Tampilkan postingan dengan label Yohanes anak manusia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yohanes anak manusia. Tampilkan semua postingan

Yohanes anak manusia


 Yohanes anak manusia


tulisan ini memusatkan perhatian pada penelitian makna sebutan 

Anak Manusia yang sering kali digunakan Yesus untuk menyebut 

diri-nya sendiri.  dengan menggunakan pendekatan topikal, 

penulis berpendapat bahwa ungkapan ini  merupakan sebuah 

reinterpretasi yang dilakukan oleh Yesus terhadap konsep Mesias 

yang dipahami oleh orang israel pada zaman-nya.  paradigma 

populer mengenai Mesias revolusioner yang dipahami oleh orang 

israel ditafsirkan kembali, dikritik, sekaligus dipatahkan oleh Yesus 

yang menegaskan klaim mesianis-nya justru melalui kematian 

dan kebangkitan-nya.  Yesus bukanlah seorang oportunis yang 

memanfaatkan situasi untuk menarik simpati dan dukungan massa.  

ia memilih jalan yang jauh dari kebiasaan manusia yang haus akan 

kuasa, yaitu jalan penderitaan, jalan sejati, jalan Anak Manusia.

kata-kata kunci: Anak Manusia, Mesias, Yesus, bait Allah, perjamuan terakhir 


perjanjian baru menceritakan kelangsungan hidup umat israel yang 

berada di bawah penjajahan Romawi.  keadaan ini  dirasakan begitu 

menyiksa kehidupan bangsa israel meskipun di dalam beberapa aspek 

mereka masih diberi kebebasan, misalnya, dalam melakukan praktik ibadah 

di bait Allah.  Akan tetapi, penjajahan ini  telah mengobarkan semangat 

pemberontakan di kalangan masyarakat palestina.  salah satu daerah yang 

sangat sering melakukan pemberontakan yaitu  Galilea.  pemberontakan 

ini  lahir dari semangat untuk melepaskan diri dari cengkeraman 

penguasa asing yang telah merampas hak-hak mereka sehingga mereka hidup 

menderita dan terbelenggu di tanah mereka sendiri.  di tengah-tengah kondisi 

yang serbasulit itulah harapan akan kedatangan seorang Mesias yang akan 

membebaskan mereka dari penjajahan Roma bergema di dalam hati setiap 

orang Yahudi.  penantian panjang akan janji-janji Allah yang telah diberikan 

beratus-ratus tahun yang lalu kepada nenek moyang mereka tetap tersimpan 

dengan harapan bahwa suatu hari nanti Allah akan bertindak dan membawa 

umat-nya kembali berjaya seperti pada masa pemerintahan daud.

di dalam kondisi demikian, Yesus hadir di tengah-tengah masyarakat 

palestina.  pada zaman itu oleh orang-orang di sekitarnya Yesus dikenali sebagai 

seorang rabi Yahudi—anak dari Yusuf, seorang tukang kayu.  Akan tetapi, 

kemunculan-nya yang disertai dengan beberapa tindakan yang mengundang 

simpati dari banyak orang lambat laun memunculkan optimisme: perasaan dan 

keyakinan yang disertai dengan pertanyaan, “mungkinkah orang ini yaitu  dia 

yang dinantikan itu?”  Orang banyak kemudian mengidentikkan-nya dengan 

sosok Mesias, terutama setelah melihat pengajaran, kuasa, dan mukjizat yang 

ia lakukan.  petrus, sang murid, juga mengakui-nya sebagai Mesias, “engkau 

yaitu  Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Mat. 16:16).  sekalipun ada euforia 

orang israel itu Yesus tetap menjalani kehidupan-nya sebagai seorang guru 

yang aktif mengajar dan menyembuhkan banyak orang.  Akan tetapi, meskipun 

pengakuan akan kemesiasan-nya telah keluar dari mulut petrus, yang unik 

yaitu  Yesus tidak pernah menyebut diri-nya sendiri sebagai Mesias melainkan 

secara eksklusif menyebut diri-nya sebagai “Anak Manusia.”

pertanyaan yang muncul yaitu , apa yang Yesus maksudkan dengan 

sebutan itu?  Apa yang menjadi latar belakang sebutan itu?  Mengapa Yesus 

sangat sering menggunakan sebutan itu untuk menyebut diri-nya?  Apakah 

sebutan Anak Manusia yaitu  nama samaran untuk Mesias?  pertanyaan-

pertanyaan inilah yang akan dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini. untuk 

menjawab pertanyaan-pertanyaan ini , tulisan ini akan memanfaatkan 

metode topikal.  Menurut Andreas subagyo, yang mengutip Merrill C. tenney, 

metode ini berusaha “menyarikan topik tertentu dan mengalihkan konteksnya 

ke dalam pengajaran yang utuh, termasuk penyelidikan kata dan frasa.”1 

selain itu, metode ini juga menyelidiki terjemahan Alkitab dan kata-kata 

dalam bahasa asli termasuk “pemakaiannya, asal-usulnya, padanan katanya.”2 

tulisan ini akan meneliti sebutan “Anak Manusia” yang digunakan oleh Yesus 

untuk menyebut diri-nya sendiri.  Oleh karena itu, dengan metode topikal 

ini, tulisan ini akan menelusuri asal-usul ungkapan ini  (dalam pL dan 

literatur dari periode bait Allah kedua) serta tujuan dan makna pemakaian 

ini  oleh Yesus di dalam kitab-kitab injil.

MesiAs dALAM peRjAnjiAn LAMA

pemahaman mesianis orang Yahudi berakar dari pL.  bagi orang Yahudi, 

Mesias yaitu  tokoh yang dipilih dan diurapi oleh Allah yang akan menjadi raja 

atau pemimpin israel.  kata “mesias” sendiri berarti “yang diurapi.”  Menurut 

para ahli, meskipun ungkapan “yang diurapi’ tidak selalu menunjuk kepada 

raja sebab imam-imam pL juga diurapi oleh tuhan, istilah yang diurapi paling 

sering menunjuk kepada raja-raja.3  Lebih lanjut, istilah yang diurapi ini  

tidak menunjukkan bahwa yang diurapi ini  yaitu  sosok ilahi.4  Menurut 

s. M. siahaan, yang mengutip sigmund Mowinckel, asal-usul gagasan mesias 

dapat ditelusuri dari gagasan raja yang ilahi.  pengharapan mesias itu timbul 

karena pengalihan gambaran raja keturunan daud yang ideal pada raja-raja 

masa mendatang dan terkait dengan nubuat nabi natan dalam 2 samuel 7. 

