga diurapi oleh tuhan, istilah yang diurapi paling
sering menunjuk kepada raja-raja.3 Lebih lanjut, istilah yang diurapi ini
tidak menunjukkan bahwa yang diurapi ini yaitu sosok ilahi.4 Menurut
s. M. siahaan, yang mengutip sigmund Mowinckel, asal-usul gagasan mesias
dapat ditelusuri dari gagasan raja yang ilahi. pengharapan mesias itu timbul
karena pengalihan gambaran raja keturunan daud yang ideal pada raja-raja
masa mendatang dan terkait dengan nubuat nabi natan dalam 2 samuel 7.
hal ini berkembang pada era sebelum pembuangan dan para nabi makin
jelas menunjuk pada kedatangan seorang mesias, tanpa menggunakan istilah
“mesias” secara langsung.5
tampaknya istilah “mesias” ini tidak digunakan secara eksplisit,
tetapi pengharapan mesianis ini selalu berkaitan erat dengan raja yang
akan datang yang yaitu dari garis keturunan daud (Mi. 5:1-4; Yes. 9:5-6;
Yer. 23:5-6; Yeh. 17:22-24; hag. 2:21-24; Za. 3:8-10).6 Allah telah membuat
perjanjian dengan daud bahwa dinasti daud tidak akan berakhir, salah seorang
dari keturunannya akan selalu memerintah (2sam. 7:11-29; 1taw. 17:10-27).7
hal yang sama juga dapat ditemukan dalam Mazmur 89 yang menegaskan
bahwa janji Allah kepada daud yaitu berdasarkan kasih-nya: “Aku akan
memelihara kasih setia-ku bagi dia untuk selama-lamanya, dan perjanjian-ku
teguh bagi dia. Aku menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama-
lamanya, dan takhtanya seumur langit” (Mzm. 89:28-29).8
kerinduan yang mendalam ini menguasai pemikiran Yahudi sampai
pada zaman pb. bangsa israel sangat mengidam-idamkan Mesias dari garis
keturunan daud sebagaimana yang mereka baca dalam pL mengenai daud,
raja israel yang termasyhur itu. pb juga memberikan kesaksian bahwa
harapan akan kedatangan Mesias dari keturunan daud merupakan sesuatu
yang diajarkan oleh para rabi Yahudi pada abad pertama. Alan Richardson
mengatakan bahwa Markus 12:35 menunjukkan indikasi ini , “pada suatu
kali ketika Yesus mengajar di bait Allah, ia berkata: ‘bagaimana ahli-ahli
taurat dapat mengatakan, bahwa Mesias yaitu anak daud?’”9
di dalam keyakinan orang Yahudi, khususnya pada abad pertama, Mesias
dari garis keturunan daud akan muncul dan ia akan melakukan dua hal besar.
Pertama, ia akan membangun atau merestorasi bait Allah. Kedua, ia akan
berperang dan menaklukkan musuh-musuh israel.10 di dalam kitab Mazmur
salomo 17:21-25 juga diceritakan tentang seorang Mesias politik yang akan
membersihkan kota Yerusalem dari orang-orang kafir.11 karena itu, tidaklah
mengherankan jikalau orang israel pada zaman Yesus juga memiliki harapan
yang sama bahwa seorang Mesias akan datang untuk membebaskan mereka
dari tirani Romawi. hal itu bertolak dari suatu gagasan dasar bahwa Allah akan
menolong dan membebaskan umat-nya, betapapun payahnya keadaan yang
mereka alami. semua pengharapan ini tertuju kepada satu pribadi yang
populer pada saat itu yakni Yesus, si anak tukang kayu dari nazaret. kitab-
kitab injil juga menyaksikan tentang orang banyak yang ingin menjadikan
Yesus sebagai raja atas mereka terutama setelah melihat mukjizat-mukjizat
yang ia lakukan. namun, di dalam kitab-kitab injil tampak bahwa Yesus
tidak memproklamasikan diri-nya secara terang-terangan sebagai Mesias di
dalam pelayanan-nya, sebagaimana yang selanjutnya akan kita lihat bahwa
ternyata ia lebih memilih untuk mengidentifikasikan diri-Nya sendiri sebagai
“Anak Manusia.”
AnAk MAnusiA dALAM peRjAnjiAn LAMA dAn LiteRAtuR
bAit ALLAh keduA
dalam pL, sebutan “anak manusia” secara sederhana berarti “manusia
biasa.”12 Ada tiga bagian dari kitab Mazmur yang berbicara tentang “anak
manusia” dalam bentuk tunggal yaitu 8:4; 80:17; dan 146:3. di dalam Mazmur
8:4, pemazmur menggambarkan manusia sebagai makhluk yang lemah dan
hina. Manusia yaitu makhluk yang tidak berharga dan keberhargaannya
itu semata-mata hanya karena karunia dari Allah. beberapa penafsir bahkan
sepakat bahwa “anak manusia” dalam Mazmur 8:4 ini yaitu manusia biasa
namun ditinggikan oleh Allah. jadi, “anak manusia” di sini dapat ditafsirkan
sebagai raja.13
sementara itu, di dalam Mazmur 80:17 dikatakan, “kiranya tangan-
Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah
kauteguhkan bagi diri-Mu itu.” Menurut beberapa ahli, ungkapan “anak
manusia” dalam bagian ini menunjuk kepada raja yang mewakili israel.
sebagai seorang raja, ia diasosiasikan dengan umatnya dalam penderitaannya
(Mzm. 80:5), sebelum ditinggikan oleh Allah dan menerima “hidup” (Mzm.
80:18).14 Menurut George W. e. nickelsburg, Mazmur 80:18 (dan Mzm.
