Letak geografis dunia muslim
berada di antara Cina, Korea dan Jepang
pada sisi timur; antara Rusia pada sisi utara;
dan sub-sahara Afrika dan Australia di
bagian selatan. Fakta geografis ini
menetapkan dunia muslim sebagai bangsa
tengah (middle nation) yang dapat menjadi
jembatan empat penjuru dunia, bahkan menjadi jembatan peradaban Timur dan
Barat. (Bakar, 2003: 3-4)
Sebagai bangsa tengah, dalam
konteks teologis umat Islam sebagai
ummatan wasatan yaitu orang-orang yang
mengambil jalan tengah, sebagaimana
disebutkan dalam al-Qur`an surat AlBaqarah ayat 143 (Departemen Agama,
1989: 39) yang berbunyi:
ِÙ„ َÙƒ
َÙˆ Ù‰ َكذَ
ْوا Ø´ُ َÙ‡ َدآ َØ¡ َعلَ
ًطا ِلتَ ُÙƒْونُ
َوسَ
َّمةً
ُ
َجعَÙ„ْÙ†َا ُÙƒْÙ… Ø£
ْÙŠ ُÙƒْÙ… َØ´ ِÙ‡ ْÙŠ ًدا َÙˆ َما َجعَÙ„ْÙ†َا
َّر ُس ْÙˆ ُÙ„ َعلَ
النَّا ِس َويَ ُÙƒْÙˆ َÙ† ال
َÙ… َÙ… ْÙ† ÙŠَّ
ْعلَ
ِلنَ
ْÙŠ َهآ Ø¥ِالَّ
الَّتِÙŠ ُÙƒْÙ† َت َعلَ
ِÙ‚ْبلَØ©َ
َّر الْ
تَّب ُس ْÙˆ َÙ„ ِ ُع ال
Artinya: Dan demikian (pula) Kami
telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
yang adil dan pilihan agar kamu menjadi
saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kamu. dan Kami tidak
menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami
mengetahui (supaya nyata) siapa yang
mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.
dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa
Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang
telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah
tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang kepada manusia. (Q.S.
al-Baqarah: 143)
Gagasan sebagai bangsa tengah
merupakan konsep untuk memahami sifatsifat dan identitas peradaban Islam yaitu
humanitas umum, kebaikan universal
manusia, universalitas kasih Tuhan kepada
ras manusia, kearifan etnik dan kultural,
kooperasi inter-kultural, keadilan sosial
global dan tanggung jawab umum untuk
melindungi bumi. (Bakar, 2003: 5-6). Islam
sebagai suatu peradaban, dalam sejarah
telah menampilkan berbagai elemen dan
sifat yang kemudian bisa diterima secara
universal di dunia modern. Kontribusi
Islam telah dapat mendinamisasi peradaban
dunia.
Dalam sinaran ide pertengahan
ummatan wasatan, Islam telah
membicarakan dan mengembangkan relasi
dengan peradaban lain, mempelajari dan
mengambil ide-ide dari mereka, mensintesa
dan mengembangkannya,
menyemaikannya dalam bentuk yang lebih
baru dan maju. Islam mengambil sains,
teknologi dan filsafat kemudian
mengembangkannya guna menghasilkan
ilmu yang bersifat global dari segi sifat dan
cakupannya serta memiliki pengaruh kuat
terhadap lahirnya Renaissance Eropa dan
lahirnya ilmu modern Barat. (Bakar, 2003:
3-14).
Metode Penelitian
Dinamakan penelitian kepustakaan
karena data yang diteliti berupa naskahnaskah yang bersumber dari khazanah
kepustakaan (Nazir, 1985: 111). Dengan
maksud bahwa berbagai data yang
dikumpulkan berasal dari berbagai literatur
yang berhubungan dengan interaksi duniaIslam dan Barat sebagai sumber data utama
dan beberapa jurnal, buku, artikel, makalah
dan hasil-hasil penelitian lainnya yang
relevan dengan fokus penelitian ini.
