Interaksi Islam dan barat


Letak geografis dunia muslim 

berada di antara Cina, Korea dan Jepang 

pada sisi timur; antara Rusia pada sisi utara;

dan sub-sahara Afrika dan Australia di 

bagian selatan. Fakta geografis ini 

menetapkan dunia muslim sebagai bangsa 

tengah (middle nation) yang dapat menjadi 

jembatan empat penjuru dunia, bahkan menjadi jembatan peradaban Timur dan 

Barat. (Bakar, 2003: 3-4)

Sebagai bangsa tengah, dalam 

konteks teologis umat Islam sebagai 

ummatan wasatan yaitu orang-orang yang 

mengambil jalan tengah, sebagaimana

disebutkan dalam al-Qur`an surat Al￾Baqarah ayat 143 (Departemen Agama, 

1989: 39) yang berbunyi:

ِÙ„ َÙƒ

َÙˆ Ù‰ َكذَ

ْوا Ø´ُ َÙ‡ َدآ َØ¡ َعلَ

ًطا ِلتَ ُÙƒْونُ

َوسَ

َّمةً

ُ

َجعَÙ„ْÙ†َا ُÙƒْÙ… Ø£

ْÙŠ ُÙƒْÙ… َØ´ ِÙ‡ ْÙŠ ًدا َÙˆ َما َجعَÙ„ْÙ†َا

َّر ُس ْÙˆ ُÙ„ َعلَ

النَّا ِس َويَ ُÙƒْÙˆ َÙ† ال

َÙ… َÙ… ْÙ† ÙŠَّ

ْعلَ

ِلنَ

ْÙŠ َهآ Ø¥ِالَّ

الَّتِÙŠ ُÙƒْÙ† َت َعلَ

ِÙ‚ْبلَØ©َ

َّر الْ

تَّب ُس ْÙˆ َÙ„ ِ ُع ال

Artinya: Dan demikian (pula) Kami 

telah menjadikan kamu (umat Islam), umat 

yang adil dan pilihan agar kamu menjadi 

saksi atas (perbuatan) manusia dan agar 

Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas 

(perbuatan) kamu. dan Kami tidak 

menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu 

(sekarang) melainkan agar Kami 

mengetahui (supaya nyata) siapa yang 

mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. 

dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa 

Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang 

telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah 

tidak akan menyia-nyiakan imanmu. 

Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi 

Maha Penyayang kepada manusia. (Q.S. 

al-Baqarah: 143)

Gagasan sebagai bangsa tengah 

merupakan konsep untuk memahami sifat￾sifat dan identitas peradaban Islam yaitu 

humanitas umum, kebaikan universal 

manusia, universalitas kasih Tuhan kepada 

ras manusia, kearifan etnik dan kultural,

kooperasi inter-kultural, keadilan sosial 

global dan tanggung jawab umum untuk 

melindungi bumi. (Bakar, 2003: 5-6). Islam 

sebagai suatu peradaban, dalam sejarah 

telah menampilkan berbagai elemen dan 

sifat yang kemudian bisa diterima secara 

universal di dunia modern. Kontribusi 

Islam telah dapat mendinamisasi peradaban 

dunia.

Dalam sinaran ide pertengahan

ummatan wasatan, Islam telah 

membicarakan dan mengembangkan relasi

dengan peradaban lain, mempelajari dan 

mengambil ide-ide dari mereka, mensintesa 

dan mengembangkannya,

menyemaikannya dalam bentuk yang lebih 

baru dan maju. Islam mengambil sains,

teknologi dan filsafat kemudian 

mengembangkannya guna menghasilkan 

ilmu yang bersifat global dari segi sifat dan 

cakupannya serta memiliki pengaruh kuat 

terhadap lahirnya Renaissance Eropa dan 

lahirnya ilmu modern Barat. (Bakar, 2003: 

3-14).

Metode Penelitian 

Dinamakan penelitian kepustakaan 

karena data yang diteliti berupa naskah￾naskah yang bersumber dari khazanah 

kepustakaan (Nazir, 1985: 111). Dengan 

maksud bahwa berbagai data yang 

dikumpulkan berasal dari berbagai literatur 

yang berhubungan dengan interaksi duniaIslam dan Barat sebagai sumber data utama 

dan beberapa jurnal, buku, artikel, makalah 

dan hasil-hasil penelitian lainnya yang 

relevan dengan fokus penelitian ini.

