Konsep Kosmologi Hindu Dalam Teks
Bhuana Kosa adalah mengambil Konsep
TattwaRudra.TattwaRudra terjadi dari Siwa
sebagai realitastertinggi, lalu bersatu dengan
Rudra menjadi Purusa, dari Purusa lahir
Awyakta, dari awyakta lahir Buddhi,
dari Buddhi (sebagai simbol dari sattwam)
lahir Ahamkara/Ahangkara (simbol rajah),
kemudianlahirPancaTanMatrasebagaisimbol
tamas, manah (pikiran) dan Panca Maha
Bhuta.
Veda sebagai Kitab Suci Agama Hindu
digunakan oleh umat Hindu sebagai dasar
penuntun dan pedoman hidup umat didalam
melaksanakan segala aktivitas kesehariannya.
Kompleksnya pengetahuan yang tersurat dalam
Vedamembuat umat dapat mempelajari dan
memahami dengan utuh akan kebenaran serta
mengimplementasikan dengan benar pada
hidupmelaluiberbagaijalan,baikitujalankarma
yoga (jalan kegiatan), bhakti yoga (jalan
pengabdian), jnana yoga (jalan pengetahuan),
dan raja yoga (jalanmeditasi).
Salah satu kebenaran yang tersurat dalam
Kitab Suci Veda adalah ajaran atau konsep
tentang kosmologi atau penciptaan alam
semesta. Kosmologi merupakan salah satu
pengetahuan penting dalam Agama Hindu,
karena kosmologi tidak hanya memberikan
pengetahuan mengenai penciptaan alam
semesta, lebih jauh lagi kosmologi dapat
menjelaskan akan hakikat manusia yang
sebenarnya, yang selama ini masih sulit untuk
memahaminya.
Ajaran kosmologi atau penciptaan dan
pemeliharaan alam semesta merupakan
pengetahuan lanjutanmengenai hakikatTuhan
atauBrahman.Ajaran ini dapatmembukamata
manusia dalam mencoba untuk meneliti,
memahami dan pada akhirnya dapat menarik
benang merah ajaranTuhan kepada umatnya.
Di Bali, ajaran ini tersirat dalam teologi lokal.
Khususnya lontar-lontar atau teks-teksSiwaistik
selalu mengedepankan mengenai ajaran atau
pengetahuan tentang Tuhan (Siwa) dan
pengetahuan jalan dalam mencapaiNya serta
penciptaanalamsemesta,baikitubhuanaagung
maupunbhuanaalit.
Untuk itulah pengetahuan yang benar dan
mengimplementasikan juga secara tepat akan
konsep ini, khususnya mengenai Konsep
Kosmologi Hindu dalam teks Bhuana Kosa
sangat penting dikedepankanpada pemahaman
yangbenardalamkehidupansehari-harimenuju
kehidupan yang harmonis dan peningkatan
bhakti umat kepadaTuhan.
II. PEMBAHASAN
2.1 Kosmologi Hindu
Kosmologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajaritentangseluk belukalamsemesta.
Istilah kosmologi dalamAgama Hindu dapat
disejajarkan dengan istilah Virat vidya, karena
viratsama artinya dengan kosmos atau alam
semesta,danvidyaadalah artinya pengetahuan
(Donder, 2007:77).
KosmologiHindumerupakanpengetahuan
tentang segala sesuatu yang berhubungan
denganalamsemesta.Dalamajarankosmologi
Hindu, alamsemestadibangundarilimaunsur,
yakni: tanah (zat padat), air (zat cair), udara
(zat gas), api, dan ether (akasa). Kelima unsur
tersebut disebut Panca Maha Bhuta atau lima
unsurmateriyangmembentukalamsemestaini.
2.2 Teks Bhuana Kosa
BhuanaKosa termasuk jenis Tutur yang
keadaan sloka Sanskertanya cukup bagus dan
jumlahnyapun cukup banyak. Bahkan lebih
banyak dari terjemahannya atau komentarnya
dalambahasaJawaKuna.BhuanaKosaadalahtekstertua yangmasih ada sebagai pedoman
paraPendeta penganut ajaran Siwa-Siddhanta.
Siwa Siddhanta di sini adalah merupakan
bentuk baru dari Siwa – Paksa yang dalam
kurun waktu tertentu menerima / menyerap
unsur-unsur darisekta-sekta lain yang pernah
berkembang di Bali. Sehingga antara Siwa
Siddhanta yang ada di Bali dengan Siwa
Siddhanta yang ada di India adalah berbeda.