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan penelitian
kepustakaan (library research) dengan
metode penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif dalam usaha untuk mengungkap
suatu masalah atau peristiwa sebagaimana
adanya. Hasil penelitian ditekankan pada
gambaran secara objektif tentang keadaan
yang sebenarnya dari objek yang diteliti
(Nawawi, 1993: 31). Penelitian
kepustakaan (library research) yaitu
serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengolah
bahan penelitian. (Zed, 2004: 3)
Penelitian ini menggunakan
pendekatan metodologi sejarah dengan
empat langkah: pertama, heuristik, yaitu
proses mencari sumber-sumber data yang
diperlukan; kedua, kritik terhadap sumber,
terdiri dari kritik intern dan ekstern. Kritik
intern yaitu pengujian terhadap isi atau
kandungan sumber. Sedangkan, kritik
ekstern ialah menguji kredibilitas,
otentisitas, orisinalitas, serta relevansi
sumber data. Kritik bertujuan menyeleksi
data menjadi fakta; ketiga, interpretasi yaitu
upaya menafsirkan dengan mencari
hubungan antara pelbagai fakta yang
ditemukan; keempat, historiografi yaitu
tahap penulisan sejarah menjadi kisah atau
cerita sejarah (Kuntowijoyo, 2006: 15)
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi. Maksudnya yaitu
pengumpulan data dengan melihat dan
menyeleksi dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subjek penelitian atau orang
lain. (Herdiansyah, 2010: 143)
Mendokumentasikan data dari berbagai
literatur mulai dari buku-buku yang
berkaitan dengan interaksi dunia Islam dan
Barat yang berkaitan dengan pemikiran,
peradaban dan pendidikan Islam, artikel,
makalah, jurnal, internet dan hasil-hasil
penelitian yang berkaitan dengan objek
penelitian yang dapat memberikan
informasi terhadap penelitian ini.
Teknik analisis data yang
digunakan ialah content analysis (analisis
isi), di mana pernah dijelaskan oleh Weber,
content analysis yaitu suatu metodologi
penelitian yang memanfaatkan seperangkat
prosedur untuk menarik kesimpulan yang
sahih dari sebuah buku atau dokumen.
(Weber, 1986: 9)
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Interaksi
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata interaksi ialah hal saling
mempengaruhi. Adapun istilah
interaksi sosial merupakan hubungan
sosial yang dinamis antara orang perorangan, antara perseorangan dan
kelompok, dan antara kelompok dan
kelompok. (Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1989: 335). Definisi
tentang interaksi ini juga senada
dengan Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporer yang mengartikan
interaksi ialah saling mempengaruhi.
(Salim, dkk, 1991: 575).
Bentuk umum proses sosial
yaitu interaksi sosial (yang juga dapat
dinamakan proses sosial) karena
interaksi sosial merupakan syarat
utama terjadinya aktivitas-aktivitas
sosial. Bentuk lain proses sosial hanya
merupakan bentuk-bentuk khusus dari
interaksi sosial. Interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial
yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang-orangperorangan, antara kelompokkelompok manusia, maupun antara
orang perorangan dengan kelompok
manusia. (Gillin dan Gillin, 1954:
489).
Apabila dua orang bertemu,
interaksi sosial dimulai pada saat itu.
mereka saling menegur, berjabat
tangan, saling berbicara atau bahkan
mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas
semacam itu merupakan bentukbentuk interaksi sosial. Walaupun
orang-orang yang bertemu muka
tersebut tidak saling berbicara atau
tidak saling menukar tanda-tanda,
interaksi sosial telah terjadi, karena
masing-masing sadar akan adanya
pihak lain yang menyebabkan
perubahan-perubahan dalam perasaan
maupun syaraf orang yang
bersangkutan, yang disebabkan oleh
misalnya bau keringat, minyak wangi,
suara berjalan dan sebagainya.
Semuanya itu menimbulkan kesan di
dalam pikiran seseorang yang
kemudian menentukan tindakan apa
yang akan dilakukannya. (Soekanto,
2006: 55)
B. Interaksi Dunia Islam dan Barat
1. Konstelasi Interaksi Dunia Islam
dan Barat.
a. Masa Pemerintahan Nabi
Muhammad SAW di
Madinah.
Interaksi dunia Islam
dan Barat dimulai ketika
setelah Nabi Muhammad
SAW dan umat Islam
berhijrah ke kota Madinah
dari kota Mekkah yang
kemudian Rasulullah SAW
melakukan berbagai
kebijakan di antaranya yakni:
1) Membangun Masjid.
2) Mempersatukan dan
mempersaudarakan
antara kaum Anshar dan
Muhajirin.3) Perjanjian saling
membantu antara sesama
kaum muslimin dan nonmuslim.
4) Menyusun pemerintahan
Islam (meletakkan dasardasar politik, ekonomi
dan sosial untuk
masyarakat baru).
Pada masa Rasulullah
Muhammad SAW berada di
Madinah telah banyak
dilakukan interaksi antara
Islam dengan dunia Barat.