Jenis penelitian yang digunakan 

dalam penelitian ini merupakan penelitian

kepustakaan (library research) dengan 

metode penelitian kualitatif yang bersifat 

deskriptif dalam usaha untuk mengungkap 

suatu masalah atau peristiwa sebagaimana 

adanya. Hasil penelitian ditekankan pada 

gambaran secara objektif tentang keadaan 

yang sebenarnya dari objek yang diteliti

(Nawawi, 1993: 31). Penelitian 

kepustakaan (library research) yaitu

serangkaian kegiatan yang berkenaan 

dengan metode pengumpulan data pustaka, 

membaca dan mencatat serta mengolah 

bahan penelitian. (Zed, 2004: 3)

Penelitian ini menggunakan 

pendekatan metodologi sejarah dengan 

empat langkah: pertama, heuristik, yaitu 

proses mencari sumber-sumber data yang 

diperlukan; kedua, kritik terhadap sumber, 

terdiri dari kritik intern dan ekstern. Kritik 

intern yaitu pengujian terhadap isi atau 

kandungan sumber. Sedangkan, kritik 

ekstern ialah menguji kredibilitas, 

otentisitas, orisinalitas, serta relevansi 

sumber data. Kritik bertujuan menyeleksi 

data menjadi fakta; ketiga, interpretasi yaitu 

upaya menafsirkan dengan mencari 

hubungan antara pelbagai fakta yang 

ditemukan; keempat, historiografi yaitu 

tahap penulisan sejarah menjadi kisah atau 

cerita sejarah (Kuntowijoyo, 2006: 15)

Teknik pengumpulan data dalam 

penelitian ini menggunakan metode 

dokumentasi. Maksudnya yaitu   

pengumpulan data dengan melihat dan 

menyeleksi dokumen-dokumen yang 

dibuat oleh subjek penelitian atau orang 

lain. (Herdiansyah, 2010: 143)

Mendokumentasikan data dari berbagai 

literatur mulai dari buku-buku yang 

berkaitan dengan interaksi dunia Islam dan 

Barat yang berkaitan dengan pemikiran, 

peradaban dan pendidikan Islam, artikel, 

makalah, jurnal, internet dan hasil-hasil 

penelitian yang berkaitan dengan objek 

penelitian yang dapat memberikan

informasi terhadap penelitian ini.

Teknik analisis data yang 

digunakan ialah content analysis (analisis 

isi), di mana pernah dijelaskan oleh Weber, 

content analysis yaitu   suatu metodologi 

penelitian yang memanfaatkan seperangkat 

prosedur untuk menarik kesimpulan yang 

sahih dari sebuah buku atau dokumen.

(Weber, 1986: 9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Interaksi

Menurut Kamus Besar Bahasa 

Indonesia kata interaksi ialah hal saling 

mempengaruhi. Adapun istilah

interaksi sosial merupakan hubungan 

sosial yang dinamis antara orang perorangan, antara perseorangan dan 

kelompok, dan antara kelompok dan 

kelompok. (Departemen Pendidikan 

dan Kebudayaan, 1989: 335). Definisi 

tentang interaksi ini juga senada 

dengan Kamus Bahasa Indonesia 

Kontemporer yang mengartikan 

interaksi ialah saling mempengaruhi.

(Salim, dkk, 1991: 575).

Bentuk umum proses sosial 

yaitu   interaksi sosial (yang juga dapat 

dinamakan proses sosial) karena 

interaksi sosial merupakan syarat 

utama terjadinya aktivitas-aktivitas 

sosial. Bentuk lain proses sosial hanya 

merupakan bentuk-bentuk khusus dari 

interaksi sosial. Interaksi sosial 

merupakan hubungan-hubungan sosial 

yang dinamis yang menyangkut 

hubungan antara orang-orang￾perorangan, antara kelompok￾kelompok manusia, maupun antara 

orang perorangan dengan kelompok 

manusia. (Gillin dan Gillin, 1954: 

489).

Apabila dua orang bertemu, 

interaksi sosial dimulai pada saat itu. 

mereka saling menegur, berjabat 

tangan, saling berbicara atau bahkan 

mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas 

semacam itu merupakan bentuk￾bentuk interaksi sosial. Walaupun 

orang-orang yang bertemu muka 

tersebut tidak saling berbicara atau 

tidak saling menukar tanda-tanda, 

interaksi sosial telah terjadi, karena 

masing-masing sadar akan adanya 

pihak lain yang menyebabkan 

perubahan-perubahan dalam perasaan 

maupun syaraf orang yang 

bersangkutan, yang disebabkan oleh 

misalnya bau keringat, minyak wangi, 

suara berjalan dan sebagainya. 

Semuanya itu menimbulkan kesan di 

dalam pikiran seseorang yang 

kemudian menentukan tindakan apa 

yang akan dilakukannya. (Soekanto,

2006: 55)

B. Interaksi Dunia Islam dan Barat

1. Konstelasi Interaksi Dunia Islam 

dan Barat.

a. Masa Pemerintahan Nabi 

Muhammad SAW di 

Madinah.

Interaksi dunia Islam 

dan Barat dimulai ketika 

setelah Nabi Muhammad 

SAW dan umat Islam 

berhijrah ke kota Madinah 

dari kota Mekkah yang 

kemudian Rasulullah SAW 

melakukan berbagai 

kebijakan di antaranya yakni:

1) Membangun Masjid.

