Islam yang merupakan agama pembebas bagi kalangan tertindas dan
hegemoni penguasa non Islam seperti Persia dan Romawi, acap kali dianggap
agama yang identik dengan darah dan pedang. Anggapan tersebut sama sekali
tidaklah terbukti. Islam merupakan agama pembela bagi kalangan tertindas, tidak
terkecuali di wilayah Afrika, khususnya sub-Sahara. Afrika sub-Sahara merupakan
wilayah yang sangat luas yaitu mencakup seluruh wilayah Afrika minus Afrika Utara, Maroko, Algeria, Tunisia,
Libya dan Mesir.
Afrika adalah tempat dimana terdapat berbagai bangsa dan kebudayaan.
Afrika adalah negeri dengan pertentangan yang sangat mencolok dan keindahan
yang liar. Di sana juga terdapat banyak masalah termasuk perang, kelaparan,
kemiskinan, dan masalah penyakit. Di Afrika terdapat gurun Sahara yang
merupakan gurun pasir terbesar di dunia. Gurun itu terbentang mulai dari samudra
Atlantik di barat hingga laut merah di sebelah timur. Sahara meliputi seperempat
dari seluruh benua itu.
Realitas wilayah Afrika merupakan daerah yang berada dibawah kekuasaan
kekaisaran Romawi, yaitu sebuah kekaisaran yang super power pada masa itu.
Dalam sejarah peradaban dunia, bahwa kaisar-kaisar Romawi dikenal sebagai
penguasa yang kejam, dzalim dan berdarah penjajah. Namun pada kenyataannya,
justru Islam dapat berkembang di Afrika dan populasi penduduk muslimnya
mencapai 75 juta dari 500 juta jumlah populasi umat muslim seluruh dunia.1
Di
Afrika juga terdapat dinasti-dinasti yang ikut terlibat dan mewarnai Islamisasi di
wilayah tersebut.
Oleh karena itu, tulisan ini membahas tentang bagaimana perjalanan
penyebaran Islam di wilayah Afrika sub-Sahara, dan bagaimana cara dan metode
Islamisasi di Afrika Sub-Sahara sehingga dapat diterima masyarakatnya. Serta siapa
saja yang berperan dan berjasa dalam Islamisasi sehingga Islam dapat diterima di
wilayah yang telah dikuasai oleh penguasa-penguasa Romawi. Akan tetapi, karena
berbagai keterbatasan, tulisan ini tidak akan membicarakan semua wilayah yang
ada dalam Afrika dengan alasan bahwa cakupan wilayah Afrika sangat luas. Dengan
pertimbangan tersebut, bahasan ini difokuskan pada wilayah sub-Sahara dan menyinggung wilayah Afrika Utara yang merupakan pintu gerbang Islamisasi di
Afrika sub-Sahara.
B. Islamisasi di Afrika Utara dari masa ke masa
Nama Afrika berasal dari bahasa latin, yaitu Africa terra yang berarti tanah
Afri. Afrika merupakan benua terluas nomor dua setelah Asia, yaitu 20 % dari
seluruh total daratan bumi dan penduduknya mencapai sepertujuh dari seluruh
populasi dunia.2
Sebutan bagi penduduk Afrika biasa dikenal dengan nama Barbar dan Negro.
Bangsa Negro sangat majemuk, bahkan mendominsi dari jumlah penduduk di
benua Afrika. Aktifitas keagamaannya sangat beragam yang mempunyai peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari.
Afrika Utara adalah bagian dari daerah di benua Afrika di mana budaya dan
penduduknya berbeda dengan daerah-daerah di Afrika lainnya. Afrika Utara adalah
sebuah kehidupan masyarakat Barbar yang bersifat kesukuan, berpindah-pindah
dari satu tempat ke tempat lain dan patriarkhi.3
Sebelum Islam masuk ke daerah
Afrika Utara, daerah ini merupakan daerah dibawah kekuasaan Romawi.