Seperti halnya ketika
Rasulullah SAW
mengirimkan beberapa surat
ajakan untuk masuk Islam
kepada para raja yang sedang
berkuasa.
Surat-surat dakwah
Nabi Muhammad SAW ini
dilakukan agar misi dakwah
Islam dapat terlaksana dengan
efektif sehingga media
dakwah di masa Rasulullah
SAW dan sahabat tidak hanya
berkisar pada dakwah
qauliyah bil lisan dan dakwah
fi'liyah bil uswah namun juga
dengan menggunakan media
dakwah bi ar-rasail atau
dakwah melalui surat yang
juga digunakan oleh
Rasulullah SAW untuk
mengajak para pembesar atau
raja masuk agama Islam.
(Amin, 2010: 81.)
Adapun surat-surat
tersebut jika dilihat dari segi
isinya, dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok yaitu:
1) Surat-surat yang berisi
seruan untuk masuk
Islam.
2) Surat-surat yang berisi
aturan-aturan dalam
Islam, misalnya tentang
zakat, sedekah dan
sebagainya.
3) Surat-surat yang berisi
beberapa hal yang wajib
dikerjakan oleh orangorang non muslim
terhadap pemerintah
Islam, seperti masalah
jizyah (iuran keamanan).
(Amin, 2010: 82).
Surat jenis yang
pertama inilah yang berisi
tentang ajakan untuk masuk
agam Islam yang sering
digunakan oleh Nabi SAW
untuk melebarkan sayap
dakwahnya kepada para
penguasa atau raja yang
sedang berkuasa. Setelah
terjadinya Fathul Mekkah maka secara langsung jazirah
Arab otomatis telah takluk
kepada kekuasaan Islam dan
mereka pun menerima ajaran
Islam. Dengan dikuasainya
kota Mekkah yang menjadi
pusat kota di jazirah Arab
maka selanjutnya demi
melebarkan dakwah Islam
Nabi SAW mulai beralih
kepada negeri yang lain agar
mereka juga menerima syiar
Islam yang dibawanya.
Di antara raja-raja
yang dikirimi surat oleh Nabi
SAW ialah raja Ghassan,
Masir, Abesinia, Persia dan
Romawi. Namun setelah
adanya surat tersebut tak
seorang pun yang masuk
Islam. Ada yang menolak
dengan baik dan simpati,
namun ada juga yang menolak
dengan kasar, seperti yang
diperlihatkan oleh raja
Ghassan. Utusan yang dikirim
Nabi SAW dibunuh dengan
kejam oleh raja Ghassan.
(Yatim, 2007: 31). Untuk
menyikapi hal ini terjadilah
perang Mu'tah pada tahun 8
H. dalam peperangan ini umat
Islam merasa kesulitan karena
pasukan Al-Ghassani dibantu
oleh pasukan yang dikirim
oleh kekaisaran Romawi
untuk melawan mereka.
(Amin, 2010: 75). Kejadian
dalam peperangan ini
menegaskan adanya interaksi
antara dunia Islam dengan
Barat yang dalam hal ini ialah
antara pasukan Islam dengan
pasukan kekaisaran Romawi
yang sednag melakukan
kontak senjata.
Kemudian pada
perang Tabuk yang terjadi
pada 9 H pasukan Islam
melakukan kontak senjata
langsung dengan pasukan
kekaisaran Romawi yang
diutus oleh Heraclius yang
dirinya merasa terancam
kekuasaannya dengan adanya
seseorang yang bernama
Muhammad yang telah
menguasai seluruh kawasan
jazirah Arab setelah
menaklukkan kota Mekkah.
(Amin, 2010: 77). Berbagai
peristiwa peperangan atau
kontak senjata serta
komunikasi melalui suratmenyurat inilah secara
langsung umat Islam telah
melakukan sebuah interaksi dengan dunia Barat yang
diwakili oleh Romawi.
b. Masa Pemerintahan
Khulafaurrasyidin.
Persentuhan antara
dunia Islam dan Barat terjadi
lebih intensif ketika pada
masa Khulafaurrasyidin
terutama saat zaman Khalifah
Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-
13 H)/632-634 M. (Syalabi,
1997: 234-235). Perluasan
Islam sudah mencapai pada
wilayah-wilayah perbatasan
kekuasaan Romawi
(Bizantium) dan Persia
dengan memperkuat daerah
perbatasan yang rawan
konflik dengan kerajaan
Bizantium dan Persia, yang
pada akhirnya pula penguatan
perbatasan ini menjurus
kepada serangkaian
peperangan melawan kedua
kerajaan besar tersebut.