2) Mempersatukan dan 

mempersaudarakan 

antara kaum Anshar dan 

Muhajirin.3) Perjanjian saling 

membantu antara sesama

kaum muslimin dan non￾muslim. 

4) Menyusun pemerintahan 

Islam (meletakkan dasar￾dasar politik, ekonomi 

dan sosial untuk 

masyarakat baru).

Pada masa Rasulullah 

Muhammad SAW berada di 

Madinah telah banyak 

dilakukan interaksi antara 

Islam dengan dunia Barat.

Seperti halnya ketika 

Rasulullah SAW 

mengirimkan beberapa surat 

ajakan untuk masuk Islam

kepada para raja yang sedang 

berkuasa. 

Surat-surat dakwah 

Nabi Muhammad SAW ini 

dilakukan agar misi dakwah 

Islam dapat terlaksana dengan 

efektif sehingga media 

dakwah di masa Rasulullah 

SAW dan sahabat tidak hanya 

berkisar pada dakwah 

qauliyah bil lisan dan dakwah 

fi'liyah bil uswah namun   juga 

dengan menggunakan media 

dakwah bi ar-rasail atau 

dakwah melalui surat yang 

juga digunakan oleh 

Rasulullah SAW untuk 

mengajak para pembesar atau 

raja masuk agama Islam.

(Amin, 2010: 81.)

Adapun surat-surat 

tersebut jika dilihat dari segi 

isinya, dapat dikelompokkan 

menjadi tiga kelompok yaitu:

1) Surat-surat yang berisi 

seruan untuk masuk 

Islam.

2) Surat-surat yang berisi 

aturan-aturan dalam 

Islam, misalnya tentang 

zakat, sedekah dan 

sebagainya.

3) Surat-surat yang berisi 

beberapa hal yang wajib 

dikerjakan oleh orang￾orang non muslim

terhadap pemerintah 

Islam, seperti masalah 

jizyah (iuran keamanan). 

(Amin, 2010: 82).

Surat jenis yang 

pertama inilah yang berisi 

tentang ajakan untuk masuk 

agam Islam yang sering 

digunakan oleh Nabi SAW 

untuk melebarkan sayap 

dakwahnya kepada para 

penguasa atau raja yang 

sedang berkuasa. Setelah 

terjadinya Fathul Mekkah maka secara langsung jazirah 

Arab otomatis telah takluk 

kepada kekuasaan Islam dan 

mereka pun menerima ajaran 

Islam. Dengan dikuasainya 

kota Mekkah yang menjadi 

pusat kota di jazirah Arab

maka selanjutnya demi 

melebarkan dakwah Islam 

Nabi SAW mulai beralih 

kepada negeri yang lain agar 

mereka juga menerima syiar 

Islam yang dibawanya. 

Di antara raja-raja 

yang dikirimi surat oleh Nabi 

SAW ialah raja Ghassan, 

Masir, Abesinia, Persia dan 

Romawi. Namun setelah 

adanya surat tersebut tak 

seorang pun yang masuk 

Islam. Ada yang menolak 

dengan baik dan simpati, 

namun   ada juga yang menolak 

dengan kasar, seperti yang 

diperlihatkan oleh raja 

Ghassan. Utusan yang dikirim 

Nabi SAW dibunuh dengan 

kejam oleh raja Ghassan.

(Yatim, 2007: 31). Untuk 

menyikapi hal ini terjadilah 

perang Mu'tah pada tahun 8 

H. dalam peperangan ini umat 

Islam merasa kesulitan karena 

pasukan Al-Ghassani dibantu 

oleh pasukan yang dikirim 

oleh kekaisaran Romawi 

untuk melawan mereka. 

(Amin, 2010: 75). Kejadian 

dalam peperangan ini 

menegaskan adanya interaksi 

antara dunia Islam dengan 

Barat yang dalam hal ini ialah 

antara pasukan Islam dengan 

pasukan kekaisaran Romawi 

yang sednag melakukan 

kontak senjata.

Kemudian pada 

perang Tabuk yang terjadi 

pada 9 H pasukan Islam 

melakukan kontak senjata 

langsung dengan pasukan 

kekaisaran Romawi yang 

diutus oleh Heraclius yang 

dirinya merasa terancam 

kekuasaannya dengan adanya 

seseorang yang bernama 

Muhammad yang telah 

menguasai seluruh kawasan 

jazirah Arab setelah 

menaklukkan kota Mekkah.

(Amin, 2010: 77). Berbagai 

peristiwa peperangan atau 

kontak senjata serta 

komunikasi melalui surat￾menyurat inilah secara 

langsung umat Islam telah 

melakukan sebuah interaksi dengan dunia Barat yang 

diwakili oleh Romawi.

b. Masa Pemerintahan 

Khulafaurrasyidin.