8:5) jelas menunjuk kepada figur raja dan hal ini tidak mengherankan
sebab Mazmur ini dikaitkan dengan kejadian 1:26–28 di mana manusia
pertama muncul sebagai “raja.”15 selain itu, di dalam Mazmur 146:3 dikatakan,
“janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak
dapat memberikan keselamatan.” ungkapan “anak manusia” disejajarkan
dengan bangsawan (pangeran). ungkapan ini sekaligus mengindikasikan bahwa
ada hubungan yang erat antara manusia dengan masalah kepemimpinan.16
ungkapan “anak manusia” juga dapat kita temukan dalam Yehezkiel. 2:1.
dalam ayat ini , kata ibrani untuk menggambarkan “anak manusia” ialah
‘~d"a'-!B,..... secara keseluruhan, frasa ini terdapat sebanyak 93 kali dalam kitab
12survei lengkap tentang frasa “anak manusia” dalam kitab Mazmur, Yehezkiel,
dan daniel dapat ditemukan dalam skripsi penulis, “ungkapan ‘seorang seperti Anak
Manusia’ dalam daniel 7:13-14 dan pengaruhnya terhadap penggunaan sebutan ‘Anak
Manusia’ oleh Yesus di dalam injil sinoptik” (skripsi s.th., stt Amanat Agung, 2011)
9-33.
ini .17 sapaan “anak manusia” kepada Yehezkiel hendak menunjukkan
bahwa ia yaitu manusia yang fana, rapuh, dan yang dapat binasa.18 dalam
kitab ini ungkapan “anak manusia” hendak memberikan penekanan betapa
jauhnya perbedaan antara manusia dengan Allah.19 dalam konteks kitab
Yehezkiel, penyebutan Yehezkiel sebagai anak manusia menekankan kefanaan
dan kelemahan Yehezkiel sebagai manusia, dikontraskan dengan kemuliaan
dan keagungan tuhan.
Akan tetapi, menurut para ahli, sebutan “anak manusia” yang paling
kontroversial dalam pL ditemukan dalam kitab daniel, khususnya di 7:13-14.20
ungkapan “anak manusia” dalam bentuk tunggal dan jamak sesungguhnya
muncul lima kali dalam kitab daniel. Pertama, dalam 2:38 dikatakan, “dan
yang ke dalam tangannya telah diserahkan-nya anak-anak manusia di mana
pun mereka berada, binatang-binatang di padang dan burung-burung di udara,
dan yang dibuat-nya menjadi kuasa atas semuanya itu tuankulah kepala
yang dari emas itu.” bagian ini menunjuk kepada manusia dalam pengertian
umum. Kedua, dalam 5:21, dikatakan bahwa nebukadnezar dihalau dari antara
manusia. bagian kedua ini juga menunjuk kepada manusia biasa. Ketiga, dalam
7:13, “seorang seperti anak manusia” muncul dalam awan-awan. Keempat,
dalam 8:17 daniel disapa dengan sebutan “anak manusia.” jadi, ungkapan
“anak manusia” ditujukan kepada daniel yang juga yaitu manusia biasa.
Kelima, dalam 10:16, seorang menyerupai manusia yaitu malaikat menyentuh
bibir daniel. dalam bagian ini, ungkapan “anak manusia” menunjuk kepada
malaikat yang muncul dalam rupa manusia.21
di antara kelima ungkapan ini , ungkapan “seorang seperti
anak manusia” yang muncul dalam daniel 7:13 merupakan bagian yang
menimbulkan banyak penafsiran dan perdebatan di antara para sarjana
Alkitab. Walter brueggemann mengatakan bahwa penafsiran daniel 7 tidak
dapat dilepaskan dari identifikasi figur “anak manusia.”22
kitab daniel pasal 7 menggunakan bahasa Aram. di sanalah sebutan
“Anak Manusia” dalam bahasa Aram (bar ĕnāš) muncul pertama kali. di
dalam perikop ini , istilah “anak manusia” berhubungan dengan “orang-
orang kudus milik yang maha tinggi” (dan. 7:18). perdebatan mengenai
identitas Anak Manusia dalam kitab daniel telah cukup banyak dibicarakan di
17h. haag, “~d"a'-!B” dalam theological Dictionary of the Old testament (ed. G. johannes
botterweck dan helmer Ringgren; terj. john t. Willis; ed. revisi; Grand Rapids: eerdmans,
1977) 2.163.
18Fritz Maass, “~d"a'’” dalam theological Dictionary of the Old testament 1.81.
19haag, “~d"a'-!B” 163.
20schreiner, New testament theology 213-214.
21Chrys Caragounis, the son of Man: vision and interpretation (tubingen: Mohr
siebeck, 1986) 35. dalam daniel 2:38; 5:21; dan 7:13 ungkapan “anak manusia” muncul
dalam bahasa Aram, sedangkan dalam 8:17 dan 10:16 dalam bahasa ibrani.
22an introduction to the Old testament: the Canon and Christian imagination
(Louisville: Westminster john knox, 2003) 355.