(Saat
perluasan ke wilayah Syiria
yang merupakan daerah
kekuasaan Romawi Timur
(Bizantium) yaitu
peperangan paling penting di
masa Khalifah Abu Bakar dan
menjadi dasar konstelasi
politik umat Islam saat itu
karena selain mengutus empat
panglima perang sekaligus,
daerah Syiria merupakan
daerah protektorat front
terdepan wilayah kekuasaan
Islam dengan Romawi Timur.
Upaya perluasan ini
juga masih tetap berlangsung
hingga pada masa Khalifah
kedua yakni Umar bin
Khattab yang melanjutkan
perjuangan khalifah
sebelumnya yakni Abu Bakar.
Pada saat pemerintahan Umar
ini selain Syiria dapat
ditaklukkan dengan ibu
kotanya yakni Damaskus juga
kota Iskandariyah sebagai ibu
kota Mesir menyerah pada
ekspansi pasukan muslimin
yang dipimpin oleh Amr bin
'Ash. Dengan perihal ini kita
ketahui bahwasanya semua
wilayah tersebut ialah masuk
dalam wilayah jajahan dari
Romawi Timur sehingga
menjadikan Islam secara
langsung melakukan lebih
dari sekedar interaksi
melainkan kontak senjata
dengan bangsa Barat yang
dalam hal ini ialah Romawi.
Dengan jatuhnya Mesir yang ditandai dengan adanya suatu
perjanjian antara pemimpin
Romawi di Mesir yakni Cyrus
dengan Amr bin 'Ash
pimpinan pasukan Islam
(maka
Islam sudah mendapatkan
pintu utamanya untuk
mencapai daratan Afrika
bahkan Eropa yang
kesemuanya masuk dalam
wilayah jajahan Romawi.
c. Masa Dinasti Umayyah (661-
750 M).
Dinasti Umayyah
merupakan dinasti yang
pertama berdiri setelah masa
pemerintahan
Khulafaurrasyidin yang
terdiri dari tiga front (daerah
kekuasaan) yaitu:
1) Asia kecil meliputi kota
Konstantinopel di Laut
Tengah.
2) Afrika Utara sampai
pantai Atlantik, selat
Jabal Thariq dan sampai
di Spanyol (Andalusia).
3) Daerah Timur dari sungai
Jihun sampai dengan
Sind. (Syalabi, 1997:
142-174)
Pada masa Bani
Umayyah ini merupakan
masa perluasan wilayah Islam
yang bersifat ekspansi
teritorial kekuasaan yang
disemangati oleh semangat
dakwah Islam yang
memberikan dasar-dasar
interaksi dunia Islam dengan
dunia Barat dan lainnya
(Afrika dan Asia).
Ekspansi teritorial
telah diawali oleh penguasa
pertama dinasti Umayyah
yakni Mu'awiyah yang
melebarkan sayap
kekuasaannya ke daerah yang
bernama 'Akka (Acre)
termasuk dalam wilayah
kekuasaan Bizantium
(Romawi Timur). di kota
'Akka ini ia berhasil
menguasai galangan kapal
(bahasa Arab tunggal dar alshina'ah) Bizantium dengan
segala perlengkapannya,
sehingga ia bisa
memanfaatkannya untuk
membangun angkatan laut
Islam. (Hitti, 2010: 240)
Peperangan yang
terpenting ialah ketika
permusuhan dengan
kekaisaran Bizantium pada
masa Umayyah ini terlihat
semakin dahsyat setelah dilakukan tiga kali
penyerbuan ke
Konstantinopel ibu kota
kekaisaran Bizantium
(Romawi Timur). Penyerbuan
yang pertama dilakukan pada
49 H/669 M di bawah
komando putra mahkota,
yaitu Yazid. Sedangkan
penyerbuan ke
Konstantinopel yang kedua
dilakukan pada 54-60 H/674-
680 M dikenal dengan
sebutan perang tujuh tahun.