Persentuhan antara 

dunia Islam dan Barat terjadi 

lebih intensif ketika pada 

masa Khulafaurrasyidin

terutama saat zaman Khalifah 

Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-

13 H)/632-634 M. (Syalabi, 

1997: 234-235). Perluasan 

Islam sudah mencapai pada 

wilayah-wilayah perbatasan 

kekuasaan Romawi 

(Bizantium) dan Persia 

dengan memperkuat daerah 

perbatasan yang rawan 

konflik dengan kerajaan 

Bizantium dan Persia, yang 

pada akhirnya pula penguatan 

perbatasan ini menjurus 

kepada serangkaian 

peperangan melawan kedua 

kerajaan besar tersebut.

(Saat 

perluasan ke wilayah Syiria 

yang merupakan daerah 

kekuasaan Romawi Timur 

(Bizantium) yaitu   

peperangan paling penting di 

masa Khalifah Abu Bakar dan 

menjadi dasar konstelasi 

politik umat Islam saat itu 

karena selain mengutus empat 

panglima perang sekaligus, 

daerah Syiria merupakan 

daerah protektorat front

terdepan wilayah kekuasaan 

Islam dengan Romawi Timur.


Upaya perluasan ini 

juga masih tetap berlangsung 

hingga pada masa Khalifah 

kedua yakni Umar bin 

Khattab yang melanjutkan 

perjuangan khalifah 

sebelumnya yakni Abu Bakar. 

Pada saat pemerintahan Umar 

ini selain Syiria dapat 

ditaklukkan dengan ibu 

kotanya yakni Damaskus juga 

kota Iskandariyah sebagai ibu 

kota Mesir menyerah pada 

ekspansi pasukan muslimin 

yang dipimpin oleh Amr bin 

'Ash. Dengan perihal ini kita 

ketahui bahwasanya semua 

wilayah tersebut ialah masuk 

dalam wilayah jajahan dari 

Romawi Timur sehingga

menjadikan Islam secara 

langsung melakukan lebih 

dari sekedar interaksi 

melainkan kontak senjata 

dengan bangsa Barat yang 

dalam hal ini ialah Romawi. 

Dengan jatuhnya Mesir yang ditandai dengan adanya suatu 

perjanjian antara pemimpin 

Romawi di Mesir yakni Cyrus 

dengan Amr bin 'Ash 

pimpinan pasukan Islam

(maka 

Islam sudah mendapatkan 

pintu utamanya untuk 

mencapai daratan Afrika 

bahkan Eropa yang 

kesemuanya masuk dalam 

wilayah jajahan Romawi.

c. Masa Dinasti Umayyah (661-

750 M). 

Dinasti Umayyah 

merupakan dinasti yang 

pertama berdiri setelah masa 

pemerintahan 

Khulafaurrasyidin yang

terdiri dari tiga front (daerah 

kekuasaan) yaitu:

1) Asia kecil meliputi kota 

Konstantinopel di Laut 

Tengah.

2) Afrika Utara sampai

pantai Atlantik, selat 

Jabal Thariq dan sampai 

di Spanyol (Andalusia).

3) Daerah Timur dari sungai 

Jihun sampai dengan 

Sind. (Syalabi, 1997: 

142-174)

Pada masa Bani 

Umayyah ini merupakan 

masa perluasan wilayah Islam 

yang bersifat ekspansi 

teritorial kekuasaan yang 

disemangati oleh semangat 

dakwah Islam yang 

memberikan dasar-dasar 

interaksi dunia Islam dengan 

dunia Barat dan lainnya 

(Afrika dan Asia).

Ekspansi teritorial 

telah diawali oleh penguasa 

pertama dinasti Umayyah 

yakni Mu'awiyah yang 

melebarkan sayap 

kekuasaannya ke daerah yang 

bernama 'Akka (Acre) 

termasuk dalam wilayah 

kekuasaan Bizantium 

(Romawi Timur). di kota 

'Akka ini ia berhasil 

menguasai galangan kapal 

(bahasa Arab tunggal dar al￾shina'ah) Bizantium dengan 

segala perlengkapannya, 

sehingga ia bisa 

memanfaatkannya untuk 

membangun angkatan laut 

Islam. (Hitti, 2010: 240)

Peperangan yang 

terpenting ialah ketika 

permusuhan dengan 

kekaisaran Bizantium pada 

masa Umayyah ini terlihat 

semakin dahsyat setelah dilakukan tiga kali 

penyerbuan ke 

Konstantinopel ibu kota 

kekaisaran Bizantium 

(Romawi Timur). Penyerbuan 

yang pertama dilakukan pada 

49 H/669 M di bawah 

komando putra mahkota, 

yaitu Yazid. Sedangkan 

penyerbuan ke 

Konstantinopel yang kedua 

dilakukan pada 54-60 H/674-

680 M dikenal dengan 

sebutan perang tujuh tahun. 