hal ini  berkembang pada era sebelum pembuangan dan para nabi makin 

jelas menunjuk pada kedatangan seorang mesias, tanpa menggunakan istilah 

“mesias” secara langsung.5

tampaknya istilah “mesias” ini  tidak digunakan secara eksplisit, 

tetapi pengharapan mesianis ini  selalu berkaitan erat dengan raja yang 

akan datang yang yaitu  dari garis keturunan daud (Mi. 5:1-4; Yes. 9:5-6; 

Yer. 23:5-6; Yeh. 17:22-24; hag. 2:21-24; Za. 3:8-10).6  Allah telah membuat 

perjanjian dengan daud bahwa dinasti daud tidak akan berakhir, salah seorang 

dari keturunannya akan selalu memerintah (2sam. 7:11-29; 1taw. 17:10-27).7 

hal yang sama juga dapat ditemukan dalam Mazmur 89 yang menegaskan 

bahwa janji Allah kepada daud yaitu  berdasarkan kasih-nya: “Aku akan 

memelihara kasih setia-ku bagi dia untuk selama-lamanya, dan perjanjian-ku 

teguh bagi dia. Aku menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama-

lamanya, dan takhtanya seumur langit” (Mzm. 89:28-29).8

kerinduan yang mendalam ini menguasai pemikiran Yahudi sampai 

pada zaman pb.  bangsa israel sangat mengidam-idamkan Mesias dari garis 

keturunan daud sebagaimana yang mereka baca dalam pL mengenai daud, 

raja israel yang termasyhur itu.  pb juga memberikan kesaksian bahwa 

harapan akan kedatangan Mesias dari keturunan daud merupakan sesuatu 

yang diajarkan oleh para rabi Yahudi pada abad pertama.  Alan Richardson 

mengatakan bahwa Markus 12:35 menunjukkan indikasi ini , “pada suatu 

kali ketika Yesus mengajar di bait Allah, ia berkata: ‘bagaimana ahli-ahli 

taurat dapat mengatakan, bahwa Mesias yaitu  anak daud?’”9

di dalam keyakinan orang Yahudi, khususnya pada abad pertama, Mesias 

dari garis keturunan daud akan muncul dan ia akan melakukan dua hal besar. 

Pertama, ia akan membangun atau merestorasi bait Allah.  Kedua, ia akan 

berperang dan menaklukkan musuh-musuh israel.10  di dalam kitab Mazmur 

salomo 17:21-25 juga diceritakan tentang seorang Mesias politik yang akan 

membersihkan kota Yerusalem dari orang-orang kafir.11  karena itu, tidaklah 

mengherankan jikalau orang israel pada zaman Yesus juga memiliki harapan 

yang sama bahwa seorang Mesias akan datang untuk membebaskan mereka 

dari tirani Romawi.  hal itu bertolak dari suatu gagasan dasar bahwa Allah akan 

menolong dan membebaskan umat-nya, betapapun payahnya keadaan yang 

mereka alami.  semua pengharapan ini  tertuju kepada satu pribadi yang 

populer pada saat itu yakni Yesus, si anak tukang kayu dari nazaret.  kitab-

kitab injil juga menyaksikan tentang orang banyak yang ingin menjadikan 

Yesus sebagai raja atas mereka terutama setelah melihat mukjizat-mukjizat 

yang ia lakukan.  namun, di dalam kitab-kitab injil tampak bahwa Yesus 

tidak memproklamasikan diri-nya secara terang-terangan sebagai Mesias di 

dalam pelayanan-nya, sebagaimana yang selanjutnya akan kita lihat bahwa 

ternyata ia lebih memilih untuk mengidentifikasikan diri-Nya sendiri sebagai 

“Anak Manusia.”


AnAk MAnusiA dALAM peRjAnjiAn LAMA dAn LiteRAtuR 

bAit ALLAh keduA

dalam pL, sebutan “anak manusia” secara sederhana berarti “manusia 

biasa.”12  Ada tiga bagian dari kitab Mazmur yang berbicara tentang “anak 

manusia” dalam bentuk tunggal yaitu 8:4; 80:17; dan 146:3.  di dalam Mazmur 

8:4, pemazmur menggambarkan manusia sebagai makhluk yang lemah dan 

hina.  Manusia yaitu  makhluk yang tidak berharga dan keberhargaannya 

itu semata-mata hanya karena karunia dari Allah.  beberapa penafsir bahkan 

sepakat bahwa “anak manusia” dalam Mazmur 8:4 ini yaitu  manusia biasa 

namun ditinggikan oleh Allah.  jadi, “anak manusia” di sini dapat ditafsirkan 

sebagai raja.13

sementara itu, di dalam Mazmur 80:17 dikatakan, “kiranya tangan-

Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah 

kauteguhkan bagi diri-Mu itu.”  Menurut beberapa ahli, ungkapan “anak 

manusia” dalam bagian ini menunjuk kepada raja yang mewakili israel. 

sebagai seorang raja, ia diasosiasikan dengan umatnya dalam penderitaannya 

(Mzm. 80:5), sebelum ditinggikan oleh Allah dan menerima “hidup” (Mzm. 

80:18).14  Menurut George W. e. nickelsburg, Mazmur 80:18 (dan Mzm. 

8:5) jelas menunjuk kepada figur raja dan hal ini  tidak mengherankan 

sebab Mazmur ini  dikaitkan dengan kejadian 1:26–28 di mana manusia 

pertama muncul sebagai “raja.”15  selain itu, di dalam Mazmur 146:3 dikatakan, 

“janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak 

dapat memberikan keselamatan.” ungkapan “anak manusia” disejajarkan 

dengan bangsawan (pangeran).  ungkapan ini sekaligus mengindikasikan bahwa 

ada hubungan yang erat antara manusia dengan masalah kepemimpinan.16

ungkapan “anak manusia” juga dapat kita temukan dalam Yehezkiel. 2:1. 

dalam ayat ini , kata ibrani untuk menggambarkan “anak manusia” ialah 

‘~d"a'-!B,.....   secara keseluruhan, frasa ini terdapat sebanyak 93 kali dalam kitab 

12survei lengkap tentang frasa “anak manusia” dalam kitab Mazmur, Yehezkiel, 

dan daniel dapat ditemukan dalam skripsi penulis, “ungkapan ‘seorang seperti Anak 

Manusia’ dalam daniel 7:13-14 dan pengaruhnya terhadap penggunaan sebutan ‘Anak 

Manusia’ oleh Yesus di dalam injil sinoptik” (skripsi s.th., stt Amanat Agung, 2011) 

9-33.

ini .17  sapaan “anak manusia” kepada Yehezkiel hendak menunjukkan 

bahwa ia yaitu  manusia yang fana, rapuh, dan yang dapat binasa.18  dalam 

kitab ini ungkapan “anak manusia” hendak memberikan penekanan betapa 

jauhnya perbedaan antara manusia dengan Allah.19  dalam konteks kitab 

Yehezkiel, penyebutan Yehezkiel sebagai anak manusia menekankan kefanaan 

dan kelemahan Yehezkiel sebagai manusia, dikontraskan dengan kemuliaan 

dan keagungan tuhan.