Bhuana Kosa merupakan lontar tertua yang
memuat tentang konsep Siwa Tattwa di Bali,
makainiberartibahwa ide ataukonseptentang
hakekat Bhatara Siwa itu adalah bersumber
darilontarBhuanaKosa, dengan kata lain teks
Bhuwana Kosa adalah merupakan babon
(induk) dari teks-teks Siwaistis yang adadi
Indonesia.
Teks Bhuana Kosa menggambarkan
ajaran rahasia Siddhanta secara terstruktur
tertuang dalam bentuk patalah (bab).Jumlah
slokamasing-masing patalah berbeda-beda.
Patalah yang slokanya paling sedikit terdapat
padapatalahVI,sedangkanpatalahyangpaling
panjang terdapat pada patalah III. Masingmasingpatalah(bab)dalamlontarinimembahas
mengenai topik-topiktertentu.
Bhuana Kosa merupakan nama sebuah
lontar yang dapat dikatakanatau digolongkan
sebagaijenistattwa ataututuryang dipandang
sebagai lontartertua, dan merupakan sumber
lontar-lontartattwayangbercoraksiwaistik
lainnya, seperti: Wrhaspatitattwa, Tattwam
Jnana, Sanghyang Maha Jnana, Ganapati
Tattwadan lainnya. LontarBhuanaKosa ini
terdiri atas 11 bab yang disebut dengan
patalah,denganjumlahslokasekitar491sloka.
LontarBhuana Kosa terdiri atassebelas
bab atau patalah yang terbagi menjadi dua
bagianyaitu:
1. BagianBrahmaRahasyamterdiridarilima
bab, yaitu bab Isampai V
2. Bagian JnanaRahasyamterdiridari enam
bab, yaitu bab VIsampai XI
Setiap bab panjangnya berbeda-beda dan
memilikijudultersendiri.Susunannyaberurutan
dari patalah Isampai XI, namun patalah VI,
VII dan VIII kembali menggunakan istilah
Pratamah Patalah dan seterusnya. Patalah IX
danX kembalimenggunakanNawami Patalah
dan Dasamah Patalah. PatalahXI hanya berisi
namajuduldengantidakmencantumkananama
urutan patalahnya,sehinggaBhuana Kosa itu
seakan-akan terdiri atas 10 patalah.
Dalam Teks Bhuana Kosa terdapattiga
tokoh yangmelakukan dialog.Dialog pertama
berlangsungantaraBhatara (Dewa)Mahadewa
denganResi Bhargawa dan dialog berikutnya
antara Bhatara Mahadewa dengan Bhatari
Uma. Bhatara Mahadewa merupakan tokoh
utama (primer)sedangkanBhatari Uma dan
ResiBhargawamerupakantokohsekunderatau
pendukung.
StrukturTeksBhuanaKosa disusundalam
bentuk dialog antaraResiBhargawa danDewa
Mahadewa mengenai kebenaran. Resi
Bhargawa sebagai murid sedangkan Dewa
(Bhatara)Mahadewasebagaiguru.Dialogyang
terjadi antara Dewa dengan Resi Bhargawa
berakhir sampai patalah V yang kemudian
dilanjutkan dengan dialog antara Bhatara
dengan Bhatarisampai patalah XI (terakhir).
Dialog antara Resi Bhargawa, Bhatara dan
Bhatari menguraikan tentang keberadaan
tertinggi Siwa yang harus dicari oleh mereka
yang tekun, para pendeta, dan para yogi.
Melalui sebuah pengetahuan yang tertuang
dalam Siddhantalah orang akan mencapai
kelepasan dan menyatu dengan Sang Hyang
Siwa.
2.3 Konsep Kosmologi Hindu Dalam Teks
Bhuana Kosa
Teksini juga menjelaskan bahwaTuhan
dalam Bhuana Kosa disebut dengan Bhatara
Siwa. Beliau Maha Esa, tanpa bentuk, tanpa
warna,tidakterpikirkan,tidaktercampur,tidakbergerak, tidak terbatas dan sebagainya. Hal
inisesuai dengan penjelasan Bhuana Kosa, I.
19,sebagai berikut:
Tan karektan mala, tan palwir, tan
pagâtra, wyâpaka,
yonggwan Sang Hyang Acma Å’iwa, tan
pacala, wiœeca ya.