Dan penyerbuan yang terakhir 

ialah pada Agustus 716-

September 717 M. (Hitti, 

2010: 249-251)

Sebenarnya pada masa 

dinasti Umayyah letak 

interaksi dunia Islam dan 

Barat lebih bersifat pada 

kontak senjata atau 

peperangan yang 

berhubungan dengan 

perluasan wilayah ketimbang 

kepada suatu interaksi terkait 

dengan transfer ilmu 

pengetahuan. Namun 

demikian, pada masa ini tidak 

menutup kemungkinan 

adanya transfer budaya dan 

juga akulturasi budaya antara 

dunia Islam dan Barat yang 

menjadikan rakyat dari dinasti 

ini tidak hanya berasal dari 

bangsa Arab saja. Seperti 

halnya ketika Mu'awiyah 

mendirikan angkatan laut 

umat Islam di 'Akka dan Tyre 

seluruh awak kapal saat itu 

yaitu   orang-orang Yunani￾Suriah yang sudah terbiasa 

melaut. (Hitti, 2010: 241).

Dari sini terlihat bahwasanya 

pada masa pemerintahan 

dinasti Umayyah tidak hanya 

bangsa Arab yang dijadikan 

sebagai pemeran utama dalam 

suatu kehidupan berbangsa 

dan bernegara namun bangsa 

dan suku yang lainnya pun 

mendapat bagian yang sama 

dengan bangsa Arab yang 

dominan.

d. Masa Bani Abbasiyyah (132-

656 H/750-1258 M). (Karim, 

2009: 143)

Permulaan kekuasaan 

Bani Abbasiyyah yaitu 

terutama pada periode 

pertama yakni tahun 132-232 

H yang ditandai dengan 

banyaknya para ulama' yang 

mengeluarkan fatwa dan 

berijtihad, dan cinta ilmu 

pengetahuan terutama pada 

masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (170-193 H) yang 

dikatakan sebagai zaman 

paling gemilang dalam 

sejarah Islam dengan segala 

bentuk kebesaran, kekuasaan 

dan keagungan ilmu 

pengetahuan. (Syalabi, 1997: 

107)

Pada masa ini berbeda 

dengan masa dinasti 

Umayyah letak adanya 

interaksi dunia Islam dengan 

Barat pada pemerintahan 

Abbasiyyah lebih bersifat 

kepada transfer keilmuan atau 

ilmu pengetahuan dan 

akulturasi budaya ketimbang 

masalah ekspansi teritorial 

dan kontak senjata meskipun 

hal ini tetap dilakukan pada 

masa dinasti Abbasiyyah.

Hal ini terbukti ketika 

Khalifah Harun ar-Rasyid 

menjadikan raja Charlemagne 

di Barat sebagai sahabat dan 

sekutu politik untuk 

menghadapi kekuatan yang 

baru lahir di Spanyol 

(Andalusia) yakni dinasti 

Umayyah II sedangkan 

Charlemagne juga 

memanfaatkan Harun ar￾Rasyid sebagai sekutu untuk 

menghadapi Bizantium. 

Hubungan yang erat ini 

biasanya dilakukan dengan 

pengiriman para duta dan 

hadiah. Seperti saat Khalifah 

Harun ar-Rasyid memberikan 

hadiah-hadiah mahal kepada 

Charlemagne berupa bahan 

pakaian, rempah-rempah 

beraroma, jam tercanggih atau 

disebut dengan alat pengukur 

menggunakan air dan 

binatang gajah. (Hitti, 2010:

370-371)

Hadiah-hadiah 

tersebut sebagai simbol 

betapa unggulnya teknologi 

dunia Islam saat itu 

dibandingkan dengan 

peradaban Barat yang dalam 

hal ini terjadi interaksi 

melalui pemberian suatu 

hadiah yang mencerminkan 

keunggulan peradaban Islam 

waktu itu. Hasil dari karya 

terbaik umat Islam Masa 

Khalifah Harun Ar-Rasyid 

dijadikan sebagai hadiah bagi 

tamu-tamu besar kerajaan dan 

duta dari berbagai kerajaan.

Masa Abbasiyyah 

terutama pada dua 

khalifahnya yakni Harun Ar￾Rasyid dan Al-Makmun 

menjadikan Abbasiyyah sebagai dinasti yang 

mengalami kebangkitan 

intelektual di segala bidang 

mulai dari pengiriman utusan 

hingga ke Konstantinopel 

pada masa Khalifah Al￾Makmun untuk mencari 

karya-karya Yunani untuk 

diterjemahkan oleh umat 

Islam dan utusan tersebut

langsung menghadap Raja 

Leo dari Armenia. (Hitti, 

2010: 385) Pada masa ini 

dinamakan dengan adanya 

gerakan intelektual yang 

ditandai dengan proyek 

penerjemahan karya-karya 

berbahasa Persia, Sansekerta, 

Suriah dan Yunani ke dalam 

bahasa Arab. 