Akan tetapi, menurut para ahli, sebutan “anak manusia” yang paling 

kontroversial dalam pL ditemukan dalam kitab daniel, khususnya di 7:13-14.20 

ungkapan “anak manusia” dalam bentuk tunggal dan jamak sesungguhnya 

muncul lima kali dalam kitab daniel.  Pertama, dalam 2:38 dikatakan, “dan 

yang ke dalam tangannya telah diserahkan-nya anak-anak manusia di mana 

pun mereka berada, binatang-binatang di padang dan burung-burung di udara, 

dan yang dibuat-nya menjadi kuasa atas semuanya itu tuankulah kepala 

yang dari emas itu.”  bagian ini menunjuk kepada manusia dalam pengertian 

umum.  Kedua, dalam 5:21, dikatakan bahwa nebukadnezar dihalau dari antara 

manusia.  bagian kedua ini juga menunjuk kepada manusia biasa.  Ketiga, dalam 

7:13, “seorang seperti anak manusia” muncul dalam awan-awan.  Keempat, 

dalam 8:17 daniel disapa dengan sebutan “anak manusia.”  jadi, ungkapan 

“anak manusia” ditujukan kepada daniel yang juga yaitu  manusia biasa. 

Kelima, dalam 10:16, seorang menyerupai manusia yaitu malaikat menyentuh 

bibir daniel.  dalam bagian ini, ungkapan “anak manusia” menunjuk kepada 

malaikat yang muncul dalam rupa manusia.21

di antara kelima ungkapan ini , ungkapan “seorang seperti 

anak manusia” yang muncul dalam daniel 7:13 merupakan bagian yang 

menimbulkan banyak penafsiran dan perdebatan di antara para sarjana 

Alkitab. Walter brueggemann mengatakan bahwa penafsiran daniel 7 tidak 

dapat dilepaskan dari identifikasi figur “anak manusia.”22

kitab daniel pasal 7 menggunakan bahasa Aram.  di sanalah sebutan 

“Anak Manusia” dalam bahasa Aram (bar ĕnāš) muncul pertama kali.  di 

dalam perikop ini , istilah “anak manusia” berhubungan dengan “orang-

orang kudus milik yang maha tinggi” (dan. 7:18).  perdebatan mengenai 

identitas Anak Manusia dalam kitab daniel telah cukup banyak dibicarakan di 

17h. haag, “~d"a'-!B” dalam theological Dictionary of the Old testament (ed. G. johannes 

botterweck dan helmer Ringgren; terj. john t. Willis; ed. revisi; Grand Rapids: eerdmans, 

1977) 2.163. 

18Fritz Maass, “~d"a'’” dalam theological Dictionary of the Old testament 1.81. 

19haag, “~d"a'-!B” 163.

20schreiner, New testament theology 213-214.

21Chrys Caragounis, the son of Man: vision and interpretation (tubingen: Mohr 

siebeck, 1986) 35.  dalam daniel 2:38; 5:21; dan 7:13 ungkapan “anak manusia” muncul 

dalam bahasa Aram, sedangkan dalam 8:17 dan 10:16 dalam bahasa ibrani.

22an introduction to the Old testament: the Canon and Christian imagination 

(Louisville: Westminster john knox, 2003) 355. 

183Anak Manusia

antara para sarjana Alkitab.  Anak Manusia di sini seringkali dipahami secara 

individual (tokoh surgawi, misalnya malaikat) atau secara kolektif (umat Allah 

yang mengalami penderitaan) pada masa pembuangan.23 

pandangan pertama yaitu  pandangan yang beranggapan bahwa “anak 

manusia” dalam daniel 7:13 menunjuk kepada tokoh individual, yaitu 

malaikat.  john j. Collins berpendapat bahwa ungkapan “anak manusia” 

yaitu  sebuah gambaran, bukan merupakan suatu gelar sehingga cukup disebut 

“anak manusia” bukan “Anak Manusia.”24  Gambaran yang dimaksudkan 

di sini merupakan gambaran malaikat.  Menurutnya, kita harus memahami 

“anak manusia” dalam daniel 7:13-14 dalam terang penafsiran malaikat, 

khususnya “the holy ones of the Most High,” sebagaimana malaikat sering kali 

digambarkan sebagai manusia (lih. kej. 18:2; Yos. 5:13; hak. 6:22; 13:16).25 

sesuai dengan penafsiran ini, maka “orang-orang kudus” harus dipandang 

sebagai malaikat.  dengan kata lain, seorang seperti “anak manusia” dalam 

daniel 7 melambangkan sekelompok malaikat dan pemimpinnya.

pandangan Collins ini mengikuti pandangan ahli yang lebih awal yaitu 

nathaniel schmidt yang berpendapat bahwa seorang seperti “anak manusia” 

menunjuk kepada malaikat yaitu Mikael, malaikat penjaga israel.  Alasan 

utama yang dikemukakannya ialah di dalam pL malaikat sering kali hadir 

dalam wujud manusia.26  pandangan ini juga diikuti oleh R. h. Charles yang 

berpendapat bahwa orang-orang kudus, sebagai orang-orang yang setia di 

israel, akan diubah menjadi makhluk supernatural.  pandangan ini mengikuti 

pandangan Martin noth yang mengatakan bahwa orang-orang kudus ini  

bukanlah orang israel melainkan makhluk-makhluk surgawi.27

pandangan kedua yaitu  pandangan yang berpendapat bahwa “seorang 

seperti anak manusia” dalam Daniel 7 menunjuk kepada figur kolektif yaitu 

umat israel.  sebagian besar ahli berpendapat bahwa ungkapan “seorang seperti 

anak manusia” tidak dimaksudkan sebagai gelar dalam daniel 7:13, melainkan 

hanya menunjukkan “manusia biasa” yang kemudian dikontraskan dengan 

binatang-binatang.  barulah dalam pb istilah ini  menunjuk kepada gelar 

yang muncul sebagai hasil dari penafsiran tertentu atas daniel 7:13 oleh orang 

kristen mula-mula (atau mungkin oleh Yesus sendiri).  hal ini ditegaskan oleh 

William O. Walker, jr. yang mengatakan bahwa “seorang seperti anak manusia” 

dalam daniel 7:13 tidak dianggap sebagai gelar seorang tokoh eskatologis yang 

diharapkan, seperti yang umumnya diasumsikan, melainkan harus dipahami 

sebagai “seperti manusia biasa” yang kemudian diidentifikasi dalam Daniel 7 

sebagai “orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi.”28

Menurut james d. G. dunn,29 ada dua kemungkinan yang muncul terkait 

dengan identitas seorang seperti anak manusia dalam daniel 7.  Pertama, 

“seorang seperti anak manusia” (ay. 13) identik dengan “orang-orang kudus 

milik Yang Mahatinggi” bahkan penulis daniel memperlihatkan tidak kurang 

dari tiga kali bahwa kemenangan seorang seperti anak manusia yaitu  

kemenangan “orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi” (ayat 17, 21, 26). 