Terjemahannya :
Tanpa noda, tanpa wujud, tanpa rupa,
tetapi menguasai/memenuhi alam. Itu
tempat bersemayam Sang Hyang Asta
Siwa, sangat utama tanpa cela.
Daripenjelasantersebutdapatdiketahui
bahwaTuhan dalamwujudnya sebagai Sang
Hyang Siwa memiliki berbagaisifatsebagai
pencipta alamsemestaini,salahsatucontohnya
adalah sifat dalam Cadhu Sakti yaitu Wibhu
Sakti. Wibhu Sakti atau yang mengandung
pengertian bahwa Tuhan itu Maha Ada,
meresapidanmemenuhialamsemestainitanpa
celasedikitpun.
Kosmologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajaritentangselukbelukalamsemesta.
Istilah kosmologi dalamAgama Hindu dapat
disejajarkan dengan istilah Viratvidya, karena
viratsama artinya dengan kosmos atau alam
semesta,dan vidyaadalah artinya pengetahuan
(Donder, 2007:77).
Alamsemesta selain disebutdenganvirat,
juga disebut bhuana agung atau jagat raya.
Bhuana berasal dari bahasa Sanskerta bhuana
(bhu) yang artinya bumi, material atau benda;
dan kata agung berasal dari bahasa JawaKuno,
yaitu dari kata (geng, gong dan ageng) yang
artinya besar.Dengan demikian kata bhuana
agung berarti bumi yang besar atau alam
semesta. Sedangkan kata alamsemesta berasal
dari gabungan bahasa Arab dan bahasa
Sanskrta, kata “alam” berasal dari bahasa arab
yang artinya semua ciptaan yang ada ini dan
kata “semesta” berasal dari bahasa Sanskrta
yaitusamasthayangartinyakeseluruhan.
Jagat (jagad) raya berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu dari kata jagat yangartinya
benda, materi, dunia, sedangkan kata raya
artinya besar. Jadi jagat raya adalah dunia,
materi, benda yang ada seluruh ciptaanTuhan
yang ada di alamsemesta ini, dengan kata lain
jagatraya adalah alamsemesta beserta seluruh
ciptaanNya.Jadi bhuana agung, alam semesta
danjagatrayamengandungartiseluruhciptaan
Tuhan.Adapun rangkaian Kosmologi Hindu
DalamTeksBhuanaKosa sebagai berikut:
1. Ciptaan (TattwaRudra)
Ciptaan terjadi karena bersatunya Rudra
dan Siwa, namun persatuan inimasih sangat
murni dan abstrak, tak seorangpun yang dapat
membayangkan keberadaannya. Bersatunya
Rudra dengan Siwa disebut dengan Purusa.
Adapun keberadaan Siwa Rudra diuraikan
sebagaiberikut.
Bhatara Rudra satmya kalawan
Bhatara Siwa, nirmala sira, sira ati
niskala, sangkari bhatara Rudra, mijil
tang Purusa, Brahma katatwanira,
kadi teja ning aditya, sira ta prabhu
(Bhuana Kosa, III.1)
Terjemahan:
Sang Hyang Rudra bersatu dengan Sang
Hyang Siwa, beliau sangat suci,sangat
abstrak, dari pertemuan inimuncul purusa.
Ia sendiri adalah Brahma, bagaikan sinar
yang terang benderang, Ia adalah
penguasa.
Purusa berartilaki-laki,manusia asal, yang
pertamamenciptakan badan. Purusa adalah (1)
seorang laki-laki sejati, pahlawan,manusia
ulung, (2) jiwa atau roh pada manusia,Yang
Maha Kuasa atau jiwa alamsemesta,(3) alat
kelamin laki-laki, penis, lingga (Zoetmulder,
1995: 886).
Teks Bhuana Kosa menyatakan bahwa
Purusa lahirsebagai akibat bersatunya Rudra
denganSiwa.Pemikiran yang terdapat didalam
BhuanaKosa adalahbahwaPurusadanPrakrti
dapatmenciptakarena adayangmemunculkan
yaitu Siwa. Tanpa Siwa, Purusa dan Prakrtitidak mungkin ada. Meskipun purusa dan
prakrti merupakan sumber awal dari semua
penciptaan, namun tetap sumber tersebut ada
yangmemunculkan,yakniTuhanatauSiwa itu
sendiri.