Era Khalifah Harun 

ar-Rasyid lebih banyak 

melakukan ekspansi ke tanah 

Romawi berbeda dengan 

masa Khalifah al-Makmun 

yang sangat antusias dengan 

kegiatan penerjemahan ilmu￾ilmu pengetahuan dari bangsa 

lain terutama Yunani 

sehingga titik tertinggi 

pengaruh Yunani terjadi pada 

masa pemerintahan Khalifah 

al-Makmun dengan 

kecenderungan rasionalistik 

khalifah dan para 

pendukungnya dari kelompok 

Mu'tazilah. (Hitti, 2010: 386). 

Dan dengan dibangunnya 

Baitul Hikmah sebagai pusat 

kajian segala ilmu 

pengetahuan merupakan 

simbol akan kemegahan suatu 

pencapaian ilmu pengetahuan 

masa khalifah al-Makmun ini. 

Itulah beberapa pola 

interaksi yang dilakukan oleh 

dinasti Abbasiyyah (Islam) 

terhadap peradaban Barat 

yaitu Romawi dan Yunani 

baik berupa suatu gerakan 

militerisasi atau kontak 

senjata, pengiriman utusan 

duta besar dan kegiatan atau 

gerakan intelektual untuk 

penerjemahan karya-karya 

dari bangsa Yunani.

e. Masa Perang Salib (Kontak 

Budaya Antara Timur dan 

Barat).

Menurut Phillip K. 

Hitti dalam The Arabs A Short 

History yang dikutip oleh 

Samsul Munir Amin dalam 

Sejarah Peradaban Islam, 

pembagian Perang Salib yang 

lebih tepat yaitu   sebagai 

berikut: (Amin, 2010: 237)1) Periode penaklukkan 

(1096-1144 M).

2) Periode reaksi umat 

Islam (1144-1192 M).

3) Periode perang saudara 

kecil-kecilan atau periode 

kehancuran dalam 

pasukan salib (1192-1291 

M).

Dengan adanya 

perang Salib ini maka secara 

tidak langsung telah terjadi 

suatu kontak budaya yang 

terjadi pada dua peradaban 

yakni Islam dan Barat. 

Memang hal pertama yang 

terjadi interaksi antara Islam 

dan Barat ialah kontak senjata 

namun pada akhirnya dan 

ketika masih berlangsungnya 

perang Salib akulturasi 

budaya terjadi dengan sangat 

komprehensif. Budaya Barat 

yang sebelumnya terkurung 

dalam suatu dogma ajaran 

gereja semakin membuka 

mata lebar-lebar terhadap 

suatu budaya yang sangat 

maju tiada tandingan pada era 

tersebut sehingga hal ini 

menyadarkan masyarakat 

Eropa pada umumnya bahwa 

mereka sudah sangat 

terbelakang dalam suatu 

peradaban dengan bangsa lain 

yaitu bangsa Arab (Islam).

C. Dampak Interaksi Antara Dunia 

Islam dan Barat

Prof. Nicholson sebagaimana 

yang ditulis oleh A. Syalabi dalam 

bukunya yang berjudul "Sejarah dan 

Kebudayaan Islam 3", 

menggambarkan para penyelidik dan 

penuntut ilmu pengetahuan dari 

kalangan kaum Muslimin mengembara 

ke tiga benua kemudian kembali lagi 

ke negerinya masing-masing setelah 

mendapatkan ilmu pengetahuan 

kemudian menyusun dan menulis buku 

yang merupakan sumber-sumber ilmu 

pengetahuan bagi ilmu pengetahuan 

modern dan menjadi bahan rujukan 

bagi para sarjana dan para penyidik. 

Kebangkitan ilmiah ini terbagi dalam 

tiga lapangan/bidang yakni:

1. Kegiatan menyusun buku-buku 

ilmiah.

Tokoh-tokohnya ialah Mu'ammar 

bin Rasyid (179 H), Sufian Ats￾Tsauri (161 H), Malik bin Anas 

(178 H), Abdullah bin Mubarak 

(181 H), di antaranya ada lagi 

yaitu: 

a. Imam Malik menyusun kitab 

Al-Mutawatta'.

b. Abu Hanifah menyusun kitab 

fiqh dan ijtihad.c. Ibnu Ishaq menyusun sejarah 

hidup Nabi Muhammad 

SAW. (Amin, 2010: 185-187)

2. Penyusunan ilmu-ilmu Islam:

a. Tafsir Al-Faraa' oleh Al￾Faraa'.

b. Tafsir Al-Jahiz oleh Al-Jahiz.

c. Ilmu Fiqh, kitab Al-Kharaj. 