183Anak Manusia
antara para sarjana Alkitab. Anak Manusia di sini seringkali dipahami secara
individual (tokoh surgawi, misalnya malaikat) atau secara kolektif (umat Allah
yang mengalami penderitaan) pada masa pembuangan.23
pandangan pertama yaitu pandangan yang beranggapan bahwa “anak
manusia” dalam daniel 7:13 menunjuk kepada tokoh individual, yaitu
malaikat. john j. Collins berpendapat bahwa ungkapan “anak manusia”
yaitu sebuah gambaran, bukan merupakan suatu gelar sehingga cukup disebut
“anak manusia” bukan “Anak Manusia.”24 Gambaran yang dimaksudkan
di sini merupakan gambaran malaikat. Menurutnya, kita harus memahami
“anak manusia” dalam daniel 7:13-14 dalam terang penafsiran malaikat,
khususnya “the holy ones of the Most High,” sebagaimana malaikat sering kali
digambarkan sebagai manusia (lih. kej. 18:2; Yos. 5:13; hak. 6:22; 13:16).25
sesuai dengan penafsiran ini, maka “orang-orang kudus” harus dipandang
sebagai malaikat. dengan kata lain, seorang seperti “anak manusia” dalam
daniel 7 melambangkan sekelompok malaikat dan pemimpinnya.
pandangan Collins ini mengikuti pandangan ahli yang lebih awal yaitu
nathaniel schmidt yang berpendapat bahwa seorang seperti “anak manusia”
menunjuk kepada malaikat yaitu Mikael, malaikat penjaga israel. Alasan
utama yang dikemukakannya ialah di dalam pL malaikat sering kali hadir
dalam wujud manusia.26 pandangan ini juga diikuti oleh R. h. Charles yang
berpendapat bahwa orang-orang kudus, sebagai orang-orang yang setia di
israel, akan diubah menjadi makhluk supernatural. pandangan ini mengikuti
pandangan Martin noth yang mengatakan bahwa orang-orang kudus ini
bukanlah orang israel melainkan makhluk-makhluk surgawi.27
pandangan kedua yaitu pandangan yang berpendapat bahwa “seorang
seperti anak manusia” dalam Daniel 7 menunjuk kepada figur kolektif yaitu
umat israel. sebagian besar ahli berpendapat bahwa ungkapan “seorang seperti
anak manusia” tidak dimaksudkan sebagai gelar dalam daniel 7:13, melainkan
hanya menunjukkan “manusia biasa” yang kemudian dikontraskan dengan
binatang-binatang. barulah dalam pb istilah ini menunjuk kepada gelar
yang muncul sebagai hasil dari penafsiran tertentu atas daniel 7:13 oleh orang
kristen mula-mula (atau mungkin oleh Yesus sendiri). hal ini ditegaskan oleh
William O. Walker, jr. yang mengatakan bahwa “seorang seperti anak manusia”
dalam daniel 7:13 tidak dianggap sebagai gelar seorang tokoh eskatologis yang
diharapkan, seperti yang umumnya diasumsikan, melainkan harus dipahami
sebagai “seperti manusia biasa” yang kemudian diidentifikasi dalam Daniel 7
sebagai “orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi.”28
Menurut james d. G. dunn,29 ada dua kemungkinan yang muncul terkait
dengan identitas seorang seperti anak manusia dalam daniel 7. Pertama,
“seorang seperti anak manusia” (ay. 13) identik dengan “orang-orang kudus
milik Yang Mahatinggi” bahkan penulis daniel memperlihatkan tidak kurang
dari tiga kali bahwa kemenangan seorang seperti anak manusia yaitu
kemenangan “orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi” (ayat 17, 21, 26).
Kedua, “seorang seperti anak manusia” yaitu satu dari lima figur yang tampak
dalam penglihatan. selain empat binatang yang digambarkan—seperti singa,
seperti beruang, seperti macan tutul, dan seperti binatang dengan sepuluh
tanduk—figur kelima digambarkan seperti seorang manusia. Kesimpulan
yang diperoleh yaitu bahwa figur seorang seperti anak manusia mewakili
bangsa israel, sebagaimana empat monster mewakili musuh-musuh israel.
Meskipun demikian, sampai sekarang belum terdapat kesepakatan di antara
para ahli mengenai identitas figur “anak manusia” dalam Daniel 7:13-14.
dalam hal ini penulis mengikuti pandangan sebagian besar ahli bahwa “anak
manusia” dalam daniel 7:13-14 identik dengan orang-orang kudus milik Yang
Mahatinggi dalam daniel 7:18, 22, 25, dan 27.
selain kitab Mazmur, Yehezkiel, dan daniel, terdapat sebuah literatur
penting yang membahas sebutan “anak manusia.” Literatur ini yaitu
1 henokh. kitab 1 henokh/perumpamaan henokh diperkirakan ditulis pada
akhir tahun 70 Masehi.30 di dalam kitab ini terdapat empat penyebutan yang
menunjuk kepada figur yang sama, yaitu: “orang benar,” “yang terpilih,”
“anak manusia,” dan “yang diurapi.”31 ungkapan “anak manusia” itu sendiri
muncul dalam 1 henokh 37-71. di dalam bagian ini, anak manusia menunjuk
kepada tokoh individu.
Anak manusia dalam kitab 1 henokh memiliki beberapa karakteristik.32
Pertama, ia dianggap sebagai figur yang praada dan cahaya bagi bangsa-bangsa
(48:2-6; 62:6-7):
2and at that hour that son of Man was named in the presence of the Lord of
spirits, and his name before the Head of Days.3 Yea, before the sun and the
signs were created, Before the stars of the heaven were made, His name was
named before the Lord of spirits.4 He shall be a staff to the righteous whereon
to stay themselves and not fall, and he shall be the light of the Gentiles, and
the hope of those who are troubled of heart.5 all who dwell on earth shall
fall down and worship before him, and will praise and bless and celebrate
with song the Lord of spirits.6 and for this reason hath he been chosen and
hidden before Him, Before the creation of the world and for evermore. . . .6 and
the kings and the mighty and all who possess the earth shall bless and glorify
and extol him who rules over all, who was hidden.7 For from the beginning
the son of Man was hidden, and the Most High preserved him in the presence
of His might, and revealed him to the elect.33
Kedua, anak manusia diidentifikasi sebagai Mesias yang dipilih Allah
sebagai penggenapan atas nubuat Yesaya 11:2 yang berbicara tentang
kemunculan tunas dari tunggul isai (1 henokh 46:1-3). 1 henokh 46 ini
kembali mempertegas dan mengulang berita yang disampaikan oleh nabi
Yesaya ini .34 di dalam kitab 1 henokh (khususnya dalam pasal 46, 48,
dan 49),35 anak manusia telah menjadi sebutan mesianis dari manusia surgawi
yang turun ke dalam dunia, menghancurkan kejahatan dunia, melepaskan
orang-orang benar, dan memerintah dalam satu kerajaan yang mulia.36
Ketiga, anak manusia dalam 1 henokh juga digambarkan akan datang
untuk mengadakan penghakiman. ia akan menghakimi para malaikat (61:8),
para raja dan penguasa dunia (62:3-12), dan orang-orang berdosa (45:2-3).