Dalam purusa sukta dikatakan bahwa
purusa dihubungkan dengan badan-penyebab
total, TuhanAlam Semesta (Iswara). Ketika
Purusaberekspresi dengan badan penyebab,
ia diidentifikasisebagai pencipta alamsemesta
(hiranyagarbha). Ketika ia diproyeksikan
melalui total gross body, Ia disebut sebagai
Virat.Bentukkosmikdariviratinilahdinyatakan
sebagai purusa (Chinmayananda, 2004:4).
Seperti yang tersirat dalam teks purusa sukta
sebagaiberikut:
Sahasra-seershaa purusha-h sahasraaksha-h sahasra-paath
Sa-bhoomim viswatho Vrittwa atyatishtath dhasangulam
(Purusa Sukta,1)
Terjemahan:
Ia,Tuhan alam semesta, Purusa, dengan
seribu tangan, seribu mata, seribu kaki,
menyelimutiseluruhalamsemesta,namun
masihberjaraksepuluhincidibaliknya.
Dijelaskan bahwa dengan, ribuan kepala,
tangan, kaki danmatanya, Purusamenyelimuti
alam semesta, dalam artian kepala bukanlah
kepala, mata bukan mata, kaki bukan kaki,
tetapi yang dimaksud adalah fungsi. Organ
harusmemilikiduahalyaitustrukturdanfungsi.
Kalauhanya strukturtidak dapatdisebut organ.
Jika hanya struktur patungmanusia bisa saja
disebutsebagaimanusia.Oleh karena itumata
harus memiliki fungsi, harus ada yang
menghidupi yakni kesadaran. Kesadaran ini
adalah sang diri. Sang diri inilah yang
memberikan power of vision kepada mata,
demikian juga yang lainnya (Chinmayananda,
2003:7).
Rangkaian penciptaan yang tersirat dalam
TeksBhuana Kosa sangatsederhana, karena
hanya menampilkan purusa yang kemudian
melahirkan Brahmandam, lalu dari benih
universal inimelahirkan seluruh alamsemesta.
Namun,TeksBhuanaKosamenyatakanbahwa
purusamelahirkan sesuatu yang abstrak yang
tidak dapat dibayangkan oleh pikiran dan
sifatnyasangatgaib.Turunandaripurusaadalah
awyakta.Adapun pernyataan tersebutsebagai
berikut:
Sangke sang purusa, mijil tang
awyakta, wisnu tatwanira, tan
kawenang ginrahya dening indriya, tan
kawenang hinangen-angen meweh
kawruhannira, tamo bhuta sira, tan
pacettana sira
(Bhuana Kosa, III.2)
Terjemahan:
Dari purusa lahirlah sesuatu yang tidak
tampak (awyakta), sesungguhnya itu
disebut Wisnu, tidak dapat dijangkau
dengan panca indria, tidak dapat
dibayangkan,sangatsulituntukmengetahui
beliau, keberadaan beliau adalah tamah,
tanpa kesadaran.
Purusa sifatnya pasifsehingga tidak dapat
mencipta sehingga setelah adanya prakrti
barulah Ia dapat menciptakan seluruh alam
semesta ini, TeksBhuana Kosa menyatakan
bahwa turunan dari pertama sampai kedua,
masih sangat halus dan tidak terjangkau,
sehingga dalam teks ini memilikikeunikan
sendiri, dimana tingkatan-tingkatan yang
terdapat dalam sesuatu yang tak terpikirkan
masih dapatdiuraikansecara lebih detail.
Dari awyakta inilah segala sesuatu yang
bersifatmulaimuncul.Batas antaraRudra-Siwa
yangtenang,pasif,dan tidak terjangkaudengan
ciptaan yang telah memiliki sifat dan aktif
terletak pada awyakta.Awyakta sendiri artinya
sesuatu yang tidak tampak. Sesuatu yang tidak
tampak merupakan batas antara Siwa dengan
ciptaanyangtelahbersifat.
Segala sesuatu muncul dari awyakta,
karena Ia adalah prakerti atau pradhana. Teks
BhuanaKosamenyatakan sebagaiberikut:Ikang awyakta ya pinaka pradhana,
wesnawi wijania, ring hatisthana, Ong
Sang Namah
(Bhuana Kosa, III.15)
Terjemahan:
Awyakta itulah pradhana, manifestasinya
adalah Wisnu, bersemayam dihati, Ong
Sang aksarasucinya.
Pradhanamunculdaripurusa,purusatanpa
pradhana tidaklahmungkin mencipta sebab Ia
adalah sumber asli alam semesta, roh yang
merupakanperwujudanpertama dari asas atma
(Ananda, 2004:63). Pradhana berarti(1) benda
atau orang utama, bagian yang paling penting
atauperlu,utama,dalamtempatyangpertama,
(2)benihyangpertama,sumberaslibendaalam
semesta, sifat dasar yang tidak atau belum
berkembang (Zoetmulder,1995:835).