Secara geografis, Afrika Utara merupakan wilayah bergurun. Afrika Utara
berada di Timur Laut benua Afrika yang terletak di lembah sungai Nil. Dalam
terminologi Arab, daerah ifriqiyah merupakan bagian dari Afrika Utara yaitu wilayah Libya, Tunisia, Al-Jazair, dan Maroko. Seluruh wilayah tersebut oleh orang-orang
Arab dikenal dengan sebutan Al-Maghribi.4
Penyebaran Islam di Afrika bermula pada masa Nabi Muhammad saat ada
kontak pertama kali antara Islam dengan Afrika, yaitu setelah para sahabat hijrah
ke Habsyi dan mendapatkan sambutan baik dari raja Najjasyi maupun penduduk
setempat. Penyebaran Islam kemudian dilanjutkan pada masa Khalifah Umar Ibn
Khattab dengan mengutus Amr ibn 'Ash. Pasukan muslim dibawah panglima Amr
ibn 'Ash berhasil memasuki Mesir dengan mengalahkan pasukan Bizantium yaitu
pada tahun 639-644 M, dan mendirikan kota Fusthat sebagai ibu kota pertama di
wilayah Afrika.5
Penyebaran Islam ke wilayah Afrika kemudian dilanjutkan oleh khalifah ke
ö]P «]öµ<Zo](Zhöêuv ]v((v vPv uvP]Ã¥]uµooZ ]v^[ ]v]
Sarah yang berhasil mengalahkan tentara Romawi di Laut Tengah dan mengalahkan
tentara Bizantium. Ekspansi terus dilakukan sampai ke Barqah dan Tripoli, dan terus
merangsek sampai ke daerah Carthage, yaitu ibu kota Romawi di Afrika Utara.
Perluasan wilayah Afrika sedikit terganggu dengan adanya suhu politik di Madinah
yang kurang mendukung sehingga perluasan wilayah tidak memungkinkan untuk
dilanjutkan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Raja Konstantine III untuk merebut
kembali kekuasaannya atas wilayah Afrika.
Penyebaran Islam mengalami kemajuan pesat saat pada masa Muawiyah
ibn Abi Sofyan dengan mengutus seorang yang bernama Uqbah ibn Nafi' menjadi
gubernur di Afrika pada 666 M dan menjadikan kota Qayrawan sebagai ibu kota.
4
Syed MahmuDengan keberaniannya, ia membersihkan pengacau dan sekaligus memulihkan
keadaan, ia merupakan orang pertama yang menembus padang pasir Sahara.6
Masuknya Islam ke Afrika Utara merupakan moment penting bagi masa
depan Islam secara keseluruhan di benua Afrika dan daratan eropa yang selama
berabad-abad berada dibawah kekuasaan Kristen. Dalam peradaban Islam, Afrika
Utara tidak dapat dilupakan begitu saja. Hal ini dikarenakan Afrika Utara merupakan
pintu masuk dan sentral penyebaran Islam, yakni Timur Tengah. Bukti kemajuan di
Afrika Utara dalam peradaban Islam adalah dalam bidang arsitektur, seni, dekorasi
dan intelektual. Diantara tokoh yang terkenal dalam bidang intelektual adalah Ibn
Battuta (biologi), Ibnu Khaldun (sosiologi) dan Ibn Zuhr.7
Perjalanan panjang penyebaran Islam tidak serta merta berjalan dengan
mudah, akan tetapi melalui beberapa rintangan, baik rintangan dari dalam maupun
dari luar. Pergolakan politik yang terjadi dalam pemerintahan pada saat itu,
dimanfaatkan oleh bangsa Barbar untuk melakukan pemberontakan.
Pemberontakan silih berganti, baik yang dilakukan orang-orang Barbar sendiri,
dengan maksud melepaskan diri dari kekuasaan orang Islam. Misalnya,
pemboikotan yang dilakukan oleh Kusailah pada masa Muawiyah. Pada tahun 683
M, orang-orang Islam di Afrika Utara mengalami kemunduran karena orang-orang
Barbar di bawah pimpinan Kusailah bangkit memberontak dan mengalahkan
'Uqbah di Tahuza pada saat pulang ke ibu kota Qayrawan. Dia dan pasukannya
tewas dalam pertempuran tersebut.
Rintangan dari pihak luar, misalnya, keinginan bangsa Romawi atas wilayah
Afrika maupun penjajahan bangsa Eropa.9
Pada saat pemerintahan dipegang oleh
Abdul Malik ibn Marwan pada masa Daulah Umayyah, Afrika Utara dapat direbut
kembali dari kekuasaan Romawi dan berhasil mengalahkan perlawanan bangsa
Barbar.