setelah menghakimi dan menjalankan penghukuman, ia akan memerintah di
langit dan bumi yang telah ditransformasi (45:4-5).37
jadi jelas bahwa anak manusia dalam 1 henokh bukanlah menunjuk
kepada Mesias dari garis keturunan daud sebagaimana pengharapan orang
Yahudi pada masa ini . Charles di dalam pernyataannya menyebutkan
kontras antara figur Mesias dalam 1 henokh dengan Mesias dari garis
keturunan daud: “the son of Man as portrayed in the Parables is a super-natural
being and not a mere man. He is not even conceived as being of human descent
. . . this title, with its supernatural attributes of superhuman glory, of universal
dominion and supreme judicial powers.”38
berdasarkan hal di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa anak
manusia dalam kitab 1 henokh menunjuk kepada Mesias yang yaitu tokoh
surgawi. ia yaitu orang yang terpilih dan hadir di hadapan Allah. ia yaitu
penyingkap hikmat Allah dan Mesias.39
berdasarkan survei singkat frasa “anak manusia” dalam pL, tampak
bahwa sebagian besar ahli meyakini bahwa frasa ini menunjuk kepada
manusia biasa (dalam Mazmur, Yehezkiel, dan daniel). daniel 7 memberikan
penekanan bahwa sosok ini identik dengan orang-orang kudus milik Yang
Mahatinggi dan ditafsirkan sebagai orang-orang israel setia yang menderita
di pembuangan.
dengan demikian, sosok “anak manusia” dalam pL tidak menunjuk
kepada sosok Mesias. Akan tetapi, lambat laun ungkapan ini jelas
dikaitkan dengan Mesias sebagaimana yang tercantum di dalam literatur
apokaliptik bait Allah kedua (1 henokh) dan selanjutnya termanifestasi di
dalam kitab-kitab injil ketika Yesus menyebut (menyamarkan) kemesiasan-
nya di balik sebutan “Anak Manusia.”
AnAk MAnusiA dALAM kitAb-kitAb injiL
istilah “Anak Manusia” muncul 30 kali dalam Matius, 14 kali dalam
Markus, 25 kali dalam Lukas, dan 13 kali dalam Yohanes.40 para ahli pb
umumnya sepakat bahwa sebutan Anak Manusia di dalam injil sinoptik
terbagi atas tiga kategori: (1) menunjuk kepada pekerjaan Anak Manusia
38burkett, the son of Man Debate 28.
39selain menunjuk kepada Mesias ilahi, di dalam kitab 1 henokh, ungkapan anak
manusia juga dipakai oleh malaikat untuk menunjuk kepada henokh sendiri: “You are the
son of Man who was born to righteousness and the righteousness of the Head of Days will not
leave you” (71:14). Akan tetapi, ungkapan ini berbeda dengan ungkapan yang menunjuk
kepada anak manusia. pada waktu malaikat menyebut henokh sebagai anak manusia, hal
ini tidak memiliki nuansa mesianis melainkan hanyalah sapaan untuk memanggil
henokh seperti halnya sapaan bagi nabi Yehezkiel (lih. john j. Collins, the scepter and
the star: Messianism in the Light of the Dead sea scrolls [2nd ed.; Grand Rapids: eerdmans,
2010] 198).
40schreiner, New testament theology 219.
187Anak Manusia
di bumi; (2) menunjuk kepada penderitaan-nya; dan (3) menunjuk kepada
kedatangan-nya kembali.41
Pertama, sebutan Anak Manusia yang menunjuk kepada pekerjaan-nya
di bumi. dalam Matius 9:6; Markus 2:10; dan Lukas 5:24, Anak Manusia
menegaskan kuasa-nya dalam mengampuni dosa. dalam Matius 12:8; Markus
2:28; dan Lukas 6:5, ia menegaskan kuasa-nya sebagai tuhan atas hari sabat.
selanjutnya, dalam perumpamaan tentang penabur dalam Matius 13:37, ia
mengatakan bahwa Anak Manusia yaitu penabur yang menaburkan firman
Allah dan dalam Lukas 19:10, ia mengatakan bahwa Anak Manusia bertugas
untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.42 Melalui ayat-ayat ini dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa sebutan ini menunjuk kepada otoritas figur
Anak Manusia yang berkuasa mengampuni dosa, tuhan atas hari sabat,
menyatakan firman Allah, dan mempunyai misi dari Allah untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang.