DalamteksTantra, prakrti disebut dengan
sakti, karena berhubungan dengan aspek
pemujaan. Sakti (Dewi, aspek feminim dari
Tuhan) dipuja oleh para penganutsekte. Sakti
ini adalah saguna (dengan atribut) dan nirguna
(tanpa atribut).DalamaspekNya sebagai dewi
dalam wujud kesadaran, Ia memunculkan
makhluk hidup dan melaluiNya sebagai dewi
dalamwujud ananda (kebahagiaan),Brahman
memunculkandiriNya, saktimenyelimutiseluruh
alamsemesta.DariBrahma Saktimuncul nada
dankemudiandarinadamunculbindu.Dengan
menggambarkan dewi sebagai mulamantratmika, badan halusNya dibicarakan. Siwa
terperangkap dalam jaringan maya dan
kekuatan laten sakti yang khayal tersebut
dinyatakansebagai bindu Illahi.Binduinibulat
dan ditengah-tengahnya merupakan stana
Brahman.
Sakti adalah bentuk dari maya dan
mulaprakrti. Melalui kekuatan maya ini,
Brahman menyembunyikan wujudNya dan
muncul dalammanifestasi yang berbeda-beda.
Sakti juga bisa disebut sebagai maya, maha
maya, dewi, prakrti dan lain sebagainya. Ia
adalah keduanya baikwidyamaupun awidya,
sebagai awidya Ia hadirsebagairintangan dan
sebagaiwidya,Iamemutusrantaikelahirandan
kematian danmemberikankebebasan.Sebagai
Maha dewi, sakti eksis dalam wujud yang
berbeda seperti Saraswati, Laksmi, Durga,
Kali, Annapurna, Sati, Uma, Parvati dan
sebagainya.Wujud sakti tidak terbatas dan Ia
meliputiseluruhalamsemesta.
Tanpa sakti, Brahman tidak dapat
menciptakanalamsemestabeserta isinya.Benih
menjadi tumbuh subur ketika tersedia lading
yang subur pula. Brahman dalam
keberadaannya selalu pasif,sedangkan prakrti/
sakti tentu bersifat aktif. Tuhan dalam wujud
aktif inilah yang dipuja oleh para penganut
sakta/ sekte. Perwujudan dari sakti adalah
dewi,feminim, perempuan.Wujud inilah yang
merupakan simbolpemujaan dari para penganut
sekte.
Ciptaan berikutnya adalah dari awyakta
lalumuncullahsesuatuyangdisebutbuddhidan
seterusnya. Adapun secara lebih lengkap
dijelaskan dalamTeksBhuanaKosa sebagai
berikut:
Sangkaring awyakta, mijil tang buddhi,
kuning warnannira, satwa pinaka
swabhawanira,wisesa sira,sangkaring
buddhi, mijil tang ahangkara, bang
warnannira, rajah pinaka swabhawanira
(Bhuana Kosa, III.3)
Terjemahan:
Dari awyakta lahirlah buddhi, warnanya
kuning, mempunyai sifat kebenaran
(satwa), ia sangat utama. Dari buddhi
lahirlah ahangkara, warnanya merah,
mempunyaisifatselaluingin(rajah).
Awyakta memunculkan buddhi dan dari
buddhilahir ahangkara yang telah dimasuki
Tri Guna tidak memiliki pengaruh. Awyakta
tidakdipengaruhioleh sifatini,sehingga sangat
kekal. Sedangkan dalam samkhya, pradhana
adalah asas materi penyebab segala ciptaan
yangberubah-ubahyangterdiridaritigaelemensubstansial, yaitu sattwam, rajas dan tamas.
TeksBhuanaKosa tidakmenjelaskan tentang
citta dan tri guna.Teksinimenyatakan bahwa
buddhilahirdariawyaktayaitudaripradhana/
prakerti dan buddhilangsungmengambilsifat
sattwa guna.Buddhi adalah intelek,memiliki
karakter ambivalen: baik-buruk, tahu-tidak
tahu,sadar-tidaksadar,ingat-tidakingat.Dalam
buddhi tersimpan karakter baik dan buruk,
pengetahuan yang benar dan tidak benar
(Ananda, 2004:68).