C. Dinasti-dinasti Yang Mewarnai Islamisasi di Afrika Utara
Pada periode awal Islam hingga abad ke-19, sejarah masyarakat Afrika Utara
terjadi dalam dua bentuk yaitu pembentukan negara dan Islamisasi. Penaklukan
bangsa Arab terhadap masyarakat Barbar bermula dari dikuasainya Mesir, Tunisia
pada abad ke-8, Maroko abad ke-11 dan Aljazair abad ke-16. Masyarakat Barbar
terbagi menjadi dua yaitu Barbar pemukiman yang awalnya bertahan sebagai
penganut Kristen, dan Barbar nomadic yang mendaftarkan diri sebagai pasukan
bersenjata Arab dan membantu warga menyebarkan Islam ke Aljazair, Maroko dan
Spanyol. Penaklukan oleh bangsa Arab mendorong pembentukan komunitas
muslim. Peradaban Arab-Islam di Afrika Utara dibentuk berdasarkan integrasi
kalangan penakhluk Arab dengan masyarakat Barbar dan kota-kota di wilayah Laut
Tengah.10
Telah disinggung sebelumnya bahwa 'Uqbah mendirikan kota militer yang
termasyhur yaitu Qayrawan di sebelah selatan Tunis. Pendirian ini bertujuan untuk
mengendalikan orang-orang Barbar yang terkenal ganas dan sukar diatur, sekaligus
membentengi diri dari orang-orang Romawi. Afrika Utara memasuki babak baru
dan Islamisasi dapat dilanjutkan kembali. Sejak saat itu, Afrika Utara melepaskan diri dari wilayah kekuasaan mesir dan berdiri sebagai wilayah tersendiri yang
dipimpin oleh seorang gubernur.11
Pada masa pemerintahan dipegang oleh Musa, Afrika Utara mengalami
kemajuan yang pesat dan terjadi perubahan dan membuat stabilitas keamanan
serta perubahan yang sangat berarti baik dibidang sosial maupun politik, sehingga
Islamisasi baru dapat berjalan lancar. Sebagai apresiasi terhadap pasukan muslim
bahwa mereka bukan hanya sekedar mengIslamkan kaum Barbar semata, namun
juga mengajarkan pengetahuan yang mendalam mengenai agama tersebut
termasuk didalamnya pengetahuan bahasa arab sehingga bahasa arab sebagai
bahasa percakapan di Afrika Utara sampai sekarang.
Keberhasilan tersebut tidak lepas atas dukungan kaum Khawarij yang ikut
terlibat sehingga Islam benar-benar dapat diterima dan mengakar di kalangan
Afrika Utara. Pergolakan politik yang terjadi pada masa dinasti Umayyah, yang
mengakibatkan pergantian kekuasaan Bani Umayyah kepada Bani Abbasiah, dan
peralihan kekuasaan kekhalifahan Islam dari Damaskus di Syiria ke Baghdad di
Persia tampaknya tidak dapat dipungkiri sebagai awal munculnya dinasti-dinasti
baru di Afrika utara. Hampir seluruh wilayah Afrika Utara melepaskan diri dari
kekuasaan dinasti Abbasiah.12
1. Dinasti Idrisiah
Di wilayah Maroko, Idris ibn Abdullah setelah gagal melakukan
pemberontakan terhadap Abbasiah, ia melarikan diri ke Maroko dan mendirikan
dinasti Idrisiah (788-974 M) yang ber-ibu kota di Faz. Dinasti ini yang pada akhirnya
ditaklukkan oleh panglima Ghalib Billah dari dinasti Umayyah di Andalusia. Idrisyah merupakan dinasti Syi'ah pertama dalam sejarah Islam.13 Idrisiyyah adalah dinasti
pertama yang berupaya memasukkan doktrin Syi'ah, meskipun dalam bentuk yang
sangat lunak, ke Maghrib. Sebelumnya, wilayah itu didominasi oleh kaum
Khawarij.14
Periode Idrisiyah sangat penting bagi penyebaran kultur Islam di kalangan
masyarakat Barbar di dalam negeri. Namun selama pemerintahan Muhammad alMuntashir, berbagai wilayah kekuasaan Idrisiyah terpecah secara politis sehingga
menjadi mangsa serangan musuh-musuh mereka yaitu Barbar, terutama abad ke-X
dengan munculnya dinasti Fathimiyah.