Dan penyerbuan yang terakhir
ialah pada Agustus 716-
September 717 M. (Hitti,
2010: 249-251)
Sebenarnya pada masa
dinasti Umayyah letak
interaksi dunia Islam dan
Barat lebih bersifat pada
kontak senjata atau
peperangan yang
berhubungan dengan
perluasan wilayah ketimbang
kepada suatu interaksi terkait
dengan transfer ilmu
pengetahuan. Namun
demikian, pada masa ini tidak
menutup kemungkinan
adanya transfer budaya dan
juga akulturasi budaya antara
dunia Islam dan Barat yang
menjadikan rakyat dari dinasti
ini tidak hanya berasal dari
bangsa Arab saja. Seperti
halnya ketika Mu'awiyah
mendirikan angkatan laut
umat Islam di 'Akka dan Tyre
seluruh awak kapal saat itu
yaitu orang-orang YunaniSuriah yang sudah terbiasa
melaut. (Hitti, 2010: 241).
Dari sini terlihat bahwasanya
pada masa pemerintahan
dinasti Umayyah tidak hanya
bangsa Arab yang dijadikan
sebagai pemeran utama dalam
suatu kehidupan berbangsa
dan bernegara namun bangsa
dan suku yang lainnya pun
mendapat bagian yang sama
dengan bangsa Arab yang
dominan.
d. Masa Bani Abbasiyyah (132-
656 H/750-1258 M). (Karim,
2009: 143)
Permulaan kekuasaan
Bani Abbasiyyah yaitu
terutama pada periode
pertama yakni tahun 132-232
H yang ditandai dengan
banyaknya para ulama' yang
mengeluarkan fatwa dan
berijtihad, dan cinta ilmu
pengetahuan terutama pada
masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (170-193 H) yang
dikatakan sebagai zaman
paling gemilang dalam
sejarah Islam dengan segala
bentuk kebesaran, kekuasaan
dan keagungan ilmu
pengetahuan. (Syalabi, 1997:
107)
Pada masa ini berbeda
dengan masa dinasti
Umayyah letak adanya
interaksi dunia Islam dengan
Barat pada pemerintahan
Abbasiyyah lebih bersifat
kepada transfer keilmuan atau
ilmu pengetahuan dan
akulturasi budaya ketimbang
masalah ekspansi teritorial
dan kontak senjata meskipun
hal ini tetap dilakukan pada
masa dinasti Abbasiyyah.
Hal ini terbukti ketika
Khalifah Harun ar-Rasyid
menjadikan raja Charlemagne
di Barat sebagai sahabat dan
sekutu politik untuk
menghadapi kekuatan yang
baru lahir di Spanyol
(Andalusia) yakni dinasti
Umayyah II sedangkan
Charlemagne juga
memanfaatkan Harun arRasyid sebagai sekutu untuk
menghadapi Bizantium.
Hubungan yang erat ini
biasanya dilakukan dengan
pengiriman para duta dan
hadiah. Seperti saat Khalifah
Harun ar-Rasyid memberikan
hadiah-hadiah mahal kepada
Charlemagne berupa bahan
pakaian, rempah-rempah
beraroma, jam tercanggih atau
disebut dengan alat pengukur
menggunakan air dan
binatang gajah. (Hitti, 2010:
370-371)
Hadiah-hadiah
tersebut sebagai simbol
betapa unggulnya teknologi
dunia Islam saat itu
dibandingkan dengan
peradaban Barat yang dalam
hal ini terjadi interaksi
melalui pemberian suatu
hadiah yang mencerminkan
keunggulan peradaban Islam
waktu itu. Hasil dari karya
terbaik umat Islam Masa
Khalifah Harun Ar-Rasyid
dijadikan sebagai hadiah bagi
tamu-tamu besar kerajaan dan
duta dari berbagai kerajaan.
Masa Abbasiyyah
terutama pada dua
khalifahnya yakni Harun ArRasyid dan Al-Makmun
menjadikan Abbasiyyah sebagai dinasti yang
mengalami kebangkitan
intelektual di segala bidang
mulai dari pengiriman utusan
hingga ke Konstantinopel
pada masa Khalifah AlMakmun untuk mencari
karya-karya Yunani untuk
diterjemahkan oleh umat
Islam dan utusan tersebut
langsung menghadap Raja
Leo dari Armenia. (Hitti,
2010: 385) Pada masa ini
dinamakan dengan adanya
gerakan intelektual yang
ditandai dengan proyek
penerjemahan karya-karya
berbahasa Persia, Sansekerta,
Suriah dan Yunani ke dalam
bahasa Arab.