Kedua, sebutan Anak Manusia yang menunjuk kepada penderitaan-nya.
sebagaimana Yohanes pembaptis menderita di bawah kekuasaan herodes,
demikian pula Anak Manusia akan mengalami penderitaan (Mat. 17:12) dan
kematian-nya menjadi penebusan bagi banyak orang (Mat. 20:28). Rujukan
mengenai penderitaan Anak Manusia paling banyak ditemukan dalam injil
Markus (8:31; 9:12, 31; 10:33, 45; 14:21).43 Gagasan inilah yang kemudian
ditentang oleh petrus. ia dan para murid lainya telah memiliki keyakinan
bahwa Yesus yaitu Mesias yang sedang menggenapi nubuat pengharapan
israel. namun sebaliknya, Yesus justru mengutarakan suatu konsep yang
baru, yaitu Anak Manusia harus mengalami penderitaan dan kematian: suatu
konsep yang bertentangan dengan pemahaman Yahudi pada masa itu, sehingga
tidak mengherankan jika petrus menegur-nya. tetapi menurut thomas R.
schreiner, kematian-nya memiliki suatu maksud tertentu. itu sebabnya Yesus
kemudian juga mengambil contoh tanda nabi Yunus (Luk. 11:30). bagian
yang menunjuk kepada penderitaan Anak Manusia sesungguhnya mengarah
kepada kematian kristus yang akan datang, yang sesuai dengan rencana Allah
dan kesaksian kitab suci (Luk. 22:22, 48). nubuat Yesus ini mengindikasikan
bahwa kematian-nya bukanlah sebuah terrible accident, melainkan bagian dari
rencana Allah sejak permulaan.44
Ketiga, sebutan Anak Manusia yang menunjuk kepada kedatangan kembali.
sebutan yang ketiga ini memang banyak membicarakan masalah eskatologis,
atau dalam istilah George eldon Ladd, “Anak Manusia apokaliptis.”45 Anak
Manusia akan datang diiringi oleh para malaikat dan membalas setiap orang
menurut perbuatannya (Mat. 16:27). ia akan datang dengan kekuasaan
dan kemuliaan (Mrk. 13:26), dan akan duduk di sebelah kanan Allah (Luk.
22:69). Ayat-ayat dari ketiga bagian ini menekankan bahwa kelak Anak
Manusia akan dipermuliakan ketika ia datang untuk kedua kalinya di bumi
ini. ia akan memerintah, berkuasa, dan menentukan akhir dari dunia. ketiga
kategori pemakaian sebutan “Anak Manusia” di dalam injil sinoptik ini
(pekerjaan, penderitaan, dan kedatangan-nya kembali) saling melengkapi
satu dengan yang lain dan kadang-kadang digunakan secara bersama-sama.46
sementara itu, tidak seperti injil sinoptik, injil Yohanes sedikit berbeda di
dalam menggunakan sebutan “Anak Manusia.” injil keempat ini menekankan
pengagungan dan pemuliaan Anak Manusia melalui jalan penderitaan.
Menurut injil ini, Yesus yaitu Anak Manusia yang naik dan turun dari
surga (3:13). injil Yohanes juga menekankan bahwa Anak Manusia akan
dinaikkan (3:14; 8:28; 13:24) dan ditinggikan (12:23; 13:31). kedua hal ini
sesungguhnya menunjuk kepada salib.47 penderitaan merupakan jalan menuju
pemuliaan. Melalui kematian-nya di atas kayu salib kristus mati, tetapi
kemudian dibangkitkan, naik ke surga, dan duduk di sebelah kanan bapa-nya.
hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh schreiner, “the cross is effective
only because it functions as the way to God, because it is bound up with Jesus’
ascent to God, where he rules as the heavenly son of man.”48
AnAk MAnusiA: ReinteRpRetAsi Yesus teRhAdAp peMA-
hAMAn MesiAnis YAhudi
di atas telah dijelaskan arti sebutan “Anak Manusia” menurut kitab-kitab
injil. sekarang kita akan melihat bagaimana Yesus melakukan reinterpretasi
terhadap pemahaman mesianis yang menguasai pemikiran orang Yahudi pada
zaman-nya. Meskipun Yesus tidak secara terang-terangan menyebut diri-nya
sebagai Mesias dan lebih memilih sebutan Anak Manusia untuk menyebut
diri-nya sendiri, tetapi tindakan-nya sebagai Anak Manusia menunjukkan
bahwa ialah Mesias yang sesungguhnya.
di dalam pb, ungkapan Anak Manusia muncul dengan frasa Yunani
ὁ υἱὸς τοῦ ἀνθρώπου yang memiliki padanan dengan frasa dari bahasa Aram,
bar ĕnāš. di dalam pb, ungkapan “Anak Manusia” muncul bersama kata
sandang (definite article) yang dalam bahasa inggris diwakili dengan definite
article “the.”49 sebagian ahli berpendapat bahwa sebutan “Anak Manusia” oleh
46schreiner, New testament theology 219.
47ibid. 227.
48New testament theology 228.
49Maurice Casey, From Jewish Prophet to the Gentile God: the Origins and Development
of New testament Christology (Louisville: Westminster john knox, 1991) 47.