2. Dinasti Rustamiyah
Dinasti ini didirikan oleh Abdurrahman ibn Rustam. Ia merupakan pemimpin
suku Barbar dari jabal Nefusa yang menganut faham Kharijiyah sekte Ibadiyah,
berhasil menduduki Tripoli dan Qayrawan. Selanjutnya pada tahun 761 M, ia pergi
ke Aljazair barat dan mendirikan basis Kharijiyah yang kemudian dinamakan dinasti
Rustamiyah yang ber ibu kota di Tahert (Al-Jazair). Dinasti ini bertahan sampai
tahun 909 M.15 Rustamiyah memiliki nilai penting bagi sejarah Islam Afrika Utara
yang tidak sebanding dengan masa dan lingkup kekuasaan politis mereka.
Mayoritas Barbar Afrika Utara menganut sekte Kharijiyah yang radikal,
equalitarian, dan religio-politis, yang merupakan bentuk protes terhadap dominasi
tuan-tuan mereka yang Arab dan ortodok. Sementara di Timur, Kharijiyah
merupakan sekte minoritas yang ekstrim dan kasar. Sedangkan di Barat, Kharijiyah
merupakan sebuah gerakan massa yang lebih moderat. Namun dengan bangkitnya
Fathimiyah yang Syi'ah di Maroko berakibat fatal bagi Rustamiyah (777 t 909 M) dan berakhirlah dinasti ini begitu pula dinasti-dinasti lokal lainnya.16 Di bawah
Rustamiyah, Tahart mengalami kemakmuran material yang luar biasa, menjadi
terminal di Utara dari salah satu rute kafilah trans-Sahara.
3. Dinasti Aghlabiyah
Dinasti Aghlabiyah adalah salah satu Dinasti Islam di Afrika Utara yang
berkuasa selama kurang lebih l00 tahun (800-909 M), dan berpusat di Sijilmasa.17
Wilayah kekuasaannya meliputi Ifriqiyah, Algeria dan Sisilia. Dinasti ini didirikan
oleh Ibnu Aghlab. Ayah Ibrahim ibn Al-Aghlab adalah seorang pejabat Khurasan
dalam militer Abbasiyah. Pada tahun 800 M, Ibrahim diberi provinsi Ifriqiyah
(Tunisia Modern) oleh Harun Al-Rasyid sebagai imbalan atas pajak tahunan yang
besarnya 40.000 dinar. Pemberian ini meliputi hak-hak otonomi yang besar.
Pada masa Ziyadatullah I, dimulailah proyek merebut Sisilia dari tangan
Bizantium. Penaklukan ini agar dapat mengalihkan energi fanatis ke jihad melawan
orang-orang kafir. Dengan demikian akhirnya Sisilia berada dibawah penguasa
muslim Aghlabiyah untuk pertama kalinya. Wilayah ini merupakan pusat penting
bagi penyebaran kultur Islam ke Eropa. Keberhasilan pada masa Aghlabiyah adalah
membangun masjid Agung Qayrawan dan masjid Tunis.18
4. Dinasti Murabbitun
Dinasti Al-Murawiyyah atau Al-Murabithun (448-541 H/1056-1147 M)
terdapat di Afrika Utara dan Spanyol. Ia telah memprakarsai peradaban Islam di
Afrika Utara. Ia menyokong kemenangan Islam Sunni dan madzhab Maliki dalam persaingan dengan Syi`i dan Khariji.19 Dinasti Murabbitun adalah salah satu dinasti
Islam yang berkuasa di Maghribi.
Mula-mula pemimpin Shanhaja, Yahya ibn Ibrahim, berangkat haji dan
sekembalinya dari Arabia, dia mengundang seorang alim yang terkenal di Maroko
yaitu Abdullah ibn Yasin untuk berdakwah ditengah kaumnya. Dibangunlah ribat
(benteng) di mulut Sungai Sinegal, dari sini para prajurit menyebarkan Islam melalui
Sudan barat. Prajurit itu terkenal sebagai Murabithun (orang yang tinggal di
benteng tapal batas). Orang Barbar gurun ini mengenakan cadar di wajah mereka,
sehingga dikenal sebagai Al-Mutalatstsimun (orang-orang yang bercadar).
Kelompok ini berawal dari 1000 anggota pejuang yang kegiatan mereka
menyebarkan agama Islam dengan mengajak suku-suku lain untuk memeluk agama
Islam.20 Wilayah mereka meliputi Afrika Barat Daya dan Andalus dengan ber ibu
kota di Marakesyi (1056-1147).