Era Khalifah Harun
ar-Rasyid lebih banyak
melakukan ekspansi ke tanah
Romawi berbeda dengan
masa Khalifah al-Makmun
yang sangat antusias dengan
kegiatan penerjemahan ilmuilmu pengetahuan dari bangsa
lain terutama Yunani
sehingga titik tertinggi
pengaruh Yunani terjadi pada
masa pemerintahan Khalifah
al-Makmun dengan
kecenderungan rasionalistik
khalifah dan para
pendukungnya dari kelompok
Mu'tazilah. (Hitti, 2010: 386).
Dan dengan dibangunnya
Baitul Hikmah sebagai pusat
kajian segala ilmu
pengetahuan merupakan
simbol akan kemegahan suatu
pencapaian ilmu pengetahuan
masa khalifah al-Makmun ini.
Itulah beberapa pola
interaksi yang dilakukan oleh
dinasti Abbasiyyah (Islam)
terhadap peradaban Barat
yaitu Romawi dan Yunani
baik berupa suatu gerakan
militerisasi atau kontak
senjata, pengiriman utusan
duta besar dan kegiatan atau
gerakan intelektual untuk
penerjemahan karya-karya
dari bangsa Yunani.
e. Masa Perang Salib (Kontak
Budaya Antara Timur dan
Barat).
Menurut Phillip K.
Hitti dalam The Arabs A Short
History yang dikutip oleh
Samsul Munir Amin dalam
Sejarah Peradaban Islam,
pembagian Perang Salib yang
lebih tepat yaitu sebagai
berikut: (Amin, 2010: 237)1) Periode penaklukkan
(1096-1144 M).
2) Periode reaksi umat
Islam (1144-1192 M).
3) Periode perang saudara
kecil-kecilan atau periode
kehancuran dalam
pasukan salib (1192-1291
M).
Dengan adanya
perang Salib ini maka secara
tidak langsung telah terjadi
suatu kontak budaya yang
terjadi pada dua peradaban
yakni Islam dan Barat.
Memang hal pertama yang
terjadi interaksi antara Islam
dan Barat ialah kontak senjata
namun pada akhirnya dan
ketika masih berlangsungnya
perang Salib akulturasi
budaya terjadi dengan sangat
komprehensif. Budaya Barat
yang sebelumnya terkurung
dalam suatu dogma ajaran
gereja semakin membuka
mata lebar-lebar terhadap
suatu budaya yang sangat
maju tiada tandingan pada era
tersebut sehingga hal ini
menyadarkan masyarakat
Eropa pada umumnya bahwa
mereka sudah sangat
terbelakang dalam suatu
peradaban dengan bangsa lain
yaitu bangsa Arab (Islam).
C. Dampak Interaksi Antara Dunia
Islam dan Barat
Prof. Nicholson sebagaimana
yang ditulis oleh A. Syalabi dalam
bukunya yang berjudul "Sejarah dan
Kebudayaan Islam 3",
menggambarkan para penyelidik dan
penuntut ilmu pengetahuan dari
kalangan kaum Muslimin mengembara
ke tiga benua kemudian kembali lagi
ke negerinya masing-masing setelah
mendapatkan ilmu pengetahuan
kemudian menyusun dan menulis buku
yang merupakan sumber-sumber ilmu
pengetahuan bagi ilmu pengetahuan
modern dan menjadi bahan rujukan
bagi para sarjana dan para penyidik.
Kebangkitan ilmiah ini terbagi dalam
tiga lapangan/bidang yakni:
1. Kegiatan menyusun buku-buku
ilmiah.
Tokoh-tokohnya ialah Mu'ammar
bin Rasyid (179 H), Sufian AtsTsauri (161 H), Malik bin Anas
(178 H), Abdullah bin Mubarak
(181 H), di antaranya ada lagi
yaitu:
a. Imam Malik menyusun kitab
Al-Mutawatta'.
b. Abu Hanifah menyusun kitab
fiqh dan ijtihad.c. Ibnu Ishaq menyusun sejarah
hidup Nabi Muhammad
SAW. (Amin, 2010: 185-187)
2. Penyusunan ilmu-ilmu Islam:
a. Tafsir Al-Faraa' oleh AlFaraa'.
b. Tafsir Al-Jahiz oleh Al-Jahiz.
c. Ilmu Fiqh, kitab Al-Kharaj.
Empat Imam Fiqh yang ulung
ketika itu yaitu: Imam Abu
Hanifah (150 H), Imam Malik
(179 H), Imam Syafi'I (204
H), Imam Ahmad bin Hambal
(241 H).
d. Ilmu Nahwu dengan tokohtokohnya yaitu: Isa bin Umar
Ats-Tsaqafi (149 H), AlAlehfasy (177 H), Sibawaih
(180 H), Yunus bin Habib
(182 H).
e. Sejarah dan kelahirannya.