189Anak Manusia
Yesus tidak memiliki makna yang khusus. Alasannya, ungkapan ini dalam
bahasa Aram berarti “manusia secara umum.” hal ini juga didukung oleh
pandangan bahwa “anak manusia,” secara sederhana, merupakan ungkapan
untuk menunjuk kata “saya” serta paralel dengan kata “manusia.”50
Akan tetapi sebagian ahli memperlihatkan bahwa ketika Yesus
menggunakan frasa “anak manusia,” ungkapan ini memiliki arti yang
jauh lebih khusus. G. dalman mengatakan bahwa meskipun ungkapan ini
dalam bahasa Aram tidak memiliki arti khusus selain merujuk kepada manusia
secara umum, tetapi bila Yesus menggunakan ungkapan ini beberapa kali
untuk menunjuk kepada diri-nya sendiri, maka ungkapan ini seolah-olah
memerlukan penjelasan khusus.51 ia memberikan analogi dengan ekspresi
umum dalam bahasa jerman “Der Fuhrer.” kata ini berarti “pemimpin”,
“penuntun”, “direktur”. Akan tetapi ketika kata ini diterapkan untuk
hitler, maka kata ini menjadi sebutan teknis dari kepala pemerintahan
jerman.52 sebagaimana diketahui bahwa bahasa yang Yesus gunakan yaitu
bahasa Aram. Atas dasar kenyataan inilah F. F. bruce mengatakan, “in the
ears of aramaic speakers ‘the son of Man’ might be taken to mean simply ‘the
man.’ if evangelist preserved the phrase ‘the son of Man’ instead of translating
it as ‘the man,’ it was probably because they recognized that there was something
distinctive in his use of it.”53 berdasarkan pandangan yang dilontarkan oleh
dalman dan bruce ini , maka penulis meyakini terdapat makna khusus
di balik sebutan “Anak Manusia” yang digunakan oleh Yesus. jadi ungkapan
ini bukan berarti manusia biasa secara umum atau hanya sebagai
pengganti kata “saya” atau “aku.”
edward schweizer dan i. howard Marshall mengatakan bahwa Yesus
mengadopsi ungkapan “anak manusia” karena istilah ini yaitu istilah
yang ambigu, dinyatakan, tetapi tersembunyi.54 Lebih lanjut, Richard n.
Longenecker mengatakan bahwa sebutan ini tidak hanya ambigu tetapi
juga memiliki arti yang membingungkan (enigmatic) bagi orang-orang pada
zaman Yesus. pertanyaan “siapakah Anak Manusia itu?” dalam Yohanes
12:34 memberikan indikasi ini .55 konsekuensinya, Yesus dapat dengan
bebas menggunakan ungkapan ini untuk menunjuk kepada diri-nya
tanpa menimbulkan konotasi politis yang dengan kuat menguasai pemikiran
orang-orang pada zaman-nya.
Christopher j. h. Wright mengatakan bahwa Yesus telah mengisi ungkapan
“anak manusia” yang ambigu ini dengan klaim Mesias: “Jesus filled this
term with meaning that was based on his own true perception of who he was and
what he had come for.”56 Yesus menggunakan ungkapan “Anak Manusia”
sebagai sebutan untuk diri-nya sendiri tetapi kemudian mengisinya dengan
makna baru. dengan demikian, melalui ungkapan yang ambigu ini Yesus
telah mengklaim martabat mesianis melalui bentuk yang sangat berbeda dari
pemahaman umum yang didambakan oleh orang-orang pada zaman-nya.
sebagaimana disebutkan di awal bahwa bagi orang Yahudi, raja yang
akan datang ini akan melakukan dua hal utama, yaitu membangun atau
merestorasi bait Allah dan akan membawa israel meraih kemenangan atas
bangsa penjajah. n. t. Wright mengatakan bahwa daud memiliki perencanaan
untuk membangun bait Allah; Yudas Makabeus mengalahkan siria dan
membersihkan bait Allah; herodes mengalahkan parthia dan membangun
kembali bait Allah; bar kokhba juga membangun kembali bait Allah.57 tetapi
Yesus tidak melakukan hal ini . ia tidak membangun kembali bait Allah.
ia tidak mengalahkan Romawi, tetapi justru mati sebagai pemberontak. israel
tidak tertolong dan bangsa asing masih terus memerintah. jika demikian,
lantas dengan cara apa Yesus mengklaim kemesiasan-nya? bagaimana Yesus
menafsirkan ulang gagasan mesianis orang Yahudi pada zaman-nya?
Menurut n. t. Wright, sesungguhnya Yesus menunjukkan bahwa ia
memenuhi pengharapan israel ini melalui tindakan yang ia lakukan.
bagaimana memahami hal ini ? di dalam buku the Challenge of Jesus,
ia menyebutkan bahwa ada dua tindakan simbolik yang Yesus lakukan yang
menunjukkan bahwa ia yaitu Mesias yang merestorasi bait Allah dan
mengalahkan musuh israel, sebagaimana sosok Mesias yang diharapkan oleh
orang Yahudi.
Pertama, tindakan simbolik di dalam bait Allah. tindakan ini ia sebut
sebagai an acted symbol of judgement.58 pertanyaannya, siapa yang sebenarnya
memiliki otoritas menyatakan penghakiman atas bait Allah? jawabannya
yaitu raja yang bertindak atas nama Allah. dengan demikian, tindakan
Yesus memasuki Yerusalem serta tindakan-nya di bait Allah yang mengusir
para pedagang dan penukar uang secara implisit menunjukkan bahwa diri-nya
yaitu “raja.” Menurut n. t. Wright, kisah ini paralel dengan kisah Yudas
Makabeus yang datang ke Yerusalem dengan disambut daun palem (2Mak.
10:7) setelah ia mengalahkan musuh dan merestorasi ibadah di tempat kudus.
hal itulah yang menjadi dasar klaim raja atas keluarga Yudas Makabeus.
tindakan Yesus ini harus dilihat sebagai klaim raja dalam pengertian yang
sama.59 tindakan Yesus di bait Allah sesungguhnya menunjukkan bahwa ia
yaitu “pemilik” bait Allah, sehingga ia berhak untuk melakukan apa saja di
rumah-nya sendiri seperti halnya seorang raja di dalam kerajaannya sendiri.