Selanjutnya suku-suku lain juga berhasil ditaklukkan diantaranya: Judalah,
Missufah, Lamtunah, Mahmunah dan Tikalatah. Kemudian pergerakan diarahkan
menjadi pergerakan politik dan kemiliteran. Urusan politik dan administrasi
keuangan dipegang oleh Abdullah ibn Nasir, sedangkan kemiliteran dipegang Yahya
ibn Umar. Yahya ibn Umar berhasil meluaskan kekuasaan hingga Wadi Dar`ia dan
Sijilmasat (448 H/1055 M). Sepeninggal Yahya ibn Umar, urusan dipegang Abu
Bakar ibn Umar yang dilanjutkan Yusuf ibn Tasyfin.21
Pada saat kepemimpinan dipegang oleh Abu Bakar, ia meneruskan
penaklukan ke Sahara Maroko dan lambat laun mengembangkan sistem
kesultanan. Dan pada masa kepemimpinan Yusuf Tasyfin, Murabbitun mengalami kejayaan dan menyeberang ke Spanyol kemudian berhasil merebut Granada dan
Malaga. Mulai saat itulah ia memakai gelar Amir al-Mukminin.22
5. Dinasti al-Muwahhidun
Al-Muwahhidun merupakan dinasti Islam yang pernah berjaya di Afrika Utara
memerintah dari 515-667 H/1121-1269 M. Didirikan oleh Muhammad ibn Tumart
(10801130 M), yang lebih dikenal dengan sebutan Ibn Tumart pada tahun 1114 M.
Al-Muhad dari Al-Muwahhidun artinya orang-orang yang mengesakan Allah.23
Berdirinya dinasti al-Muwahhidun (1130-1269 M) ini berangkat dari reaksi
kekecewaannya atas al-Murabbitun yang telah melanggar dan banyak menyimpang
dari aqidah. Dinasti al-Muwahhidun dapat mengalahkan Murabbitun dan
menjadikan Marakesy sebagai Ibu Kota, dan kekuasaannya meliputi sebagian
wilayah Andalus.24 Marakesy merupakan daerah yang tidak kalah pentingnya
dengan Baghdad yaitu sebagai kota peradaban dan ilmu pengetahuan. Abdullah ibn
Tumart, seorang sufi masjid Cordova pada masa akhir Murabbitun, melihat
kemungkaran dan sepak terjang kaum Murabbitun yang sudah tidak mengikuti
aqidah Islam dan berkeinginan untuk memperbaikinya.
Setelah ia selesai belajar dengan al-Ghazali, ia pun mengkritik dan mencela
perbuatan raja-raja Murabbitun karena menurut keyakinannya tidak mengikuti
sunnah Rasul. Pengikut Abdullah disebut muwahhidun yaitu bala tentara tauhid.
Meskipun ibn Tumart adalah pencetus dinasti al-Muwahhidun namun ia tidak
pernah menjabat sebagai sultan dan justru yang terkenal adalah Abd. al-Ma'mun yang awalnya sebagai panglima dan memimpin selama 33 tahun dan berhasil
membawa kemajuan dengan pesat.25
6. Dinasti Fatimiah
Berdirinya Dinasti ini bermula menjelang abad ke-X, saat kekuasaan Bani
Abbasiyah di Baghdad mulai melemah dan wilayah kekuasaannya yang luas tidak
terkordinir lagi. Kondisi seperti inilah yang telah membuka peluang bagi munculnya
Dinasti-dinasti kecil di daerah-daerah, terutama di daerah yang Gubernur dan
sultannya memiliki tentara sendiri. Kondisi ini telah menyulut pemberontakanpemberontakan dari kelompok-kelompok yang selama ini merasa tertindas serta
uuÃ¥] lêuâöv P] lo}uâ}l ^«][ZU <Z£Ã¥]iU v lµu D£o] untuk
melakukan kegiatan politik.
Dinasti Fathimiyah bukan hanya sebuah wilayah gubernuran yang
independen, melainkan juga merupakan sebuah rezim revolusioner yang
mengklaim otoritas universal. Mereka mendeklarasikan adanya konsep imamah
yakni para pemimpin dari keturunan Ali yang mengharuskan sebuah redefinisi
mengenai pergantian sejarah Imam atau mengenai siklus eskatologis sejarah.