1) Buku Sirah Ibnu Hisyam
oleh Ibnu Hisyam (218
H) yang merupakan
ringkasan buku dari
Muhammad bin Ishak.
2) Buku-buku Hadits:
Shahih Bukhari dan
Muslim.
3) Buku Tarikhul Kabir
oleh Al-'Alamah
Muhammad bin Umar
Al-Waqidi dan AlMaghazi.
4) Buku Al-Tabaqat AlKubra oleh Muhammad
bin Said.
3. Terjemahan dari bahasa asing:
a. Buku Kalilah wa Dummah
oleh Abdullah bin Muqaffa
(757 M).
b. Sindhanta seorang
pengembara India
menerjemahkan buku tentang
ilmu falak.
c. Jurjis Bakhtisyu (771 M)
seorang ahli kedokteran
beragama Masehi.
d. Al-Hajjaj bin Mata (786-833
M) menerjemahkan buku
Elements karya Enclide.
e. Yahya bin Khalid Al-Barmaki
menerjemahkan sebagian dari
Illiad karya Homer.
f. Abu Yahya bin Al-Batriq
menerjemahkan buku-buku
Hippocrates (536 M) dan
Galen (200 M).
D. Analisis terhadap Interaksi antara
Dunia Islam dan Barat
1. Hubungan Interaksi antara Dunia
Islam dan Barat yang Harus
Dikembangkan Saat Ini.
Dunia Islam dan Barat
memang sudah sejak lama terjalin
interaksi di antara keduanya yang
secara langsung maupun tidak
langsung keduanya pernah merasakan kerugian maupun
keuntungan yang didapat akibat
adanya hubungan interaksi
tersebut dan berimplikasi kepada
masing-masing kebudayaan
mereka.
Dengan mengingat
hubungan masa lalu antara dunia
Islam dan Barat tidak berarti untuk
melupakan bagaimana hubungan
interaksi ini agar tetap berlanjut
sampai kapan pun, sehingga perlu
beberapa konsep untuk
memformulasikan hubungan
interaksi ini mana yang perlu
untuk dikembangkan saat ini agar
keduanya bisa saling merasakan
dampak dari adanya hubungan
interaksi tersebut, yaitu:
a. Hubungan Kebudayaan
(Akulturasi Budaya).
Dengan tetap
memegang teguh prinsipprinsip partikularistik dalam
masing-masing budaya maka
tidak akan terjadi suatu
asimilasi kebudayaan yang
tidak diinginkan dari
keduanya.
Tetap adanya
hubungan antar dua
kebudayaan ini cenderung
akan mengakibatkan suatu
paham dan sikap mutualisme
tanpa ditunggangi oleh
berbagai kepentingan yang
menjurus pada suatu
diskriminasi identitas
tertentu. Hubungan kedua
kebudayaan ini akan
menjadikan suatu hubungan
interaksi yang bersifat
inklusif tanpa ada pemihakan
kepada suatu golongan
tertentu.
Banyak sekali terdapat
hubungan mutualisme baik
dari dunia Islam ataupun
Barat sejak dahulu dan
bahkan sampai saat ini yakni
adanya masa pergiliran untuk
suatu peradaban keilmuan
antara dunia Islam dan Barat.
Di antara keduanya ada upaya
untuk saling belajar dan
mengkoreksi dari apa yang
akan didapat dari peradaban
tersebut sehingga menjadikan
kultur keilmuan itu bias
menjadi kekuatan untuk
memajukan peradaban
masing-masing.
Sebenarnya hubungan
kebudayaan antar dunia Islam
dan Barat sangatlah kompleks
dan menyeluruh terhadap
segala bidang yakni baik yang
bermula dari hubungan sosial, politik, ekonomi, bahasa,
teknologi dan sebagainya.
b. Hubungan Pendidikan.
Hubungan pendidikan
ini sebenarnya tetap masuk
pada ranah suatu kebudayaan
namun adanya pemisahan ini
karena pendidikan dianggap
sebagai suatu yang universal
dan banyak memiliki nilainilai khusus yang perlu
dibahas untuk hubungan
interaksi antara dunia Islam
dan Barat ini. Urgensitas dari
pendidikan inilah yang
seharusnya menjadikan dunia
Islam dan Barat tidak perlu
lagi memetakan atau
membedakan mana pelajar
ataupun ilmuwan dari Islam
atau Eropa. Semuanya yaitu
sama dalam kaitannya dan
hubungannya dengan suatu
ilmu atau pendidikan.