Buddhi disebut juga mahat. Buddhi
adalah asas kejiwaan,sedangkanmahat adalah
asaskosmis.Buddhi adalah zat yang halusdari
segala proses mental, dan kecakapan untuk
membeda-bedakan.Buddhi berfungsi untuk
pertimbangan, dan memutuskan segala yang
diajukan alat persepsi. Buddhi adalah unsur
kejiwaan tertinggi, unsur terakhir bagi segala
macamperbuatanmoraldanintelektual.
Dari buddhi lahirlah ahangkara.
Ahangkara artinya kepribadian, diri yang
egoistik, egoisme, kebanggaan dan sombong.
Dalam ahangkara terjadi pengidentifikasian
“aku dan milikku”. Ahangkara ini adalah asas
individuyangmembedakanantaraindividuyang
satudenganindividuyanglain.
Ahangkara merupakan buddhi yang
berkembang karena rasa “keakuan”. Karena
ahangkara,segala sesuatu menjadi memiliki
latar belakang sendiri-sendiri.Apa yangmenjadi
milikku berbeda dengan milik orang lain.
Disinilah fungsi dari ahangkara sebagai
pembeda.
Tahap berikutnya setelah ahangkara
adalah memunculkan Panca Tan Matra dan
seterusnya, seperti yang tersirat dalam Teks
BhuanaKosa sebagai berikut:
Sangkeng Ahangkara, mijil tang Panca
Tan Matra, hireng warnanira, tamah
pinaka swabhawanya,saking panca tan
matra, mijil tang manah, sangkalpa
gawenya,manah kalpa, nga,mamilang,
mangen-angen swabhawanya, nahan
dadinya, sangkalpa wikalpa.
(Bhuana Kosa, III.4)
Terjemahan:
Dari ahangkara lahirlah lima benih
kehidupan (Panca Tan Matra), warnanya
hitam,memilikisifattamah.Daripancatan
matra lahirlah manah, yang berkegiatan
berupa hasrat atau keinginan.Manah kalpa
berarti selalu menghitung-hitung dan
berangan-angan sifatnya. Itulah yang
menimbulkankeinginandankebimbangan.
Ahangkaramelahirkan panca tanmatra.
Panca tan matra adalah lima benih kehidupan,
yakni sabda, sparsa, rupa, rasa dan gandha.
Benih-benih ini melahirkan organ-organ indria
panca karmendria, panca budhi indria dan
panca maha bhuta. Dalam teks Wrhaspati
Tattwa jugamenyatakan hal yang sama.Tetapi
dalamteksini tidakmenampilkanmanah lagi,
dariTanMatra langsungpada indria,sedangkan
dalamTeksBhuana Kosa setelah munculnya
panca tanmatra lahirlagimanah.
Manahadalahpikiran.Tempatmengalirnya
berbagai aliran pikiran yang disebut dengan
pikiran. Emosi juga merupakan bagian dari
pikiran, seseorang yang didominasi oleh
pikirannya akan sangat sulit mengambil
keputusan dan sering dirundung oleh berbagai
perasaan,senang dan tidak senang. Selanjutnya
Teks Bhuana Kosa menyatakan sebagai
berikut:
Sangkeng manah metung akasa, wahya
ya, sabda gunanya. Sangkeng akasa
metu bayu, sabda sparsa gunanya.
(Bhuana Kosa, III.5)
Terjemahan:
Dari manah lahirlah akasa wujud
lahiriahnya, bermakna suara, dari akasa
lahirlah bayu (udara),sifatnya suara dan
sentuhan.
Panca Maha Bhuta muncul dari manah,
dalam artian panca maha bhuta tidak muncul
bersamaan muncul dari manah, melainkan
melalui urutan-urutan dari yang terhalussampai
yang terkasar.Unsur-unsur pancamaha bhutadariyangterhalusmelahirkanunsuryangkasar.
Akasamunculdarimanah,udara(bayu)muncul
dari akasa, dan seterusnya seperti yang tersirat
dalamteks bhuana kosa berikutini:
Sangkeng bayu metung agni, sabda
sparsa rupa gunanya, sangkeng agni
metung apah, sabda sparsa rupa rasa
gunanya.