Kekhalifahan ini lahir di antara dua kekuatan besar yaitu Abbasiyah di Baghdad dan
Umayyah di Cordova.26
Dinasti Fathimiyah berkuasa sekitar tahun 909-1171 M atau kurang lebih 3
abad lamanya. Dinasti ini mengaku keturunan Nabi Muhammad melalui jalur
Fatimah az-Zahra. Gerakan ini berhasil merealisir pertama kali pembentukan
âuÃ¥]vöZv ^«][] «vP lêloµê](X <Ã¥Zê]ov uvvpkan doktrin Ismaili,
dalam perkembangannya mampu memberi perlindungan imam-imam mereka di
25 Sunanto, Sejarah Salamiyah, Syria dan telah memudahkan pengorganisasian dakwah Fatimiyah.
Meskipun dakwah Fatimiyah ini dimulai sejak dini, namun baru pada masa Abu
Abdullah Husein, generasi keempat setelah Ismaili, baru mulai berkembang pesat.
Setelah memperoleh banyak dukungan dan berhasil menegakkan
âvPåµZv« ](Ã¥]lhöåUµµooZ,µê]v uv}ölv^[] ]v,µê]v
sebagai penggantinya. ^oviµöv«^[] Ã¥Zê]o uåµö dan berhasil mengusir
penguasa dinasti Aghlabiyah, akhirnya ia mendirikan dinasti Fatimiyah di Afrika
Utara.27 ^[] ]v,µê]v uv}ölv ]å] êP] lZo](Z v åPoå ^h]]ooZ
al-DZ]_X28
Ubaidillah merupakan khalifah pertama, ia datang dari Syria ke Afrika Utara
menisbahkan nasabnya hingga Fatimah binti Rasulullah, oleh karena dinasti ini
dinamakan dinasti Fatimiyah. Dinasti ini semula di Afrika Utara, kemudian di Mesir
dan Syria.29 ]uv âå}âPv ^«][Z öoZ Ã¥luvP vPv âêöX /
memimpin dakwahnya dengan memenangkan dukungan luas dari daerah-daerah
«vP lµåvP ]âåZö]lv }oZ <Zo](Z ê]«ZX >£Ã¶ âå []U lZ]Ã¥v«
berhasil menjadikan kaum Barbar sebagai pendukung kepemimpinan Ubaidillah alMahdi. Selanjutnya, atas dukungan besar inilah, ia menumbangkan gubernurgubernur Aghlabiyah di Ifriqiyah dan Rustamiyah di Tahart, dan Idrisiyah dijadikan
bawahan.30
Keberhasilan pemerintahan Fatimiyah ini ditandai dengan pindahnya pusat
pemerintahan ke Kairo dengan ibu kota baru di Mesir yaitu al-Qohirah serta Masjid
27 Nama Fathimiyah dinisbatkan kepada Fatimah al-Zahra, yaitu pal-ÃZåêP] âµêö âv]]lv âå [] v<Zo](Z oDµ]Ãà â]vZ l ]µ l}ö
baru tersebut. Hampir seluruh daerah Afrika Utara bagian Barat dapat dikuasai
Fatimi, terutama setelah menaklukan wilayah Maghrib. Dinasti Fatimiyah ini
akhirnya makin berkembang dalam berbagai aspek kehidupan, karena ditopang
dengan kekuasaan yang luas dan mampu membangkitkan berbagai macam aksi
yang bersifat wacanis (keilmuan), perdagangan, keagamaan, walaupun peralihan
kekuasaan ke wilayah timur, perlahan-lahan melenyapkan kekuasaan mereka
dibagian Barat.
Dinasti Fatimiyah mengalami kemajuan yang luar biasa disebabkan antara
lain: pasukan militernya kuat, administrasi pemerintahannya baik, ilmu
pengetahuannya berkembang, dan ekonominya stabil. Kemajuan-kemajuan yang
dicapai Dinasti Fatimiyah mencakup berbagai bidang, diantaranya kemajuan dalam
bidang hubungan perdagangan dengan dunia non Islam, dalam bidang seni, dalam
bidang pengetahuan dengan dibangunnya Universitas Al-Azhar, dan dalam bidang
keamanan.31 Namun setelah masa al-Aziz, yaitu awal masa khilafah al-Hakim,32
Dinasti Fatimyah mengalami kemunduran dan akhirnya hancur setelah berkuasa
kurang lebih selama 262 tahun.