Baik Islam dan Barat
seharusnya saling terbuka
terhadap kultur keilmuan ini
sehingga apa yang dapat
diharapkan dari adanya
hubungan pendidikan di
antara keduanya ialah agar
manusia dapat hidup
berdampingan dengan
sesamanya tanpa harus ada
yang dirugikan dan
dikesampingkan.
2. Makna dan Bukti dari Adanya
Hubungan Mutualisme antara
Dunia Islam dan Barat.
Mutualisme ialah
merupakan suatu hubungan timbal
balik yang saling menguntungkan
di antara keduanya tanpa ada
pihak mana pun yang merasa
dirugikan. namun pemaknaan
terhadap kata mutualisme tidak
hanya berhenti sampai pada
pengertian tersebut melainkan
bahwa hubungan mutualisme lebih
menitikberatkan kepada adanya
suatu kesadaran untuk saling
bertoleransi, menghormati,
menganut prinsip egaliter dan
yang terpenting ialah untuk tidak
lebih mementingkan kepentingan
pribadi di atas kepentingan hajat
hidup orang banyak. Sebenarnya
pernyataan inilah yang semestinya
dijadikan suatu prinsip hidup
berdampingan agar umat manusia
dapat merasakan suatu keadilan
yang sepenuhnya.
Dan bahwa perlu
ditegaskan adanya hubungan
mutualisme antara dunia Islam dan
Barat sudah terjadi dalam tempo
waktu yang sangat lama sejak dulu
hingga sampai saat ini. Ini dapat dilihat dari bagaimana antara
dunia Islam dan Barat saling
bergiliran untuk memimpin suatu
peradaban terutama peradaban
keilmuan. Baik Islam sendiri pun
tidak dapat dipungkiri bahwa
Islam belajar dan mendapatkan
berbagai keilmuan juga dari Barat
(Yunani) dan sebaliknya pula
Barat juga mendapatkan banyak
pelajaran dari para sarjana dan
ilmuwan muslim pada abad-abad
pertengahan dan seterusnya.
Dengan adanya interaksi Dunia
Islam dan Barat maka dengan ini
berdampak terhadap perkembangan
pemikiran dan peradaban Islam dapat
dikelompokkan menjadi tiga hal yaitu
kegiatan menyusun buku-buku ilmiah,
penyusunan ilmu-ilmu Islam, dan
terjemahan dari bahasa asing.
Adapun bentuk-bentuk interaksi
antara dunia Islam dan Barat ialah dibagi
menjadi tiga hal yaitu kontak senjata,
kontak budaya (akulturasi budaya), transfer
keilmuan. Kemudian selanjutnya adapun
hubungan interaksi antara dunia Islam dan
Barat yang perlu dan hendaknya tetap harus
dikembangkan saat ini ialah ada dua aspek
khusus yaitu hubungan kebudayaan
(akulturasi budaya), dan hubungan
pendidikan.
Latar belakang kajian ini yaitu secara geografis, dunia muslim berada di antara Cina, Korea
dan Jepang pada sisi timur, antara Rusia pada sisi utara, dan sub-sahara Afrika dan Australia
di bagian selatan. Fakta geografis ini menetapkan dunia muslim sebagai bangsa tengah (middle
nation) yang dapat menjadi jembatan empat penjuru dunia, bahkan menjadi jembatan
peradaban Timur dan Barat. Gagasan sebagai bangsa tengah (middle nation) merupakan
konsep untuk memahami sifat-sifat dan identitas peradaban Islam yaitu humanitas umum,
kebaikan universal manusia, universalitas kasih Tuhan kepada ras manusia, kearifan etnik dan
kultural, kooperasi inter-kultural, keadilan sosial global dan tanggung jawab umum untuk
melindungi bumi. Sedangkan hasil penelitian menyatakan bahwa bentuk-bentuk interaksi
antara dunia Islam dan Barat ialah dibagi menjadi tiga hal yaitu kontak senjata, kontak budaya
(akulturasi budaya), transfer keilmuan. Kemudian adapun hubungan interaksi antara dunia
Islam dan Barat yang perlu dan hendaknya tetap harus dikembangkan saat ini ialah ada dua
aspek khusus yaitu hubungan kebudayaan (akulturasi budaya), dan hubungan pendidikan,
terutama dampaknya terhadap pendidikan Islam.