Sangkaring apah metu pertiwi, sabda
sparsa rupa rasa gandha gunanya,
nahan tang tattwa rwa welas kwehnya;
Rudra, Purusa, Awyakta, Buddhi,
ahangkara, Panca Tan Matra, manah,
akasa, bayu, agni, apah, pertiwi, nahan
ta lwir nikang tattwa, Sa, Ba, Ta, A, I,
wijanya.
tersirat dalam Teks Bhuana Kosa sebagai
berikut:
Nihan wibhaga bhatawa munggwirikang tatwa kabeh, sarwajna ngaranira yan andel ing pertiwi, bhawa
ngaranira yan andel ing toya, pasupati
ngaranira yan andel ing Sang Hyang
Agni, Isana ngaranira yan umandelring
bayu.
(Bhuana Kosa, III.9)
Terjemahan:
Begini gelarBhatara yang berbeda-beda,
yangterdapatdalamsemuatatwa.Bergelar
sarwajnabilapadapertiwi,bhawabilapada
air,pasupatibilapadaapi,isanapadaangin.
Terjemahan:
(BhuanaKosa,III.6-7) Bhima ngaranira yan haneng akasa,
kinahanan ta sira dening asta guna,
Dari bayu lahirlah agni (api), bermakna
suara, sentuhandanrupa.Dariagnilahirlah
apah (air), bermakna suara,sentuhan,rupa
dan rasa.
Dari apah lahirlahpertiwi(bumi),memiliki
kodrati suara, sentuhan, rupa, rasa, dan
bau.Itulah dua belastattwa yakni:Rudra,
Purusa, Awyakta, Buddhi, ahangkara,
Panca Tan Matra, manah, akasa, bayu,
agni, apah, pertiwi, itulah perincian tattwa
itu.Aksara sucinya: Sa, Ba,Ta,A, I.
Api lahir dari udara, kemudian api
memunculkan air, dan dari air memunculkan
bumi. Sifat yang dimilikinya semakin banyak.
Semakin kebawah dari turunan manifestasi ini
maka semakin lengkap sifat yang dimilikinya,
artinya sifat-sifat dari manifestasi atasan akan
dimiliki secara otomatis oleh manifestasi
bawahan.
Proses penciptaan menurut Teks Bhuana
Kosa terjadi melalui dua belas tahap yang
disebut dengan Tattwa Rudra. Sang Hyang
Siwameresapiseluruh tattwa tersebut. Siwa
yang meresapi keseluruhan tahap penciptaan
tersebut memiliki gelar berbeda-beda menurut
tahap dari penciptaan itu sendiri. Seperti yang
mahadewa ngaranira yan haneng
manah, tan pawak, ugra ngaranira yan
haneng panca tan matra, Rudra
ngaranira yan haneng teja, makawak
ahangkara.
(Bhuana Kosa, III.10)
Terjemahan:
Bila pada akasa bergelar bhima. Beliau
memiliki delapan sifat yang istimewa.
Bergelar mahadewa bila pada pikiran,
tanpa wujud. Bergelar ugra pada panca
tan matra, bergelar Rudra apabila pada
cahaya berwujudkanahangkara.
2. Siklus Kosmologi (Penciptaan Alam
Semesta)
SemuaunsuradaSangHyangSiwa,unsurunsurtersebut akhirnyakeluardariSiwa.Unsurunsur yang ada menjadi kekal adanya karena
unsur tersebut merupakan perwujudan dari
Siwa.Inimenandakan bahwa tidak ada awal
dan akhir dalamsebuah penciptaan.Dikatakan
demikian karena Siwa itu kekal, penciptaan
akan terus ada dan kembalinya kedalam Siwa
jugaakanselamanyaterjadi.TeksBhuanaKosa
menyatakan sebagaiberikut:Mangkana pwa Bhatara Siwa, irikang
tattwa kabeh, riwekasan lina ri sira
muwah, nihan drestopamanya, kadyangganing wereh makweh wijilnya,
tunggal ya sakeng wway
(Bhuana Kosa, III.69)
Terjemahan:
Demikianlah Sang Hyang Siwa pada
semua unsur, pada akhirnya semuanya itu
akanlenyapkembalikepadabeliau.Begini
ibaratnya, seperti buih banyak sekali
muncul, tetapisumbernya satu yaitu daru
air.
Teori penciptaan dalam Teks Bhuana
Kosa adalah siklus.Kemunculan alamsemesta
lahir darisifatnya yang paling halus kemudian
memanifestasi kedalam sifat yang lebih kasar
sehingga akhirnya terbentuk.Pada saat yang
paling kasar terbentuk dimana semuanya
merupakan belenggu dari kehidupan, maka
terdapat lagi kerinduan untukmenyatu kembali
dengan Tuhan. Pada saat berada pada siklus
yang paling rendah, maka segala jenis
penderitaan hidup akan hadirsehingga ada niat
yang kuat untuk menghadirkan kebahagiaan.