D. Islamisasi di Afrika sub-Sahara
Afrika sub-Sahara adalah istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan
negara-negara di benua Afrika yang tidak dianggap termasuk bagian Afrika Utara.33
Sejak zaman es, wilayah Afrika Utara dan Afrika sub-Sahara telah dipisahkan oleh
iklim yang luar biasa keras di daerah Sahara yang jarang penduduknya membentuk
sebuah rintangan alami yang dilalui hanya oleh sungai Nil. Sungai Nil merupakan
31 Muhammad Jajalan utama yang menghubungkan Afrika Utara dan Afrika sub-Sahara yang
memungkinkan terjadinya komunikasi antara utara dan selatan. Afrika merupakan
wilayah penghasil seperempat kekayaan bumi di dunia, namun daerah ini
mendapat predikat wilayah termiskin di dunia.34 Kondisi ini diakibatkan oleh
warisan kolonialisme, neokolonialisme, konflik antar etnis dan pergolakan politik
yang silih berganti terjadi akibat konflik internal maupun eksternal.
Sejarah awal Islamisasi di Afrika sub-Sahara tidak berbeda dengan masuknya
Islam di Asia Tenggara yaitu dengan cara damai dan melalui perdagangan tanpa
pertumpahan darah.35 Menurut Hasan, sebagaimana yang dikutip oleh Karim,36
bahwa Uqbahlah yang pertama kali menembus padang pasir Sahara sampai ke
wilayah Sudan, Ghana, Awdaghost bahkan sampai ke Kawar. Namun akhirnya
Uqbah digantikan oleh Abdul Muhajir atas permintaan Maslamah yaitu penguasa
Afrika. Pada masa Yazid I, 'Uqbah dipercaya kembali sebagai panglima. Ia
memimpin pasukan muslim dan memperluas kekuasaannya sampai ke Maroko.
Dengan kegigihan dan semangat yang membara, seluruh Ifriqiyah dan daerah alMaghrib al-Aqsa dapat dikuasai dengan cepat sehingga 'Uqbah mendapat julukan
"Alexander Muslim I".37
Dengan demikian, Islam masuk ke Afrika sub-Sahara melalui tiga wilayah;
pertama, dari bagian utara. Islam mulai menyebar mulai tahun 1000 an M di
beberapa wilayah Sudan yaitu Niger dan Chad.38 Islamisasi terjadi melalui migrasi pedagang-pedagang muslim, sejumlah guru, murid, dan juga datangnya pedagang
dari Mediterania sehingga terbentuklah masyarakat muslim minoritas di beberapa
wilayah Afrika sub-Sahara. Dari kelompok inilah kemudian Islam mengepakkan
sayapnya dengan cara mengislamkan penguasa-penguasa lokal dan kemudian
menyebar luas ke masyarakat dan para petani.
Kedua, melalui bagian Timur, yaitu dari Zayla', yang sekarang dikenal dengan
nama Somalia, mulai abad ke-9. Pengislaman wilayah ini hampir sama dengan
bagian-bagian lain Sudan yaitu melalui perdagangan, akan tetapi mayoritas berasal
dari Mesir dan saudi Arabia. Ketiga, melalui bagian selatan yaitu Afrika selatan.
Islam berkembang dimulai pada masa penjajahan belanda yang tergabung dalam
dua gelombang. Gelombang pertama adalah orang-orang dari Melayu, Bengal,
Malabar dan Madaskar yang dibawa oleh pemerintah Belanda ke Afrika Selatan
sebagai tahanan dan budak. Gelombang kedua adalah para pekerja dan pedagang
yang datang dari Calcuta, Madras, Bombay dan Gujarat yang datang pada abad ke-
19.39
Selain Islamisasi dilakukan secara formal oleh al-Murabithun dan alMuwahhidun, Islamisasi juga dilakukan dengan cara kultural. Islamisasi tersebut
dilakukan melalui media perdagangan. Mereka membangun pemukiman pedagang
muslim di wilayah Sudan. Sambil melakukan proses perekonomian, mereka juga
melakukan dakwah Islamiah. Di sepanjang bagian barat Afrika sub-Sahara, Islam
dapat diterima dengan mudah oleh suku Soninke dan nenek moyangnya suku
Tokolor. Dari sini penyiaran Islam ke timur sampai ke lembah Senegal. Dengan
demikian bisa dikatakan bahwa proses Islamisasi di Sub-Sahara persis seperti di
Nusantara, yaitu melalui jalur perdagangan. Islam dapat di terima di Afrika dipengaruhi oleh beberapa faktor.40 Pertama;
tingginya pemikiran dan akhlak kaum muslim. Kedua; persamaan hak sesama
manusia dan anti perbudakaan. Ketiga; sikap Islam terhadap budaya lokal
(menghargai budaya lokal). Keempat, watak/ tabiat masyarakat Afrika yang mudah
menerima pengaruh dari luar.