kemudian, di dalam satu kisah yang disebutkan dalam injil Markus,
Yesus berkata kepada orang banyak di dalam bait Allah: “bagaimana ahli-
ahli taurat dapat mengatakan, bahwa Mesias yaitu anak daud? daud
sendiri oleh pimpinan Roh Kudus berkata: Tuhan telah berfirman kepada
tuanku: duduklah di sebelah kanan-ku, sampai musuh-musuh-Mu kutaruh
di bawah kaki-Mu. daud sendiri menyebut dia tuannya, bagaimana mungkin
ia anaknya pula?” (Mrk. 12:35-37). Melalui perkataan ini sebenarnya Yesus
hendak meluruskan pemahaman yang telah lama dipegang oleh orang-orang
Farisi dan ahli taurat. Mesias yang diharapkan oleh orang Yahudi pada zaman
itu yaitu anak (keturunan) daud. hal inilah yang mereka ketahui sekaligus
diajarkan oleh ahli taurat dan orang-orang Farisi.60 Oleh karena itu, Yesus
hendak memberi tahu kepada pendengar-nya bahwa sebutan “anak daud”
mengandung arti yang jauh lebih luas daripada yang selama ini dipahami.
Orang Farisi dan ahli taurat harus belajar bahwa sebutan “Anak daud”
sebenarnya juga menunjuk kepada tuhannya daud. ia bukanlah seorang
manusia saja, melainkan ia juga yaitu Allah!61 ungkapan “Anak daud”
tidak boleh dipahami hanya sebatas keturunan daud secara daging, sebab jika
pemahaman itu yang dipegang tentu saja hal ini bertentangan dengan
perkataan daud sendiri bahwa Mesias ini yaitu tuannya sendiri.
itu sebabnya n. t. Wright juga berpendapat bahwa bagian ini sering kali
disalahpahami sebagai penyangkalan Yesus bahwa Mesias yaitu dari garis
keturunan daud. sebenarnya untuk memahami bagian ini perlu melihat
kembali Mazmur 110. Pertama, mazmur ini dikaitkan dengan raja yang juga
menjadi “imam selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.” itulah
sebabnya ia memiliki otoritas atas bait Allah. Kedua, mazmur ini juga
memberikan potret Mesias sebagai pribadi yang akan bertindak sebagai
hakim. dengan mengajukan pertanyaan ini , sebenarnya Yesus secara
diam-diam menegaskan klaim bahwa ia yaitu Anak daud yang sejati dan
bahwa ia membawa otoritas dari Allahnya daud.62
senada dengan itu, james R. edwards juga berpendapat bahwa dari
pertanyaan Yesus di ayat 35 ada dua hal penting yang dapat ditarik. Pertama,
kejadian ini berlangsung di bait Allah, pusat ibadah israel, dan tempat
dari otoritas sanhedrin. Kedua, pertanyaan Yesus ini juga ditujukan
kepada ahli-ahli taurat, kelompok elit, dan religius dari israel.63 Yesus hendak
menguji sejauh mana pemahaman mereka tentang Mesias. Mesias bukanlah
Anak daud (keturunan jasmani). Mesias lebih besar daripada daud. Mesias
yaitu raja dan Allah sendiri, dan Yesus yaitu Mesias ini .64
tindakan Yesus di bait Allah menunjukkan tantangan-nya atas simbol
yang ada yaitu bait Allah. bait Allah yaitu simbol terbesar bagi orang Yahudi,
dan Yesus menantangnya, bahkan mengklaim otoritas atasnya. dengan klaim
ini Yesus menyatakan bahwa bait Allah merupakan tempat pertemuan antara
Allah dan umat-nya, tanda pengampunan dan harapan, tempat Allah berdiam.
demikian pula sekarang, Yesus melalui tindakan-nya menyatakan klaim
bahwa di dalam pekerjaan-nya, dan di dalam diri-nya sendiri, bait Allah itu
summed up in a new and final way (diringkaskan dalam cara yang baru dan
cara yang terakhir).65
Kedua, tindakan simbolik-nya dalam perjamuan terakhir. perjamuan
terakhir (the last supper) merupakan simbol yang Yesus gunakan, dalam istilah
n. t. Wright, kingdom-feast, the new exodus feast.66 tindakan-nya dalam
mengangkat cawan dan memecah roti merupakan suatu tindakan simbolisme
profetik yang mengungkapkan penghakiman dan keselamatan dari Allah.
hal ini didukung oleh ben Witherington iii yang mengatakan bahwa
perjamuan terakhir merupakan suatu “prophetic enacting parable.”67
Melalui tindakan simbolis yang ia lakukan Yesus juga secara
sengaja membangkitkan kembali tradisi eksodus (keluar dari Mesir) dan
mengindikasikan bahwa saatnya telah tiba dan harapan israel akan terpenuhi
melalui kematian-nya.68 jadi, para murid yang makan bersama-sama dengan
dia dalam perjamuan ini yaitu orang-orang dari covenant baru,
orang-orang yang menerima pengampunan dosa. itulah akhir dari exile
(pembuangan) yang sesungguhnya. bahkan, lebih jauh menurut jonathan t.
pennington, enacted parable dari perjamuan terakhir tidak hanya bermakna
vertikal (perjanjian Allah dan manusia) dan eskatologi (new exodus), tetapi
juga bermakna horizontal, sebuah komunitas perjanjian yang baru (new
covenant community).
n. t. Wright meringkaskan kedua tindakan simbolik ini di atas
demikian,
in the temple and the upper room, Jesus deliberately enacted two symbols.