Keinginan atau niat tersebutlah memunculkan
adanya berbagai metode pemujaan maupun
berbagai filosofi mengenai hakikat dari
kebahagiaan yang sejatitersebut.
Penciptaan, pemeliharaan dan peleburan
terjadi setiap saat dimana semuanya hanya
diketahuiolehSiwa.Siwalahpenguasa atasTri
Murti ini. Hal inilah mengapa Siwa memiliki
julukan,antaralain:Brahmapadasaatmencipta,
Wisnu pada saat memelihara, danRudra pada
saat melebur. Seperti yang tersirat dalamTeks
BhuanaKosa sebagai berikut:
Lwir Bhatara Siwa magawe jagat,
Brahma rupasiran panresti jagat, Wisnu
rupa siran pangraksa jagat, Rudra rupa
sira mralayaken rat, nahan tawak nira
tiga, bheda nama.
(Bhuana Kosa, III.76)
Terjemahan:
Keadaan Sang Hyang Siwa pada waktu
menciptakan dunia, berwujud Sang Hyang
Brahma pada waktu menciptakan dunia,
berwujud Sang HyangWisnu pada waktu
memeliharanya, dan berwujudSangHyang
Rudra pada waktu melebur dunia.
Demikian tiga wujud beliau dengan nama
yang berbeda.
Sakweh ning jagat kabeh, mijilsangkeng
BhamâraÚiwaika,lînaring
Bhamâra Úiwa ya. Iti Brâhmâ Rahasya
nâmaúastram,tretiyahpamalah.
Terjemahannya :
Seluruh alam (beserta isinya)muncul dari
SangHyangSiwa dan lenyap juga kepada
Sang HyangSiwa.
Siwa sendirilah sesungguhnya yang
melakukan penciptaan, pemeliharaan dan
peleburan sekaligus, namun beliau dijuluki
dengan banyak nama sesuai dengan fungsinya.
Brahma,WisnudanRudra adalahSiwa sendiri
dengan nama yang berbeda. Siwa meresapi
seluruhnya baik yang tampak maupun yang
tidak tampak. Ia adalah sumber dari segala
sumber dan tidak ada yang terlewatkan
bagiNya. Tuhan menciptakan alam semesta
melalui proses yang disebut dengan Tattwa
Rudra. Maka setelah semua terbentukyang
muncul dari Tuhan sendiri akan kembali
kedalamdiriNya.
Proses Penciptaan Alam Semesta menurut
lontar Bhuana Kosa :
Salah satu kebenaran yang tersurat dalamKitabSuciVedaadalah ajaran atau konsep tentang
kosmologi atau penciptaan alamsemesta.Kosmologimerupakan salah satu pengetahuan penting
dalamAgamaHindu,karenakosmologitidakhanyamemberikanpengetahuanmengenaipenciptaan
alamsemesta,lebihjauhlagikosmologidapatmenjelaskanakanhakikatmanusiayangsebenarnya,
yangselamainimasihsulituntukmemahaminya.
Ajaran kosmologi diBali ini tersurat dalamteologi lokal. Khususnya lontar-lontar atau teksteks Siwaistik selalu mengedepankan mengenai ajaran atau pengetahuan tentangTuhan (Siwa)
danpengetahuanjalan dalammencapaiNya sertapenciptaan alamsemesta, baik itu bhuana agung
maupunbhuanaalit.
Untuk itulah pengetahuan yang benar danmengimplementasikan juga secara tepat akan
konsep ini, khususnyamengenaiKonsep Kosmologi Hindu dalamteksBhuanaKosa sangat
penting dikedepankan pada pemahaman yang benar dalam kehidupan sehari-hari menuju
kehidupanyang harmonisdan peningkatanbhakti umatkepadaTuhan.KonsepKosmologiHinduDalamTeksBhuanaKosa adalahmengambilKonsepTattwa
Rudra.TattwaRudraterjadidariSiwa sebagairealitastertinggi,lalubersatudenganRudramenjadi
Purusa, dari Purusa lahirAwyakta, dari awyakta lahirBuddhi, dariBuddhi(sebagaisimbol dari
sattwam)lahirAhamkara/Ahangkara (simbol rajah), kemudian lahir Panca Tan Matra sebagai
simboltamas,manah (pikiran) danPancaMahaBhuta.
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)