Empat Imam Fiqh yang ulung 

ketika itu yaitu: Imam Abu 

Hanifah (150 H), Imam Malik 

(179 H), Imam Syafi'I (204 

H), Imam Ahmad bin Hambal 

(241 H).

d. Ilmu Nahwu dengan tokoh￾tokohnya yaitu: Isa bin Umar 

Ats-Tsaqafi (149 H), Al￾Alehfasy (177 H), Sibawaih 

(180 H), Yunus bin Habib 

(182 H).

e. Sejarah dan kelahirannya.

1) Buku Sirah Ibnu Hisyam

oleh Ibnu Hisyam (218 

H) yang merupakan 

ringkasan buku dari 

Muhammad bin Ishak.

2) Buku-buku Hadits: 

Shahih Bukhari dan 

Muslim.

3) Buku Tarikhul Kabir 

oleh Al-'Alamah 

Muhammad bin Umar 

Al-Waqidi dan Al￾Maghazi.

4) Buku Al-Tabaqat Al￾Kubra oleh Muhammad 

bin Said.

3. Terjemahan dari bahasa asing:

a. Buku Kalilah wa Dummah 

oleh Abdullah bin Muqaffa 

(757 M).

b. Sindhanta seorang 

pengembara India 

menerjemahkan buku tentang 

ilmu falak.

c. Jurjis Bakhtisyu (771 M) 

seorang ahli kedokteran 

beragama Masehi.

d. Al-Hajjaj bin Mata (786-833 

M) menerjemahkan buku 

Elements karya Enclide.

e. Yahya bin Khalid Al-Barmaki 

menerjemahkan sebagian dari 

Illiad karya Homer.

f. Abu Yahya bin Al-Batriq 

menerjemahkan buku-buku 

Hippocrates (536 M) dan 

Galen (200 M).

D. Analisis terhadap Interaksi antara 

Dunia Islam dan Barat

1. Hubungan Interaksi antara Dunia 

Islam dan Barat yang Harus 

Dikembangkan Saat Ini.

Dunia Islam dan Barat 

memang sudah sejak lama terjalin 

interaksi di antara keduanya yang 

secara langsung maupun tidak 

langsung keduanya pernah merasakan kerugian maupun 

keuntungan yang didapat akibat 

adanya hubungan interaksi 

tersebut dan berimplikasi kepada 

masing-masing kebudayaan 

mereka. 

Dengan mengingat 

hubungan masa lalu antara dunia 

Islam dan Barat tidak berarti untuk 

melupakan bagaimana hubungan 

interaksi ini agar tetap berlanjut 

sampai kapan pun, sehingga perlu 

beberapa konsep untuk 

memformulasikan hubungan 

interaksi ini mana yang perlu 

untuk dikembangkan saat ini agar 

keduanya bisa saling merasakan 

dampak dari adanya hubungan 

interaksi tersebut, yaitu:

a. Hubungan Kebudayaan 

(Akulturasi Budaya).

Dengan tetap 

memegang teguh prinsip￾prinsip partikularistik dalam 

masing-masing budaya maka 

tidak akan terjadi suatu 

asimilasi kebudayaan yang 

tidak diinginkan dari 

keduanya.

Tetap adanya 

hubungan antar dua 

kebudayaan ini cenderung 

akan mengakibatkan suatu 

paham dan sikap mutualisme 

tanpa ditunggangi oleh 

berbagai kepentingan yang 

menjurus pada suatu 

diskriminasi identitas 

tertentu. Hubungan kedua 

kebudayaan ini akan 

menjadikan suatu hubungan 

interaksi yang bersifat 

inklusif tanpa ada pemihakan 

kepada suatu golongan 

tertentu.

Banyak sekali terdapat 

hubungan mutualisme baik 

dari dunia Islam ataupun 

Barat sejak dahulu dan 

bahkan sampai saat ini yakni 

adanya masa pergiliran untuk 

suatu peradaban keilmuan 

antara dunia Islam dan Barat. 

Di antara keduanya ada upaya 

untuk saling belajar dan 

mengkoreksi dari apa yang 

akan didapat dari peradaban 

tersebut sehingga menjadikan 

kultur keilmuan itu bias 

menjadi kekuatan untuk 

memajukan peradaban 

masing-masing.

Sebenarnya hubungan 

kebudayaan antar dunia Islam 

dan Barat sangatlah kompleks 

dan menyeluruh terhadap 

segala bidang yakni baik yang 

bermula dari hubungan sosial, politik, ekonomi, bahasa, 

teknologi dan sebagainya.

b. Hubungan Pendidikan.

Hubungan pendidikan 

ini sebenarnya tetap masuk 

pada ranah suatu kebudayaan 

namun adanya pemisahan ini 

karena pendidikan dianggap 

sebagai suatu yang universal 

dan banyak memiliki nilai￾nilai khusus yang perlu 

dibahas untuk hubungan 

interaksi antara dunia Islam 

dan Barat ini. Urgensitas dari 

pendidikan inilah yang 

seharusnya menjadikan dunia 

Islam dan Barat tidak perlu 

lagi memetakan atau 

membedakan mana pelajar 

ataupun ilmuwan dari Islam 

atau Eropa. Semuanya yaitu   

sama dalam kaitannya dan 

hubungannya dengan suatu 

ilmu atau pendidikan. 