the first symbol said: the present system is corrupt and recalcitrant. it is ripe
for judgement. But Jesus is the Messiah, the one through whom YHWH, the
God of all the world, will save israel and thereby the world. and the second
symbol said: this is how the true exodus will come about. this is how evil
will be defeated. this is how sin will be forgiven.70
dengan mengambil jalan salib, maka pembuangan akan berakhir dan
itu akan menjadi permulaan akan hari baru bagi israel dan seluruh dunia.71
Yesus sendiri akan dimuliakan sebagai Anak Manusia yang akan datang
kembali meskipun jalan yang ia ambil yaitu jalan seorang Anak Manusia
yang menderita. Akhirnya pada bagian akhir dari pembahasan Yesus dan
simbolisme Yahudi, n.t. Wright mengemukakan suatu pernyataan yang
menarik:
Jesus therefore took up his own cross. He had come to see it, too, in deeply
symbolic terms: symbolic, now, not merely of roman oppression, but of the
way of love and peace which he had commended so vigorously, the way of
defeat which had announced as the way of victory. Unlike his action in the
temple and the upper room, the cross was a symbol not of praxis but passivity,
not of action but of passion. it was to become the symbol of victory, but not
of the victory of Caesar, nor of those who would oppose Caesar with Caesar’s
method. it was to become symbol, because it would be the means, of the
victory of God.
berdasarkan tindakan yang ia lakukan, Yesus sekali lagi justru mengklaim
martabat mesianis-nya melalui sebutan “Anak Manusia.” sebagaimana
diketahui bahwa bagi orang Yahudi pada zaman Yesus, Mesias yaitu seorang
raja politik. bagi Yesus justru sebaliknya, Mesias berarti melayani dengan
rendah hati dan penuh ketaatan kepada kehendak Allah. Menurut penulis,
kekeliruan di dalam memahami konsep Mesias inilah yang menjadi alasan
mengapa Yesus lebih suka menggunakan sebutan “Anak Manusia” untuk diri-
nya demi menghindari kesalahpahaman dari pendengar-nya dan konfrontasi
dini dengan pemerintah Romawi apabila ia memakai sebutan “Mesias.”
dengan kata lain, sesungguhnya dengan menggunakan sebutan “Anak
Manusia,” Yesus melakukan reinterpretasi terhadap pemahaman mesianis
orang-orang Yahudi. hal ini juga ditunjukkan oleh donald Guthrie yang
mengatakan bahwa Yesus sebenarnya mengartikan kembali gagasan tentang
Mesias sampai murid-murid-nya dapat menyamakan Anak Manusia dengan
Yesus sang Mesias.73 hal lain yang tidak kalah penting yaitu , melalui
kematian dan kebangkitan-nya, Yesus menegaskan klaim mesianis-nya.
Christopher j. h. Wright mengatakan bahwa ketika orang banyak bertanya
tentang Mesias, Yesus justru menjawab tentang Anak Manusia! hal ini
membuat para pendengarnya bertanya-tanya tentang siapakah Anak Manusia
itu, tetapi baru setelah penyaliban dan kebangkitan-nya, kemesiasan-nya
dapat sungguh-sungguh dipahami.74
umumnya, para murid dan pengikut-nya berharap bahwa ia akan pergi
ke Yerusalem, menantang penguasa Romawi dan menaklukkan mereka,
kemudian diangkat sebagai Mesias, raja israel yang sejati. tetapi Yesus tidak
melakukan hal ini. ia tidak mengambil jalan kemuliaan manusia dengan
mengumpulkan massa untuk menggulingkan penguasa, tetapi ia mengambil
jalan sebagai “Anak Manusia” yang menderita. ia justru pergi ke Yerusalem
untuk menyongsong kematian-nya sendiri. justru dengan jalan penderitaan
itulah Yesus menunjukkan bahwa diri-nya yaitu Mesias sejati dan hal ini
divindikasi oleh Allah, bapa-nya, dengan membangkitkan-nya dari kematian.
berdasarkan pandangan ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
ungkapan “anak manusia” yaitu bentuk reinterpretasi Yesus terhadap
pemahaman mesianis populer (Mesias politik) yang selama ini menguasai
pemikiran orang-orang Yahudi pada zaman-nya.
penutup
Yesus tidak memakai kata “Mesias” terhadap diri-nya karena ia
mengetahui para pendengar-nya akan mengartikannya sebagai raja duniawi
yang akan mendirikan suatu pemerintahan baru. padahal, Yesus tidak
bermaksud menjadi Mesias dalam pengertian ini . di sisi lain, kalau
ia secara terang-terangan menyatakan diri sebagai Mesias, maka makna
hakiki dari kedatangan-nya ke dalam dunia akan menjadi kabur dan dapat
memicu konfrontasi dini dengan penguasa Romawi.
itulah sebabnya mengapa Yesus memilih untuk memakai sebutan Anak
Manusia daripada Mesias karena Mesias dipahami sebagai tokoh revolusioner
dan hal ini bertentangan dengan misi-nya. istilah “Anak Manusia”
sendiri memiliki makna ambigu, istilah itu dipakai dalam pL tetapi maknanya
kabur sehingga Yesus dengan sengaja memakai sebutan ini . demikian
halnya dengan para murid, meskipun mereka percaya bahwa Yesus yaitu
Mesias, mereka belum sungguh-sungguh memahami siapa Yesus sampai
setelah kebangkitan-nya. Walaupun mereka memiliki hubungan yang erat
dengan Yesus, lebih dari sekali mereka memperlihatkan bahwa mereka tidak
mengetahui maksud yang tersembunyi dari ungkapan ini . kematian dan
kebangkitan Yesus justru menegaskan klaim mesianis-nya. ia telah naik dan
duduk di sebelah kanan bapa-nya. Yesus telah menang tetapi already-not yet
menjadi suatu hal yang masih terus berlaku. Yesus memang telah menang
atas kuasa kejahatan, tetapi kejahatan itu sendiri masih terjadi sampai saat
ini. kemenangan akhir atas kejahatan masih menunggu sampai kedatangan-
nya kembali.





.jpeg)