E
Terjadinya perebutan kekuasaan diantara sesama muslim bukan lantas Islam
dianggap sebagai agama yang ditegakkan dan berkembang dengan darah atau
pedang, karena anggapan tersebut merupakan anggapan yang tidak obyektif.
Kondisi ini banyak dipengaruhi oleh warisan atas kondisi sosio-politik yang
berkembang pada saat itu, karena Afrika Utara pernah dibawah kekuasaan Romawi,
dan juga pengaruh emperialisme penjajah dan pertikaian antar etnis tidak dapat
dikesampingkan sebagai penyebab adanya anggapan tersebut.
Islamisasi di Afrika diawali jauh sebelumnya yaitu pada masa Nabi
Muhammad dengan beberapa sahabatnya saat hijrah ke Habsyi. Perjalanan
panjang Islamisasi ke Afrika melalui jalur Afrika Utara yang dilakukan oleh kaum
muslim terhadap penduduk setempat. Setelah itu barulah Islamisasi di di Afrika subSahara dilakukan dengan tokoh Uqbah ibn Nafi'. Islamisasi di Afrika sub-Sahara
menggunakan tiga jalur, yaitu melalui ekspansi militer, melalui jalur dakwah, dan
melalui jalur perdagangan. Dengan demikian bisa dikatakan jika Islamisasi di Afrika
sub-Sahara yaitu melalui jalur ekspansi, dakwah dan jalur perdagangan.
Uqbah ibn Nafi merupakan tokoh yang paling berjasa dalam sejarah Islamisasi
di Afrika sub-Sahara. Kini negara-negara di Afrika sub-Sahara penduduknya mayoritas beragama Islam. Dialah yang berperan cukup besar dalam menembus
padang pasir Sahara, termasuk wilayah-wilayah Sudan. Ia juga berhasil membuka
jalan ke Awdagost. Sebagai wali Ifriqiyah pertama, Uqbah telah menembus daerahdaerah itu bahkan sampai ke Kawar dan beberapa wilayah Negro, dan pada periode
kedua (semasa Yazid ibn Muawiyah) ia memperluas wilayah kekuasaannya sampai
ke Maroko.
Afrika merupakan wilayah yang terkenal dengan masyarakatnya
bersuku-suku dan keras, namun Islam dapat diterima dengan baik.
Islamisasi di Afrika sub-Sahara merupakan fenomena yang menarik
apabila dibandingkan dengan penyebaran Islam di luar wilayah Afrika
yang sarat dengan nuansa politik. Islamisasi di Afrika sudah dimulai sejak
masa Nabi Muhammad saw saat hijrah ke Habasyah. Perjalanan
Islamisasi ke Afrika dimulai dari jalur Afrika Utara dan kemudian masuk
ke wilayah Afrika sub-Sahara, dan Uqbah ibn Nafi' sebagai tokoh
sentralnya. Islamisasi ke Afrika sub-Sahara menggunakan tiga jalur, yaitu
melalui ekspansi militer, jalur dakwah, dan jalur perdagangan. Ada
kemiripan Islamisasi sub-Sahara dengan Islamisasi di Nusantara, yaitu
melalui jalur dakwah dan perdagangan. Kini negara-negara di Afrika subSahara mengalami kemajuan dalam segala bidang, dan penduduknya
mayoritas beragama Islam. Kemajuan ini berkat jasa masing-masih
tokoh muslim dari kalangan dinasti. Diantaranya dinasti Idrisiyah, dinasti
Rustamiyah, dinasti Aghlabiyah, dinasti Murabbitun, dinasti alMuwahhidun, dan dinasti Fatimiah.