Kedua, “seorang seperti anak manusia” yaitu  satu dari lima figur yang tampak 

dalam penglihatan.  selain empat binatang yang digambarkan—seperti singa, 

seperti beruang, seperti macan tutul, dan seperti binatang dengan sepuluh 

tanduk—figur kelima digambarkan seperti seorang manusia.  Kesimpulan 

yang diperoleh yaitu  bahwa figur seorang seperti anak manusia mewakili 

bangsa israel, sebagaimana empat monster mewakili musuh-musuh israel. 

Meskipun demikian, sampai sekarang belum terdapat kesepakatan di antara 

para ahli mengenai identitas figur “anak manusia” dalam Daniel 7:13-14. 

dalam hal ini penulis mengikuti pandangan sebagian besar ahli bahwa “anak 

manusia” dalam daniel 7:13-14 identik dengan orang-orang kudus milik Yang 

Mahatinggi dalam daniel 7:18, 22, 25, dan 27.

selain kitab Mazmur, Yehezkiel, dan daniel, terdapat sebuah literatur 

penting yang membahas sebutan “anak manusia.”  Literatur ini  yaitu  

1 henokh.  kitab 1 henokh/perumpamaan henokh diperkirakan ditulis pada 

akhir tahun 70 Masehi.30  di dalam kitab ini terdapat empat penyebutan yang 

menunjuk kepada figur yang sama, yaitu: “orang benar,” “yang terpilih,” 

“anak manusia,” dan “yang diurapi.”31  ungkapan “anak manusia” itu sendiri 

muncul dalam 1 henokh 37-71.  di dalam bagian ini, anak manusia menunjuk 

kepada tokoh individu.

Anak manusia dalam kitab 1 henokh memiliki beberapa karakteristik.32 

Pertama, ia dianggap sebagai figur yang praada dan cahaya bagi bangsa-bangsa 

(48:2-6; 62:6-7): 

2and at that hour that son of Man was named in the presence of the Lord of 

spirits, and his name before the Head of Days.3  Yea, before the sun and the 

signs were created, Before the stars of the heaven were made, His name was 

named before the Lord of spirits.4  He shall be a staff to the righteous whereon 

to stay themselves and not fall, and he shall be the light of the Gentiles, and 

the hope of those who are troubled of heart.5  all who dwell on earth shall 

fall down and worship before him, and will praise and bless and celebrate 

with song the Lord of spirits.6  and for this reason hath he been chosen and 

hidden before Him, Before the creation of the world and for evermore. . . .6  and 

the kings and the mighty and all who possess the earth shall bless and glorify 

and extol him who rules over all, who was hidden.7  For from the beginning 

the son of Man was hidden, and the Most High preserved him in the presence 

of His might, and revealed him to the elect.33

Kedua, anak manusia diidentifikasi sebagai Mesias yang dipilih Allah 

sebagai penggenapan atas nubuat Yesaya 11:2 yang berbicara tentang 

kemunculan tunas dari tunggul isai (1 henokh 46:1-3).  1 henokh 46 ini 

kembali mempertegas dan mengulang berita yang disampaikan oleh nabi 

Yesaya ini .34  di dalam kitab 1 henokh (khususnya dalam pasal 46, 48, 

dan 49),35 anak manusia telah menjadi sebutan mesianis dari manusia surgawi 

yang turun ke dalam dunia, menghancurkan kejahatan dunia, melepaskan 

orang-orang benar, dan memerintah dalam satu kerajaan yang mulia.36 

Ketiga, anak manusia dalam 1 henokh juga digambarkan akan datang 

untuk mengadakan penghakiman.  ia akan menghakimi para malaikat (61:8), 

para raja dan penguasa dunia (62:3-12), dan orang-orang berdosa (45:2-3). 

setelah menghakimi dan menjalankan penghukuman, ia akan memerintah di 

langit dan bumi yang telah ditransformasi (45:4-5).37


jadi jelas bahwa anak manusia dalam 1 henokh bukanlah menunjuk 

kepada Mesias dari garis keturunan daud sebagaimana pengharapan orang 

Yahudi pada masa ini .  Charles di dalam pernyataannya menyebutkan 

kontras antara figur Mesias dalam 1 henokh dengan Mesias dari garis 

keturunan daud: “the son of Man as portrayed in the Parables is a super-natural 

being and not a mere man.  He is not even conceived as being of human descent 

. . . this title, with its supernatural attributes of superhuman glory, of universal 

dominion and supreme judicial powers.”38

berdasarkan hal di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa anak 

manusia dalam kitab 1 henokh menunjuk kepada Mesias yang yaitu  tokoh 

surgawi.  ia yaitu  orang yang terpilih dan hadir di hadapan Allah.  ia yaitu  

penyingkap hikmat Allah dan Mesias.39 

berdasarkan survei singkat frasa “anak manusia” dalam pL, tampak 

bahwa sebagian besar ahli meyakini bahwa frasa ini  menunjuk kepada 

manusia biasa (dalam Mazmur, Yehezkiel, dan daniel).  daniel 7 memberikan 

penekanan bahwa sosok ini  identik dengan orang-orang kudus milik Yang 

Mahatinggi dan ditafsirkan sebagai orang-orang israel setia yang menderita 

di pembuangan. 

dengan demikian, sosok “anak manusia” dalam pL tidak menunjuk 

kepada sosok Mesias.  Akan tetapi, lambat laun ungkapan ini  jelas 

dikaitkan dengan Mesias sebagaimana yang tercantum di dalam literatur 

apokaliptik bait Allah kedua (1 henokh) dan selanjutnya termanifestasi di 

dalam kitab-kitab injil ketika Yesus menyebut (menyamarkan) kemesiasan-

nya di balik sebutan “Anak Manusia.”