Baik Islam dan Barat 

seharusnya saling terbuka 

terhadap kultur keilmuan ini 

sehingga apa yang dapat 

diharapkan dari adanya 

hubungan pendidikan di 

antara keduanya ialah agar 

manusia dapat hidup 

berdampingan dengan 

sesamanya tanpa harus ada 

yang dirugikan dan 

dikesampingkan. 

2. Makna dan Bukti dari Adanya 

Hubungan Mutualisme antara 

Dunia Islam dan Barat.

Mutualisme ialah

merupakan suatu hubungan timbal

balik yang saling menguntungkan 

di antara keduanya tanpa ada 

pihak mana pun yang merasa 

dirugikan. namun   pemaknaan 

terhadap kata mutualisme tidak 

hanya berhenti sampai pada 

pengertian tersebut melainkan 

bahwa hubungan mutualisme lebih 

menitikberatkan kepada adanya 

suatu kesadaran untuk saling 

bertoleransi, menghormati, 

menganut prinsip egaliter dan 

yang terpenting ialah untuk tidak 

lebih mementingkan kepentingan 

pribadi di atas kepentingan hajat 

hidup orang banyak. Sebenarnya 

pernyataan inilah yang semestinya 

dijadikan suatu prinsip hidup 

berdampingan agar umat manusia 

dapat merasakan suatu keadilan 

yang sepenuhnya.

Dan bahwa perlu 

ditegaskan adanya hubungan 

mutualisme antara dunia Islam dan 

Barat sudah terjadi dalam tempo 

waktu yang sangat lama sejak dulu 

hingga sampai saat ini. Ini dapat dilihat dari bagaimana antara 

dunia Islam dan Barat saling 

bergiliran untuk memimpin suatu 

peradaban terutama peradaban 

keilmuan. Baik Islam sendiri pun 

tidak dapat dipungkiri bahwa 

Islam belajar dan mendapatkan 

berbagai keilmuan juga dari Barat 

(Yunani) dan sebaliknya pula 

Barat juga mendapatkan banyak 

pelajaran dari para sarjana dan 

ilmuwan muslim pada abad-abad 

pertengahan dan seterusnya.


Dengan adanya interaksi Dunia 

Islam dan Barat maka dengan ini

berdampak terhadap perkembangan 

pemikiran dan peradaban Islam dapat 

dikelompokkan menjadi tiga hal yaitu

kegiatan menyusun buku-buku ilmiah, 

penyusunan ilmu-ilmu Islam, dan 

terjemahan dari bahasa asing.

Adapun bentuk-bentuk interaksi 

antara dunia Islam dan Barat ialah dibagi 

menjadi tiga hal yaitu kontak senjata, 

kontak budaya (akulturasi budaya), transfer 

keilmuan. Kemudian selanjutnya adapun 

hubungan interaksi antara dunia Islam dan 

Barat yang perlu dan hendaknya tetap harus 

dikembangkan saat ini ialah ada dua aspek 

khusus yaitu hubungan kebudayaan 

(akulturasi budaya), dan hubungan 

pendidikan.


Latar belakang kajian ini yaitu   secara geografis, dunia muslim berada di antara Cina, Korea 

dan Jepang pada sisi timur, antara Rusia pada sisi utara, dan sub-sahara Afrika dan Australia 

di bagian selatan. Fakta geografis ini menetapkan dunia muslim sebagai bangsa tengah (middle 

nation) yang dapat menjadi jembatan empat penjuru dunia, bahkan menjadi jembatan 

peradaban Timur dan Barat. Gagasan sebagai bangsa tengah (middle nation) merupakan 

konsep untuk memahami sifat-sifat dan identitas peradaban Islam yaitu humanitas umum,

kebaikan universal manusia, universalitas kasih Tuhan kepada ras manusia, kearifan etnik dan 

kultural, kooperasi inter-kultural, keadilan sosial global dan tanggung jawab umum untuk 

melindungi bumi. Sedangkan hasil penelitian menyatakan bahwa bentuk-bentuk interaksi 

antara dunia Islam dan Barat ialah dibagi menjadi tiga hal yaitu kontak senjata, kontak budaya 

(akulturasi budaya), transfer keilmuan. Kemudian adapun hubungan interaksi antara dunia 

Islam dan Barat yang perlu dan hendaknya tetap harus dikembangkan saat ini ialah ada dua 

aspek khusus yaitu hubungan kebudayaan (akulturasi budaya), dan hubungan pendidikan, 

terutama dampaknya terhadap pendidikan Islam.