AnAk MAnusiA dALAM kitAb-kitAb injiL

istilah “Anak Manusia” muncul 30 kali dalam Matius, 14 kali dalam 

Markus, 25 kali dalam Lukas, dan 13 kali dalam Yohanes.40  para ahli pb 

umumnya sepakat bahwa sebutan Anak Manusia di dalam injil sinoptik 

terbagi atas tiga kategori: (1) menunjuk kepada pekerjaan Anak Manusia 

38burkett, the son of Man Debate 28.

39selain menunjuk kepada Mesias ilahi, di dalam kitab 1 henokh, ungkapan anak 

manusia juga dipakai oleh malaikat untuk menunjuk kepada henokh sendiri: “You are the 

son of Man who was born to righteousness and the righteousness of the Head of Days will not 

leave you” (71:14).  Akan tetapi, ungkapan ini berbeda dengan ungkapan yang menunjuk 

kepada anak manusia.  pada waktu malaikat menyebut henokh sebagai anak manusia, hal 

ini  tidak memiliki nuansa mesianis melainkan hanyalah sapaan untuk memanggil 

henokh seperti halnya sapaan bagi nabi Yehezkiel (lih. john j. Collins, the scepter and 

the star: Messianism in the Light of the Dead sea scrolls [2nd ed.; Grand Rapids: eerdmans, 

2010] 198).

40schreiner, New testament theology 219.

187Anak Manusia

di bumi; (2) menunjuk kepada penderitaan-nya; dan (3) menunjuk kepada 

kedatangan-nya kembali.41

Pertama, sebutan Anak Manusia yang menunjuk kepada pekerjaan-nya 

di bumi.  dalam Matius 9:6; Markus 2:10; dan Lukas 5:24, Anak Manusia 

menegaskan kuasa-nya dalam mengampuni dosa.  dalam Matius 12:8; Markus 

2:28; dan Lukas 6:5, ia menegaskan kuasa-nya sebagai tuhan atas hari sabat. 

selanjutnya, dalam perumpamaan tentang penabur dalam Matius 13:37, ia 

mengatakan bahwa Anak Manusia yaitu  penabur yang menaburkan firman 

Allah dan dalam Lukas 19:10, ia mengatakan bahwa Anak Manusia bertugas 

untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.42  Melalui ayat-ayat ini dapat 

ditarik suatu kesimpulan bahwa sebutan ini menunjuk kepada otoritas figur 

Anak Manusia yang berkuasa mengampuni dosa, tuhan atas hari sabat, 

menyatakan firman Allah, dan mempunyai misi dari Allah untuk mencari dan 

menyelamatkan yang hilang.

Kedua, sebutan Anak Manusia yang menunjuk kepada penderitaan-nya. 

sebagaimana Yohanes pembaptis menderita di bawah kekuasaan herodes, 

demikian pula Anak Manusia akan mengalami penderitaan (Mat. 17:12) dan 

kematian-nya menjadi penebusan bagi banyak orang (Mat. 20:28).  Rujukan 

mengenai penderitaan Anak Manusia paling banyak ditemukan dalam injil 

Markus (8:31; 9:12, 31; 10:33, 45; 14:21).43  Gagasan inilah yang kemudian 

ditentang oleh petrus.  ia dan para murid lainya telah memiliki keyakinan 

bahwa Yesus yaitu  Mesias yang sedang menggenapi nubuat pengharapan 

israel.  namun sebaliknya, Yesus justru mengutarakan suatu konsep yang 

baru, yaitu Anak Manusia harus mengalami penderitaan dan kematian: suatu 

konsep yang bertentangan dengan pemahaman Yahudi pada masa itu, sehingga 

tidak mengherankan jika petrus menegur-nya.  tetapi menurut thomas R. 

schreiner, kematian-nya memiliki suatu maksud tertentu.  itu sebabnya Yesus 

kemudian juga mengambil contoh tanda nabi Yunus (Luk. 11:30).  bagian 

yang menunjuk kepada penderitaan Anak Manusia sesungguhnya mengarah 

kepada kematian kristus yang akan datang, yang sesuai dengan rencana Allah 

dan kesaksian kitab suci (Luk. 22:22, 48).  nubuat Yesus ini mengindikasikan 

bahwa kematian-nya bukanlah sebuah terrible accident, melainkan bagian dari 

rencana Allah sejak permulaan.44

Ketiga, sebutan Anak Manusia yang menunjuk kepada kedatangan kembali. 

sebutan yang ketiga ini memang banyak membicarakan masalah eskatologis, 

atau dalam istilah George eldon Ladd, “Anak Manusia apokaliptis.”45  Anak 

Manusia akan datang diiringi oleh para malaikat dan membalas setiap orang 


menurut perbuatannya (Mat. 16:27).  ia akan datang dengan kekuasaan 

dan kemuliaan (Mrk. 13:26), dan akan duduk di sebelah kanan Allah (Luk. 

22:69).  Ayat-ayat dari ketiga bagian ini  menekankan bahwa kelak Anak 

Manusia akan dipermuliakan ketika ia datang untuk kedua kalinya di bumi 

ini.  ia akan memerintah, berkuasa, dan menentukan akhir dari dunia.  ketiga 

kategori pemakaian sebutan “Anak Manusia” di dalam injil sinoptik ini  

(pekerjaan, penderitaan, dan kedatangan-nya kembali) saling melengkapi 

satu dengan yang lain dan kadang-kadang digunakan secara bersama-sama.46

sementara itu, tidak seperti injil sinoptik, injil Yohanes sedikit berbeda di 

dalam menggunakan sebutan “Anak Manusia.”  injil keempat ini menekankan 

pengagungan dan pemuliaan Anak Manusia melalui jalan penderitaan. 

Menurut injil ini, Yesus yaitu  Anak Manusia yang naik dan turun dari 

surga (3:13).  injil Yohanes juga menekankan bahwa Anak Manusia akan 

dinaikkan (3:14; 8:28; 13:24) dan ditinggikan (12:23; 13:31).  kedua hal ini  

sesungguhnya menunjuk kepada salib.47  penderitaan merupakan jalan menuju 

pemuliaan.  Melalui kematian-nya di atas kayu salib kristus mati, tetapi 

kemudian dibangkitkan, naik ke surga, dan duduk di sebelah kanan bapa-nya. 

hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh schreiner, “the cross is effective 

only because it functions as the way to God, because it is bound up with Jesus’ 

ascent to God, where he rules as the heavenly son of man.”48

AnAk MAnusiA: ReinteRpRetAsi Yesus teRhAdAp peMA-

hAMAn MesiAnis YAhudi

di atas telah dijelaskan arti sebutan “Anak Manusia” menurut kitab-kitab 

injil.  sekarang kita akan melihat bagaimana Yesus melakukan reinterpretasi 

terhadap pemahaman mesianis yang menguasai pemikiran orang Yahudi pada 

zaman-nya.  Meskipun Yesus tidak secara terang-terangan menyebut diri-nya 

sebagai Mesias dan lebih memilih sebutan Anak Manusia untuk menyebut 

diri-nya sendiri, tetapi tindakan-nya sebagai Anak Manusia menunjukkan 

bahwa ialah Mesias yang sesungguhnya.

di dalam pb, ungkapan Anak Manusia muncul dengan frasa Yunani 

ὁ υἱὸς τοῦ ἀνθρώπου yang memiliki padanan dengan frasa dari bahasa Aram, 

bar ĕnāš.  di dalam pb, ungkapan “Anak Manusia” muncul bersama kata 

sandang (definite article) yang dalam bahasa inggris diwakili dengan definite 

article “the.”49  sebagian ahli berpendapat bahwa sebutan “Anak Manusia” oleh 

46schreiner, New testament theology 219.

47ibid. 227.

48New testament theology 228. 

49Maurice Casey, From Jewish Prophet to the Gentile God: the Origins and Development 

of New testament Christology (Louisville: Westminster john knox, 1991) 47.

189Anak Manusia

Yesus tidak memiliki makna yang khusus.  Alasannya, ungkapan ini  dalam 

bahasa Aram berarti “manusia secara umum.”  hal ini  juga didukung oleh 

pandangan bahwa “anak manusia,” secara sederhana, merupakan ungkapan 

untuk menunjuk kata “saya” serta paralel dengan kata “manusia.”50 

Akan tetapi sebagian ahli memperlihatkan bahwa ketika Yesus 

menggunakan frasa “anak manusia,” ungkapan ini  memiliki arti yang 

jauh lebih khusus.  G. dalman mengatakan bahwa meskipun ungkapan ini  

dalam bahasa Aram tidak memiliki arti khusus selain merujuk kepada manusia 

secara umum, tetapi bila Yesus menggunakan ungkapan ini  beberapa kali 

untuk menunjuk kepada diri-nya sendiri, maka ungkapan ini  seolah-olah 

memerlukan penjelasan khusus.51  ia memberikan analogi dengan ekspresi 

umum dalam bahasa jerman “Der Fuhrer.”  kata ini berarti “pemimpin”, 

“penuntun”, “direktur”.  Akan tetapi ketika kata ini  diterapkan untuk 

hitler, maka kata ini  menjadi sebutan teknis dari kepala pemerintahan 

jerman.52  sebagaimana diketahui bahwa bahasa yang Yesus gunakan yaitu  

bahasa Aram.  Atas dasar kenyataan inilah F. F. bruce mengatakan, “in the 

ears of aramaic speakers ‘the son of Man’ might be taken to mean simply ‘the 

man.’  if evangelist preserved the phrase ‘the son of Man’ instead of translating 

it as ‘the man,’ it was probably because they recognized that there was something 

distinctive in his use of it.”53  berdasarkan pandangan yang dilontarkan oleh 

dalman dan bruce ini , maka penulis meyakini terdapat makna khusus 

di balik sebutan “Anak Manusia” yang digunakan oleh Yesus.  jadi ungkapan 

ini  bukan berarti manusia biasa secara umum atau hanya sebagai 

pengganti kata “saya” atau “aku.”

edward schweizer dan i. howard Marshall mengatakan bahwa Yesus 

mengadopsi ungkapan “anak manusia” karena istilah ini  yaitu  istilah 

yang ambigu, dinyatakan, tetapi tersembunyi.54  Lebih lanjut, Richard n. 

Longenecker mengatakan bahwa sebutan ini  tidak hanya ambigu tetapi 

juga memiliki arti yang membingungkan (enigmatic) bagi orang-orang pada 

zaman Yesus.  pertanyaan “siapakah Anak Manusia itu?” dalam Yohanes 

12:34 memberikan indikasi ini .55  konsekuensinya, Yesus dapat dengan 

bebas menggunakan ungkapan ini  untuk menunjuk kepada diri-nya 

tanpa menimbulkan konotasi politis yang dengan kuat menguasai pemikiran 

orang-orang pada zaman-nya.


Christopher j. h. Wright mengatakan bahwa Yesus telah mengisi ungkapan 

“anak manusia” yang ambigu ini  dengan klaim Mesias: “Jesus filled this 

term with meaning that was based on his own true perception of who he was and 

what he had come for.”56  Yesus menggunakan ungkapan “Anak Manusia” 

sebagai sebutan untuk diri-nya sendiri tetapi kemudian mengisinya dengan 

makna baru.  dengan demikian, melalui ungkapan yang ambigu ini  Yesus 

telah mengklaim martabat mesianis melalui bentuk yang sangat berbeda dari 

pemahaman umum yang didambakan oleh orang-orang pada zaman-nya.

sebagaimana disebutkan di awal bahwa bagi orang Yahudi, raja yang 

akan datang ini  akan melakukan dua hal utama, yaitu membangun atau 

merestorasi bait Allah dan akan membawa israel meraih kemenangan atas 

bangsa penjajah.  n. t. Wright mengatakan bahwa daud memiliki perencanaan 

untuk membangun bait Allah; Yudas Makabeus mengalahkan siria dan 

membersihkan bait Allah; herodes mengalahkan parthia dan membangun 

kembali bait Allah; bar kokhba juga membangun kembali bait Allah.57  tetapi 

Yesus tidak melakukan hal ini .  ia tidak membangun kembali bait Allah. 

ia tidak mengalahkan Romawi, tetapi justru mati sebagai pemberontak.  israel 

tidak tertolong dan bangsa asing masih terus memerintah.  jika demikian, 

lantas dengan cara apa Yesus mengklaim kemesiasan-nya?  bagaimana Yesus 

menafsirkan ulang gagasan mesianis orang Yahudi pada zaman-nya?

Menurut n. t. Wright, sesungguhnya Yesus menunjukkan bahwa ia 

memenuhi pengharapan israel ini  melalui tindakan yang ia lakukan. 

bagaimana memahami hal ini ?  di dalam buku the Challenge of Jesus, 

ia menyebutkan bahwa ada dua tindakan simbolik yang Yesus lakukan yang 

menunjukkan bahwa ia yaitu  Mesias yang merestorasi bait Allah dan 

mengalahkan musuh israel, sebagaimana sosok Mesias yang diharapkan oleh 

orang Yahudi.

Pertama, tindakan simbolik di dalam bait Allah.  tindakan ini ia sebut 

sebagai an acted symbol of judgement.58  pertanyaannya, siapa yang sebenarnya 

memiliki otoritas menyatakan penghakiman atas bait Allah?  jawabannya 

yaitu  raja yang bertindak atas nama Allah.  dengan demikian, tindakan 

Yesus memasuki Yerusalem serta tindakan-nya di bait Allah yang mengusir 

para pedagang dan penukar uang secara implisit menunjukkan bahwa diri-nya 

yaitu  “raja.”  Menurut n. t. Wright, kisah ini paralel dengan kisah Yudas 

Makabeus yang datang ke Yerusalem dengan disambut daun palem (2Mak. 

10:7) setelah ia mengalahkan musuh dan merestorasi ibadah di tempat kudus. 

hal itulah yang menjadi dasar klaim raja atas keluarga Yudas Makabeus. 

tindakan Yesus ini harus dilihat sebagai klaim raja dalam pengertian yang 

sama.59  tindakan Yesus di bait Allah sesungguhnya menunjukkan bahwa ia 

yaitu  “pemilik” bait Allah, sehingga ia berhak untuk melakukan apa saja di 

rumah-nya sendiri seperti halnya seorang raja di dalam kerajaannya sendiri.

kemudian, di dalam satu kisah yang disebutkan dalam injil Markus, 

Yesus berkata kepada orang banyak di dalam bait Allah: “bagaimana ahli-

ahli taurat dapat mengatakan, bahwa Mesias yaitu  anak daud?  daud 

sendiri oleh pimpinan Roh Kudus berkata: Tuhan telah berfirman kepada 

tuanku: duduklah di sebelah kanan-ku, sampai musuh-musuh-Mu kutaruh 

di bawah kaki-Mu.  daud sendiri menyebut dia tuannya, bagaimana mungkin 

ia anaknya pula?” (Mrk. 12:35-37).  Melalui perkataan ini sebenarnya Yesus 

hendak meluruskan pemahaman yang telah lama dipegang oleh orang-orang 

Farisi dan ahli taurat.  Mesias yang diharapkan oleh orang Yahudi pada zaman 

itu yaitu  anak (keturunan) daud.  hal inilah yang mereka ketahui sekaligus 

diajarkan oleh ahli taurat dan orang-orang Farisi.60 Oleh karena itu, Yesus 

hendak memberi tahu kepada pendengar-nya bahwa sebutan “anak daud” 

mengandung arti yang jauh lebih luas daripada yang selama ini dipahami. 

Orang Farisi dan ahli taurat harus belajar bahwa sebutan “Anak daud” 

sebenarnya juga menunjuk kepada tuhannya daud.  ia bukanlah seorang 

manusia saja, melainkan ia juga yaitu  Allah!61  ungkapan “Anak daud” 

tidak boleh dipahami hanya sebatas keturunan daud secara daging, sebab jika 

pemahaman itu yang dipegang tentu saja hal ini  bertentangan dengan 

perkataan daud sendiri bahwa Mesias ini  yaitu  tuannya sendiri.

itu sebabnya n. t. Wright juga berpendapat bahwa bagian ini sering kali 

disalahpahami sebagai penyangkalan Yesus bahwa Mesias yaitu  dari garis 

keturunan daud.  sebenarnya untuk memahami bagian ini perlu melihat 

kembali Mazmur 110.  Pertama, mazmur ini dikaitkan dengan raja yang juga 

menjadi “imam selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.”  itulah 

sebabnya ia memiliki otoritas atas bait Allah.  Kedua, mazmur ini juga 

memberikan potret Mesias sebagai pribadi yang akan bertindak sebagai 

hakim.  dengan mengajukan pertanyaan ini , sebenarnya Yesus secara 

diam-diam menegaskan klaim bahwa ia yaitu  Anak daud yang sejati dan 

bahwa ia membawa otoritas dari Allahnya daud.62

senada dengan itu, james R. edwards juga berpendapat bahwa dari 

pertanyaan Yesus di ayat 35 ada dua hal penting yang dapat ditarik.  Pertama, 

kejadian ini  berlangsung di bait Allah, pusat ibadah israel, dan tempat 

dari otoritas sanhedrin.  Kedua, pertanyaan Yesus ini  juga ditujukan 


kepada ahli-ahli taurat, kelompok elit, dan religius dari israel.63  Yesus hendak 

menguji sejauh mana pemahaman mereka tentang Mesias.  Mesias bukanlah 

Anak daud (keturunan jasmani).  Mesias lebih besar daripada daud.  Mesias 

yaitu  raja dan Allah sendiri, dan Yesus yaitu  Mesias ini .64 

tindakan Yesus di bait Allah menunjukkan tantangan-nya atas simbol 

yang ada yaitu bait Allah.  bait Allah yaitu  simbol terbesar bagi orang Yahudi, 

dan Yesus menantangnya, bahkan mengklaim otoritas atasnya.  dengan klaim 

ini Yesus menyatakan bahwa bait Allah merupakan tempat pertemuan antara 

Allah dan umat-nya, tanda pengampunan dan harapan, tempat Allah berdiam. 

demikian pula sekarang, Yesus melalui tindakan-nya menyatakan klaim 

bahwa di dalam pekerjaan-nya, dan di dalam diri-nya sendiri, bait Allah itu 

summed up in a new and final way (diringkaskan dalam cara yang baru dan 

cara yang terakhir).65

Kedua, tindakan simbolik-nya dalam perjamuan terakhir.  perjamuan 

terakhir (the last supper) merupakan simbol yang Yesus gunakan, dalam istilah 

n. t. Wright, kingdom-feast, the new exodus feast.66  tindakan-nya dalam 

mengangkat cawan dan memecah roti merupakan suatu tindakan simbolisme 

profetik yang mengungkapkan penghakiman dan keselamatan dari Allah. 

hal ini  didukung oleh ben Witherington iii yang mengatakan bahwa 

perjamuan terakhir merupakan suatu “prophetic enacting parable.”67 

Melalui tindakan simbolis yang ia lakukan Yesus juga secara 

sengaja membangkitkan kembali tradisi eksodus (keluar dari Mesir) dan 

mengindikasikan bahwa saatnya telah tiba dan harapan israel akan terpenuhi 

melalui kematian-nya.68  jadi, para murid yang makan bersama-sama dengan 

dia dalam perjamuan ini  yaitu  orang-orang dari covenant baru, 

orang-orang yang menerima pengampunan dosa.  itulah akhir dari exile 

(pembuangan) yang sesungguhnya.  bahkan, lebih jauh menurut jonathan t. 

pennington, enacted parable dari perjamuan terakhir tidak hanya bermakna 

vertikal (perjanjian Allah dan manusia) dan eskatologi (new exodus), tetapi 

juga bermakna horizontal, sebuah komunitas perjanjian yang baru (new 

covenant community).

n. t. Wright meringkaskan kedua tindakan simbolik ini  di atas 

demikian,

in the temple and the upper room, Jesus deliberately enacted two symbols. 

the first symbol said: the present system is corrupt and recalcitrant.  it is ripe 

for judgement.  But Jesus is the Messiah, the one through whom YHWH, the 

God of all the world, will save israel and thereby the world.  and the second 

symbol said: this is how the true exodus will come about.  this is how evil 

will be defeated.  this is how sin will be forgiven.70

dengan mengambil jalan salib, maka pembuangan akan berakhir dan 

itu akan menjadi permulaan akan hari baru bagi israel dan seluruh dunia.71 

Yesus sendiri akan dimuliakan sebagai Anak Manusia yang akan datang 

kembali meskipun jalan yang ia ambil yaitu  jalan seorang Anak Manusia 

yang menderita.  Akhirnya pada bagian akhir dari pembahasan Yesus dan 

simbolisme Yahudi, n.t. Wright mengemukakan suatu pernyataan yang 

menarik:

Jesus therefore took up his own cross.  He had come to see it, too, in deeply 

symbolic terms: symbolic, now, not merely of roman oppression, but of the 

way of love and peace which he had commended so vigorously, the way of 

defeat which had announced as the way of victory.  Unlike his action in the 

temple and the upper room, the cross was a symbol not of praxis but passivity, 

not of action but of passion.  it was to become the symbol of victory, but not 

of the victory of Caesar, nor of those who would oppose Caesar with Caesar’s 

method.  it was to become symbol, because it would be the means, of the 

victory of God.

berdasarkan tindakan yang ia lakukan, Yesus sekali lagi justru mengklaim 

martabat mesianis-nya melalui sebutan “Anak Manusia.”  sebagaimana 

diketahui bahwa bagi orang Yahudi pada zaman Yesus, Mesias yaitu  seorang 

raja politik.  bagi Yesus justru sebaliknya, Mesias berarti melayani dengan 

rendah hati dan penuh ketaatan kepada kehendak Allah.  Menurut penulis, 

kekeliruan di dalam memahami konsep Mesias inilah yang menjadi alasan 

mengapa Yesus lebih suka menggunakan sebutan “Anak Manusia” untuk diri-

nya demi menghindari kesalahpahaman dari pendengar-nya dan konfrontasi 

dini dengan pemerintah Romawi apabila ia memakai sebutan “Mesias.” 

dengan kata lain, sesungguhnya dengan menggunakan sebutan “Anak 

Manusia,” Yesus melakukan reinterpretasi terhadap pemahaman mesianis 

orang-orang Yahudi.  hal ini juga ditunjukkan oleh donald Guthrie yang 

mengatakan bahwa Yesus sebenarnya mengartikan kembali gagasan tentang 

Mesias sampai murid-murid-nya dapat menyamakan Anak Manusia dengan 

Yesus sang Mesias.73  hal lain yang tidak kalah penting yaitu , melalui 

kematian dan kebangkitan-nya, Yesus menegaskan klaim mesianis-nya. 

Christopher j. h. Wright mengatakan bahwa ketika orang banyak bertanya 

tentang Mesias, Yesus justru menjawab tentang Anak Manusia!  hal ini  

membuat para pendengarnya bertanya-tanya tentang siapakah Anak Manusia 

itu, tetapi baru setelah penyaliban dan kebangkitan-nya, kemesiasan-nya 

dapat sungguh-sungguh dipahami.74 

umumnya, para murid dan pengikut-nya berharap bahwa ia akan pergi 

ke Yerusalem, menantang penguasa Romawi dan menaklukkan mereka, 

kemudian diangkat sebagai Mesias, raja israel yang sejati.  tetapi Yesus tidak 

melakukan hal ini.  ia tidak mengambil jalan kemuliaan manusia dengan 

mengumpulkan massa untuk menggulingkan penguasa, tetapi ia mengambil 

jalan sebagai “Anak Manusia” yang menderita.  ia justru pergi ke Yerusalem 

untuk menyongsong kematian-nya sendiri.  justru dengan jalan penderitaan 

itulah Yesus menunjukkan bahwa diri-nya yaitu  Mesias sejati dan hal ini  

divindikasi oleh Allah, bapa-nya, dengan membangkitkan-nya dari kematian. 

berdasarkan pandangan ini  maka penulis dapat menyimpulkan bahwa 

ungkapan “anak manusia” yaitu  bentuk reinterpretasi Yesus terhadap 

pemahaman mesianis populer (Mesias politik) yang selama ini menguasai 

pemikiran orang-orang Yahudi pada zaman-nya.

penutup

Yesus tidak memakai kata “Mesias” terhadap diri-nya karena ia 

mengetahui para pendengar-nya akan mengartikannya sebagai raja duniawi 

yang akan mendirikan suatu pemerintahan baru.  padahal, Yesus tidak 

bermaksud menjadi Mesias dalam pengertian ini .  di sisi lain, kalau 

ia secara terang-terangan menyatakan diri sebagai Mesias, maka makna 

hakiki dari kedatangan-nya ke dalam dunia akan menjadi kabur dan dapat 

memicu  konfrontasi dini dengan penguasa Romawi. 

itulah sebabnya mengapa Yesus memilih untuk memakai sebutan Anak 

Manusia daripada Mesias karena Mesias dipahami sebagai tokoh revolusioner 

dan hal ini  bertentangan dengan misi-nya.  istilah “Anak Manusia” 

sendiri memiliki makna ambigu, istilah itu dipakai dalam pL tetapi maknanya 

kabur sehingga Yesus dengan sengaja memakai sebutan ini .  demikian 

halnya dengan para murid, meskipun mereka percaya bahwa Yesus yaitu  

Mesias, mereka belum sungguh-sungguh memahami siapa Yesus sampai 

setelah kebangkitan-nya.  Walaupun mereka memiliki hubungan yang erat 

dengan Yesus, lebih dari sekali mereka memperlihatkan bahwa mereka tidak 

mengetahui maksud yang tersembunyi dari ungkapan ini .  kematian dan 

kebangkitan Yesus justru menegaskan klaim mesianis-nya.  ia telah naik dan 

duduk di sebelah kanan bapa-nya.  Yesus telah menang tetapi already-not yet 

menjadi suatu hal yang masih terus berlaku.  Yesus memang telah menang 

atas kuasa kejahatan, tetapi kejahatan itu sendiri masih terjadi sampai saat 

ini.  kemenangan akhir atas kejahatan masih menunggu sampai kedatangan-

nya kembali.